Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Tua Arjuna Menemui Vani
Vani tiba di kantor. Tiada hari tanpa berdebat, tiada waktu tanpa membuatnya kesal, itulah Arjuna, pria yang saat ini duduk di balik kemudi, tepat di samping Vani.
"Apa lagi? Tolong jangan mencari masalah, aku sudah hampir terlambat!" ucap Vani menatap Arjuna yang juga tengah menatapnya.
Arjuna tak menjawab, tapi kembali memberi isyarat agar Vani mengecup pipinya. Vani yang teringat kejadian tempo hari saat bibirnya justru menyentuh bibir Arjuna, terlihat tengah berpikir. Sudahlah, turuti saja. Batinnya, mendekat, tetapi kedua tangannya menahan kepala Arjuna agar tidak menoleh dan Vani berhasil mengecup sebelah pipi Arjuna.
Juna tersenyum mesum menggoda Vani yang hanya bisa berdecak kesal melihatnya, lalu berniat keluar dari mobil saat kunci terbuka, tetapi lagi-lagi terjeda saat Arjuna menarik tengkuknya, lalu mendaratkan kecupan lembut di dahinya.
"Jaga diri baik-baik selama aku tidak ada. Jawab teleponku saat aku menghubungimu, karena jika tidak, aku akan sangat merindukanmu," ucap Arjuna sebelum Vani benar-benar keluar dari mobilnya.
"Sial. Kenapa aku dan dia sekarang jadi seperti punya hubungan? Apa kami benar-bebar pacaran?" gumam Vani merasa kesal pada Arjuna dan pada dirinya sendiri.
Vani masuk ke dalam gedung masih dengan wajah kesalnya. Semua pegawai yang melihat tentu saja bertanya-tanya siapa yang sudah merusak mood teller cantik kesayangan mereka itu.
"Selamat pagi, Vani...." Sapa seseorang yang baru saja dilewati oleh Vani.
"Pagi," balas Vani singkat, tanpa senyum di wajahnya.
"Masih pagi, jangan cemberut, ntar cantiknya hilang!" Goda pria lainnya berhasil menerbitkan senyum di wajah Vani.
"Kalau udah siang, boleh cemberut?" balas Vani terkekeh membuat semua yang ada di sana tertawa.
Vani yang baru saja mengambil posisinya di sana terkejut saat melihat sesuatu di atas meja kerjanya.
"Ciee...." sorakan dari teman-teman Vani yang sudah lebih dulu melihat itu membuat Vani menjadi salah tingkah.
"Apa ini?" tanya Vani pada Arini, teller lainnya yang ada di sana.
"Ini bunga," jawab Arina tertawa.
"Bunga terindah untuk gadis terindah," sahut teman Vani yang lain kembali menggoda Vani.
"Aku tahu ini bunga, tapi dari siapa? Kalian apa-apaan sih?" ucap Vani dengan wajah merona malu.
"Mana kami tahu. Lihat saja disana siapa pengirimnya!"
"Untuk wanitaku, Stevani Lakeswara." 😘😘
Vani langsung meremas kertas kecil yang baru saja di bacanya, dan itu semua semakin membuat teman-teman Vani penasaran siapa pengirimnya.
"Siapa, Van? Pacar baru? Atau yang ada di video yang tersebar tempo hari bersamamu?" tanya teman Vani bernama Lisa, wanita yang Vani anggap biang gosip di kantor.
"Kamu mau, Lis? Ambil saja kalau mau," ucap Vani kembali merasa kesal.
Bukan bunga, tetapi kertas kecil yang disembunyikan Vani lah yang Lisa inginkan. Wanita itu mendekat, merebut kertas dari tangan Vani saat Vani lengah.
"Untuk wanitaku, Stevani Lakeswara." 😘😘
"Waw.... Ini benar dari pria di video itu. Ceo ganteng itu," ucap Lisa berteriak mengabaikan wajah kesal Vani padanya.
Dari arah dalam, terlihat Esi baru saja keluar dari toilet. Vani yang melihat itu bernafas lega, terlebih saat Esi balik merebut kertas yang coba dipamerkan oleh Lisa.
"Jangan kebiasaan usil dengan urusan orang lain!" ucapnya dengan nada sinis.
Baru saja Lisa ingin membalas Esi, tatapan tajan Esi membuat Lisa mengurungkan niatnya. Meladeni Esi sama saja dengan meladeni induk singa. Pikirnya.
Esi mendekat pada Vani, mengajak Vani untuk pergi ke pantry, di sana barulah dia mengintrogasi sahabatnya itu.
"Tunggu dulu, apa orang yang mengirim bunga ini, benar Arjuna Lakeswara?" tanya Esi berbisik.
Mendapat anggukan kepala dari Vani, tentu saja membuat Esi terlonjak kaget namun setelah itu bertepuk tangan sendiri dengan riangnya.
"Itu bagus," ucapnya senang.
"Kamu ikutan Gila?" tanya Vani kesal.
