Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 8 - THE CHANGE OF PLANS
Aku pun tersenyum melihat ke arahnya dengan raut muka yang kebingungan sambil berpikir iya kah begitu? Seketika aku tidak percaya dengan apa yang barusan ia tanyakan itu kepadaku lalu tiba-tiba aku teringat dengan bayangan malaikat di dalam pohon cemara itu dan aku pun langsung menjawabnya, “Iya aku juga melihat di mimpiku kalau rambutku setengahnya berubah jadi coklat muda dan oh iya telapak tangan kananku”
Aku pun langsung mengangkat lengan kananku dan melihat ke arah telapak tangan kananku itu. Ternyata benar saja, ada sebuah simbol pohon cemara di sana yang sama persis yang kulihat tadi di mimpiku itu. Evan yang melihatku itu pun tampak kebingungan lalu bertanya, “Kenapa sama tangan kananmu sayang?”
“Tidak apa-apa kok” jawabku sambil menutupi simbol itu dengan perlahan mengepalkan tangan kananku itu.
Lalu tiba-tiba seorang dokter pun datang ke tempatku itu untuk memeriksa keadaanku, saat dokter itu berjalan menghampiriku, ia tidak sengaja melihat ke wajahnya si Evan. Setelah itu, ia pun langsung tersenyum tipis ke arahnya Evan lalu berkata dengan nada yang bercanda kepada Evan yang menurut dugaanku adalah adiknya sendiri, “Oh ini pacarmu ya? Yang tadi kamu baru aja izin kepadaku untuk ke rumah sakit ternyata yang ini haha”
“Apa sih ko, ngeledek mulu kerjaannya setiap hari. Paling suka deh isengin adeknya” jawab adiknya itu dengan wajah yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi kesal itu.
Aku pun hanya bisa tertawa kecil mendengar keributan mereka itu lalu tidak sengaja aku melihat ke arah nama dari dokter itu yang tertulis di sebelah kanan depan seragamnya itu yang bertuliskan, “Henry Hazelet”
Ternyata benar apa yang telah kuduga itu, ia adalah kakak laki-lakinya dan hal ini terlihat dari nama panjang atau nama keluarganya yang sama dengan nama panjang Evan, yaitu Evan Hazelet.
Setelah itu pun kakak laki-lakinya hanya tersenyum lebar saja sambil menatap ke arahnya dan setelah itu ia menatapku sambil tersenyum yang seperti sedang memberikanku pertanda bahwa ia akan memulai melakukan pemeriksaannya itu.
Di keesokan harinya, pada hari rabu tanggal 10 Mei 20xx di jam 4.30 sore. Terlihat Meirilyn bersama dengan calon suaminya itu yang gagal menikah karena adanya sebuah kerusuhan yang tidak diketahui itu di acara pernikahan mereka sebelumnya berada di sebuah kafe yang memiliki nuansa alam serta di bagian depan atas kafe tersebut terpajang papan nama yang bertuliskan nama kafe itu yaitu, “Serenade” dan terbuat dari kayu juga dihiasi dengan beberapa ranting pohon serta dedaunan.
Selain itu pintu masuknya juga terbuat dari bambu dengan hiasan beberapa daun dan ranting kecil. Atap kafe yang terbuat dari jerami serta jalan masuknya yang didekorasi seperti jalanan di taman yang juga memiliki rerumputan serta beberapa tanaman liar lainnya yang mengelilingi jalan itu juga menambah suasana alam.
Saat di dalam, Meirilyn pun terlihat sedang mengobrol santai bersama calon suaminya yang sedang duduk di depannya yang saat ini sedang sibuk menggunakan laptopnya karena ada pekerjaan sampingan yang harus dilakukan di saat itu juga.
“Oh iya, untuk pernikahan kita nantinya akan diadakan di luar negeri aja ya untuk meminimalkan kejadian serupa” kata Meirilyn mengusulkan ide tersebut sambil menatap kepada calon suaminya yang sedang sibuk mengetik dan mengurusi beberapa data di laptopnya itu.
Beberapa saat setelah calon suaminya itu sibuk mengetik di laptopnya tersebut, akhirnya ia mendapatkan suatu ide lalu menatap ke arah Meirilyn sambil tersenyum dan menjawabnya, “Baiklah kalau begitu, pengen negara apa? Prancis juga bagus menurutku”
Meirilyn pun tersenyum senang ke arahnya lalu berkata sambil menatap wajahnya itu, “Iya benar, boleh kok itu aja”
“Oh iya sekali lagi maaf ya atas keributan kemarin, ternyata orang yang membuat keributan itu adalah rekan kerjaku sendiri” kata calon suaminya itu sambil menatap wajahnya Meirilyn dengan nadanya yang sedikit terdengar sedih dan merasa bersalah itu.
