NovelToon NovelToon
AKU MENYERAH

AKU MENYERAH

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / CEO / Playboy / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rahma AR

Renata menatap dingin dua sejoli yang berdansa mesra di depannya sambil meneguk minuman dinginnya.

Joandra, tunangannya seakan ngga mempedulikannya dan terus saja berdansa dengan Saraswati, model di perussahaan mereka.

Renata dan Joandra dijodohkan kedua orang tua mereka demi perjanjian bisnis keluarga. Tepatnya orang tua Renata berhutang cukup besar pada keluarga Joandra.

Tapi jauh sebelum itu Renata dan Joandra sudah saling mengenal. Joandra bahkan sempat menyatakan sukanya pada Renata lewat teman dekat Renata. Tapi karena sesuatu hal, Renata teepaksa menolak.

Tapi takdir mempermainkan mereka. Mereka kembali disatukan lewat perjodohan bisnis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pikiran dan Hati yang ngga sinkron

Renata baru saja menyelimuti Shiren yang sudah nyenyak tertidur, saat mendengar bunyi bel di rumahnya yang berdentang.

"Siapa ya?" gumamnya sambil melihat jam di dinding. Sudah hampir pukul sembilan malam

Saat dia baru saja membuka pintu kamar, mama sudah berdiri di hadapannya. Keduanya pun sama sama terkejut.

"Mama ngagetin," seru Renata sambil menormalkan detak jantungnya.

Mamanya ngga tersenyum, menatapnya lekat.

"Ada apa, ma?"

"Ada Joandra di depan. Lagi ngobrol sama papa kamu," ucap Mama pelan.

Ngapain dia ke sini? geram Renata masih sakit hati, mengingat kata katanya tadi.

"Sana temuin," perintah mama, mungkin juga atas keinginan papanya.

Renata menggelengkan kepalanya cepat.

"Ma, tolong bilangin ke papa, alu sudah tidur," pintanya memohon.

Ini rumahnya, dia berhak membatasi siapa saja yang bisa dia jumpai, kan, batinnya tegas.

Kalo di kantor, mungkin dia kalah, terpaksa menurut. Tapi ini di rumahnya. Rumahnya, ulangnya lagi dalan hati.

"Kenapa Renata? Papamu minta kamu temui Joandra sebentar saja, ya. Dia ke sini karen tau Shiren sudah pulang dari Singapur," jelas mama dengan tatapan penuh tanya.

Putrinya terlihat kurang nyaman berada di dekat tunangannya. Sejak terpaksa harus menerima kenyataan sudah ditunangkan hingga harus bekerja sama di perusahaan tunangannya, Renata selalu murung. Kehadiran Shiren seperti obat yang membuatnya kembali ceria lagi.

"Ma, please."

Mama menepuk bahu Renara lembut.

"Oke, mama bilang kamu sudah tidur. Sana kamu masuk ke kamarmu," kata mamanya menyetujui.

Renata hampir bersorak, kalo saja dia ngga mengingat ada Joandra di bawah.

Mamanya hanya menggelengkan kepala melihat kegembiraan anak keduanya yang kini sedang memeluknya berterimakasih.

Apa Joandra sudah menyakiti kamu?

*

*

*

Renata terus menatap mobil sport putih yang sedang parkir di belakang mobilnya setelah dia masuk ke kamarnya. Tentu saja di balik kain gorden jendela besarnya. Dia hanya membuka sedikit.

Laki laki itu ternyata belum pulang. Padahal sudah hampir satu jam Renata mengintip. Tapi mobil itu ngga bergerak juga. Rasanya kakinya sudah mulai pegal.

Kenapa dia ngga pulang pulang. Sana cepat pulang, gerutu Renata kesal dalam hati.

Ngga lama setelah dia mengumpat dalam hati, sosok itu keluar.

Renata agak melebarkan kain gorden jendelanya, dia dapat secara bebas mengintip laki laki jahat itu dari kamarmya di lantai dua.