"Ya ampun, Van. Kamu sangat beruntung ya. Selalu dipertemukan dengan pria idaman para wanita. Meskipun dia gay, tapi sepertinya melihat dari cara dia mengirimi mu bunga dan sikapnya waktu itu. Berarti semua rumor itu tidak benar," ucap Esi tersenyum senang.
"Aku yang didekati olehnya kenapa kamu yang senang?"
"Itu artinya Tuhan sayang padamu. Setelah pria jahat itu mengkhianatimu, datang pengganti yang jauh lebih baik darinya. Bukankah itu sangat setimpal? Aku tidak sabar menceritakan ini semua pada Karin, dia pasti ikut senang," ucap Esi tanpa sadar membuat Vani kembali teringat akan sosok pria yang telah menyakitinya.
Aku harap nanti kamu akan bahagia dengan pilihanmu dan berhenti mengejarku. Batin Vani.
"Saat kamu pergi bersama kekasihmu, banyak yang terjadi padaku. Apa kamu tahu? Penghuni baru di tempat kita, itu dia. Pria gila itu," ungkap Vani membuat Esi jelas terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan tinggal di gedung yang sama dengan mereka.
Vani menceritakan semua hal yang terjadi saat Esi pergi bersana kekasihnya, Esi yang mendengar itu terkejut, tapi juga merasa senang.
"Apa dia sudah menyatakan cintanya padamu?" tanya Esi penasaran.
"Tidak seperti kebanyakan pasangan. Dia hanya selalu mengatakan kalau aku calon Istrinya dan juga selalu mengganti namaku menjadi Stevani Lakeswara," jawab Vani.
"Wah.. wah.. wah.... Aku tidak menyangka jika pria arogant yang dikabarkan gay itu bisa begitu romantis seperti ini! Sekarang aku semakin yakin jika dia serius padamu, Van," ucap Esi terlihat begitu senang. "Aku yakin Karina juga akan sangat senang mendengar kabar ini. Aku tidak sabar menceritakan semua ini padanya," sambung Esi.
"Apaan sih? Kamu sama saja dengan Lisa, si biang gosip," ucap Vani berbisik sebelum akhirnya kembali ke meja kerjanya, bersiap untuk memulai pekerjaannya.
Aku berharap dia pria yang baik dan aku berharap dia bisa membantumu melupakan Johan. Aku tahu, Van. Meski kamu tidak lagi terlihat menangis, tidak lagi membahas tentang Johan, aku tahu rasa itu masih ada, karena itu aku berharap tuan Juna dapat memberikan kamu kebahagiaan yang sesungguhnya. Batin Esi.
Setengah jam kemudian. Vani yang baru selesai melayani nasabah kembali menatap antrian nasabah lainnya dan menyebutkan nomor antrian selanjutnya.
Sepasang suamu istri yang terlihat tampan dan cantik meskipun sudah tua, tersenyum menghampiri Vani. Tanpa Vani sadari jika kedua orang itu sudah memperhatikan Vani sejak mereka tiba di sana.
Vani dengan sopan menyapa keduanya. "Selamat pagi. Ibu, Bapak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Pagi, saya mau menyetor uang," jawab salah satunya.
"Baiklah. Silahkan tolong diisi dulu slip penyetoran uang dengan selengkap-lengkapnya, identitas pengirim, identitas penerima, tanggal, jumlah uang yang akan disetorkan serta tanda tangan pengirim, ya Bu." Vani menjelaskan dengan lembut pada keduanya.
Beberapa saat kemudian, setelah ibu itu memberikan slip setorannya. Vani kembali berbicara. "Jumlahnya lima belas juta rupiah, ya Ibu. Bisa saya terima uangnya?"
Setelah menerima uang dari nasabahnya, Vani kembali melakukan proses lainnya. Seperti biasa, Vani melakukan semua pekerjaannya dengan tenang, senang, tentunya tulus melakukannya. Tanpa Vani sadari jika keduanya masih saja memperhatikan Vani hingga semua prosedur setor uang selesai di lakukan.
Selesai dengan urusan mereka di sana, keduanya memutuskan untuk pulang.
"Dia benar-benar cantik, Mas. Semua yang dia lakukan benar-benar terlihat tulus, bukan hanya karena semua itu diharuskan dalam pekerjaannya, tetapi memang pembawaan dirinya yang sopan, ramah dan tulus. Aku menyukainya, bagaimana denganmu?" tanya wanita yang tidak lain adalah Ajeng–ibunya–Arjuna pada suaminya.
"Ya, aku juga berpikir seperti itu," jawab Abimanyu–suaminya.
Ya, pasangan paruh baya yang baru saja dilayani oleh Vani, adalah kedua orang tua Arjuna. Keduanya tak menunda untuk melihat langsung seperti apa wanita yang dikabarkan dekat dengan putra mereka. Menyetor uang ke bank secara langsung, menjadi kali pertama mereka lakukan dalam hidup mereka, duduk mengantri di bank rela mereka lakukan hanya untuk bertemu Vani. Melihat Vani secara langsung, membuat keduanya langsung menyukai Vani. Mereka berharap jika Vani akan menjadi wanita yang tepat untuk putra kesayangan mereka.