Meirilyn pun langsung merasa kaget setelah mendengar apa yang baru saja dikatakannya itu karena ia tidak menyangka kalau orang tersebut adalah rekan kerja calon suaminya sendiri, akhirnya meskipun begitu ia pun secara perlahan dapat merasa lega kembali karena ia bisa mengetahui kenapa calon suaminya beberapa hari setelah gagalnya pernikahan mereka tiba-tiba memutuskan untuk bekerja di rumah lewat laptopnya itu.
Lalu setelah itu Meirilyn pun langsung mengelus rambut calon suaminya dengan lembut dan menatap wajahnya sambil tersenyum lalu berkata kepadanya, “Tidak apa-apa Emmerio, harusnya kamu juga meminta maaf sama temanku si Nairiya juga”
Emmerio yang adalah calon suaminya itu pun menjawabnya kembali sambil fokus mengetik kembali di laptopnya tersebut, “Aku juga berpikir begitu sih, tapi entah kapan aku bisa menemuinya”
Meirilyn pun akhirnya menemukan suatu ide lalu langsung membicarakannya kepada Emmerio yang sedang berada di depannya itu, “Oh iya, gimana kalau besok pagi kita menjenguknya saja di rumah sakit”
“Boleh sih, aku sekalian langsung kerja di bagian instalasi farmasi di sana nanti pas baliknya” jawab Emmerio dengan santai kepada Meirilyn.
Tak lama kemudian, tiba-tiba seorang wanita dengan mengenakan atasan kemeja berwarna biru muda dengan corak garis-garis berwarna putih dan celana panjang yang berwarna coklat tua berjalan masuk ke kafe itu dengan menggunakan sepatu sneakers putihnya itu ke arah meja Meirilyn dan Emmerio yang berada di sebelah jendela dan tidak jauh dari pintu masuk.
Saat sudah berada tepat di meja mereka, wanita itu pun menyapa mereka berdua sambil tersenyum ramah. “Halo Mei, halo Rio”
Meirilyn pun langsung menyadari kehadiran wanita itu dan menyapanya kembali dengan tersenyum senang, “Hai Vei, ayo duduk di sini”
Lalu Veirena yang merupakan kakak perempuan dari Nairiya pun akhirnya duduk di sebelahnya Meirilyn dan setelah itu Emmerio yang merupakan rekan kerjanya Veirena pun menatap ke arah Veirena dan bertanya kepadanya, “Gimana tadi di instalasi farmasi?”
Veirena pun menjawabnya sambil tersenyum tipis kepadanya, “Lancar aja sih ya dan kebetulan yang buat rusuh di acara pernikahan kalian kemarin itu sedang tidak datang karena dia ambil cuti sebulan”
Lalu Emmerio pun menunjukkan ekspresi wajah yang sangat amat kesal itu dan berkata, “Hah, lucu juga atasan kita ini, mau aja dia ngasih cuti. Kalau kata aku sih pecat aja sih soalnya kerjanya juga lumayan berantakan”
Tiba-tiba ponselnya Meirilyn yang terletak di atas meja tersebut berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon tersebut dengan bertuliskan nama orang yang menghubunginya di layar ponselnya itu dan saat ia melihat nama kontak yang menghubunginya itu, ternyata orangnya itu adalah Therion yang adalah adik laki-lakinya sendiri.
Setelah ia mengangkat teleponnya tersebut, terdengar suara panggilan dari Therion, “Halo ce”
“Hallo juga, kenapa kamu telepon?” jawab Meirilyn dengan nada bicara yang terdengar kebingungan itu.
Lalu Therion pun berkata kepadanya kembali dengan kondisinya yang saat ini sedang berada di bawah pohon cemara dan melihat ke sekitar taman yang ada di sana, “Ini aku lagi taman yang kamu bilang magis itu, terus ga sengaja aku lihat daun pohon cemaranya berguguran”
“Ya sudah kalau gitu emang kenapa?” jawab Meirilyn dengan santai.
“Kan kamu sendiri yang bilang kalau daunnya berguguran berarti bayangan malaikat yang ada di pohon itu juga sudah ada pasangannya”
Beberapa saat setelah adiknya berkata seperti itu, akhirnya Meirilyn teringat akan sesuatu lalu berkata kembali kepadanya, “Oh iya, kalau begitu aku akan segera ke sana”
Setelah itu, akhirnya Meirilyn pun mematikan hubungan panggilan telepon yang masuk ke ponselnya itu lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas tentengnya itu dan membawanya sambil meminta izin kepada mereka untuk pulang terlebih dulu, “Eh ini aku pulang duluan ya, ada sesuatu yang ingin aku urus dulu”
Emmerio pun menatap ke arah Meirilyn yang adalah calon istrinya itu sambil menjawab, “Hati-hati ya sayang, jangan pulang terlalu malam ya”