Joandra hanya mengenakan kemeja putihnya, tangannya pun di lipat hingga siku. Dia terlihat gentle menemui papanya dengan penampilan begitu.

Renata reflek menutup kain gordennya ketika.melihat Joandra mendongak ke arah kamarnya di lantai dua.

Renata benar benar terkejut. Jantungnya seperti mau copot.

Apa dia tau tadi aku mengintip? batin Renata deg degan. Dia terlalu kuat menarik kain gordennya, pasti Joandra dapat melihat gelombang yang tercipta pada kain gorden itu.

Bodoh! Kenapa aku harus gugup, sih, omel Renata dalan hati.

Dia sudah pulang belum, ya? batinnya penasaran dan menyibak sedikit kain gordennya.

Renata tercekat. Dia benar benar bodoh. Kini dia tertangkap basah sedang mengintip Joandra. Laki laki itu sedang memgarahkan pandangannya padanya sambil menelpon.

Entah perempuan mana yang ditelponnya. Yang jelas bukan dirinya. Karena ponselnya ngga bergetar sama sekali. Karena kesal dia pun langsung menutupnya dalam tatapan intimidasi Joandra.

Renata masih berdiri di samping jendelanya tanpa berani menyingkapkan kain gordennya. Dia menunggu sampai terdengar bunyi mesin mobil Joandra dihidupkan dan bunyinya semakin menjauh.

Setelah yakin kalo mobil itu sudah pergi, Renata baru menyibakkan lagi kain gordennya. Mobil sport Joandra sudah ngga ada lagi di halaman rumahnya.

Ada yang lost dalam hatinya. Begitu menekan sampai membuat dadanya sesak.

*

*

*

Joandra merasa aneh kenapa dia berada di rumah Renata. Tangan dan kakinya ngga konsisten dengan pikirannya. Lebih mengikuti kata hatinya.

Saat kedua orang tua Renata menyambutnya dengah ramah, sedikit penyesalan muncul dalam hatinya sudah berkata jahat pada putri mereka.

"Ma, panggilkan Renata. Kasih tau ada Joandra," titah papanya.

"Oiya, pa," ucap mama setelah menghidangkan cake buat suami.dan calon menantunya. Juga air mineral, karena keduanya menginginkannya.

"Ngga usah, tante, om. Mungkin Renata sudah tidur," tolaknya halus.

Kalo pun belum tidur, mengingat kemarahannya tadi, Joandra yakin Renata ngga akan mau menemuinya.

Dan benar saja, mama Renata kembali dengan wajah ngga enak.

"Renata sudah tidur, pa."

"Masa? Biasanya dia begadang sampai jam sebelas malam?" suaminya menatap istrinya ngga percaya.

Mama Renata hanya bisa diam, dengan sikap bingung karena ketahuan berbohong oleh suaminya.

"Tadi kerjaan kantor banyak banget, om, tante. Mungkin Renata kecapean," jawab Joandra seolah membantu kebohongan mamanya Renata.

Mama Renata tersenyum canggung membalas senyum tipis Joandra.

"Oh, iya iya. Kamu juga pasti sangat sibuk, kan. Tadi om sudah bilang sama Renata, agar lebih membantu kamu karena papa kamu sudah ke Amerika," ucapnya dengan wajah sumringah.

"Iya, om," sahut Joandra masih dengan senyum tipis tersungging di bibirnya.

Hari ini dia memberikan sedikit toleransi pada Renata, hingga ngga ikut lembur bersamanya di kantor. Tapi ngga untuk besok dan hari hari seterusnya.

"Mungkin Renata akan sering lembur bersama saya, om, tante. Kalo.di ijinkan, saya akan mengantar jemputnya. Biar om dan tante juga merasa lebih tenang kalo Renata pulang jam sembilan malam," jelas Joandra seakan sangat mempedulikan keselamatan Renata.

Dan nyatanya kedua orang tua Renata langsung terharu dan tersentuh mendengar kata katanya. Bahkan langsung menyetujui niat Joandra untuk mengantar jemput Renata.

"Mama setuju, pa. Lebih aman sama Joandra."

"Joandra ngga merasa om dan tante repotkan?" tanya papa Renata agak sungkan. Biar bagaimana pun ikatan antara keduanya terjadi karena dirinya belum sanggup membayar hutangnya yang sangat besar pada papa Joandra.

"Ngga apa Om. Saya nanti bisa pake supir," jawab Joandra santai.

"Terima kasih sekali ya, nak Joandra. Tante nitip Renata. Dia anak yang baik," ucap mamanya penuh harap.

"Ya, tante tenang saja," balas Joandra hangat.

Mama Renata dan papinya menatap Joandra lega.

Yakin sudah menitipkan Renata pada laki laki yang tepat.

Padahal Joandra hanya menampilkan tampang baiknya saja di depan keduanya.

Anak baik mungkin iya karena om dan tante belum tau kelakuan Renata yang sebenarnya, batin Joandra mencela juga kasian.

Setelah cukup lama mengobrol, Joandra pun pamit.

Saat dia berada di delan mobilnya, Joandra merasa ada yang mengawasinya.

Bibirnya menyeringai mendapati si pengintip itu terkejut dan kembali menyembunyikan dirinya.

Suara telpon membuatnya terus menatap kamar di lantai dua yang masih terang benderang.

"Ada apa, Sil?" tanyanya sambil tetap fokus ke arah kamar si pengintip tadi.

Dan benar saja, Renata kembali mengintipnya.

Sosoknya telihat terlalu jelas. Joandra terus menatapnya tanpa mempedulikan suara kesal Silvia yang dia acuhkan, sampai Renata menutup kembali kain gordennya.

Bibir Joandra mengembangkan senyum. Dia bingung akan makna senyumnya. Tanpa kata penutup, Joandra memutuskan sambungan telpon dan menyimpan ponselnya di saku celananya.

Kemudian Joandra pun beranjak ke mobilnya dan dia menjalankan mobilnya dengan tenang.

Sampai ketemu besok pagi, Renata, batinnya masih dengan bibirnya yang masih menyunggingkan senyum.

1
Nanik Lestyawati
keren
Simba Berry
sayang sekali dicerita ini tdk diceritan sudah berapa tahun berlalu.tahu2 sudah renata sudah befubah aja wajahnya.bingung kita bacanya.
Siti Suhaenah
Luar biasa
Anita Choirun Nisa
good
Uba Muhammad Al-varo
Renata punya sahabat penghianat begitu juga papa joandra penghianat,hadeuh ........
Uba Muhammad Al-varo
kasian kamu Renata karena kesalah pahaman membuat kamu dibenci oleh joandra,begitu pun mamanya joandra karena kamu miskin.
Uba Muhammad Al-varo
huh joandra lain dimulut lain dihati
bunda DF 💞
bagus bgt ceritanyaa,, lanjut aku baca cerita yg lainnya yaaa
RithaMartinE
luar biasa
Lenni Namora
😘
sansan
mampir kesini sambil nunggu novel nya kaysar sama gista up lagi... udah maraton pokok nya ini.. dr nathan sama zoya .. early sama edna.. fazza vanda... skrg lanjut kesini dulu ..
💗vanilla💗🎶
yg bikin suka itu ceritanya gak panjang2 , tp gak pendek jg , pas lah .. ada plot twist nya jg , semangat berkarya trs thor
💗vanilla💗🎶
cerita susan sm bisma lucuk jg , gak ada lapaknya ni
Rahma AR: blm ada ....
total 1 replies
like
Kecewa
like
Buruk
💗vanilla💗🎶
pengertian sekali ob nya
💗vanilla💗🎶
lho bukannya udh kenal ya , wkt kena bola basket itu
💗vanilla💗🎶
brarti si diana nih biang kerok nya .. np jg msh pake kurir2 , gak komunikasi lsg hp ada 😁
💗vanilla💗🎶
br mampir di sini thor /Smile/
Lailatul Ella
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!