Sekretaris Nakal (Balas dendam)

"Apakah ada hal yang sangat penting sampai anda repot-repot datang kesini? jika anda menginginkan, saya bisa datang ke rumah anda," kata Nayara dengan bibir tak henti tersenyum.

"Oh, tidak perlu, aku tadi kebetulan lewat. sekelas sekretaris hidupmu sangat mewah ya, apartement yang nyaman, dan hidup dengan seorang asisten rumah tangga."

"Ah, anda benar. Saya sebenarnya sudah terbiasa dengan kemewahan sejak kecil, jadi semua gaji saya tentu tidak cukup untuk kebutuhan semua ini, tapi bukankah wanita cantik selalu punya solusinya," jawab Nayara dengan dusta.

Selama ini Uncle Bram yang memberi Nayara kemewahan karena lelaki kaya itu tidak memiliki anak. dan Nayara sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

"Apa maksud kamu? apa kamu menggoda para pria untuk dapatkan uang?"Mata Briana membola, dia tak percaya dengan pengakuan Nayara. Tadinya dia berfikir Nayara punya bisnis online atau lainnya, tapi justru pengakuannya membuat hatinya semakin resah.

"Saya tidak bilang demikian. Nyonya."

"Aku menemukan banyak wanita sepertimu yang ingin hidup nikmat diatas kemewahan tanpa kerja keras, apa kamu juga menggoda suamiku?!" tanya Briana dengan tatapan menghunus.

"hahaha."Nayara justru tertawa sangat keras.

"Sebagai istri harusnya anda percaya apa yang dilakukan oleh suami anda daripada apa yang saya katakan."

"Nay, katakan dengan jelas padaku sekarang!! apa kau juga menggoda Morgan!!"

"Aku tak percaya ternyata seorang nyonya besar seperti anda memiliki rasa tidak percaya diri, anda mendatangi saya hanya menanyakan hal ini." Nayara membalikkan badannya hendak masuk, karena sejak tadi Briana tidak mau duduk. Dalam kesempatan ini Briana menarik gaun tipis berbahan satin yang dipakai oleh Nayara dari belakang.

"Akhhh!" Nayara kesakitan karena aksi dadakan Briana, gaun warna putih tulang itu robek di bagian punggung.

"Apa yang anda lakukan,"pekik Nayara.

"Aku ingin tahu siapa kamu sebenarnya?!" kata Briana dengan tatapan yang semakin tajam, matanya terlihat lebih besar "Aku tidak akan biarkan kamu merusak kebahagiaanku wanita murahan."

"Plak!!" Nayara menampar pipi Briana karena berulang kali wanita itu terus mengatakan dirinya murahan.

Setiap kata 'Murahan' keluar dari bibir Briana, rasa sakit di hati Nayara semakin menjadi karena sesungguhnya yang pantas disebut murahan adalah Briana dan Diana, ibunya.

"Nona kendalikan diri anda." Tomi mengunci tangan Nayara ke belakang. Tomi tidak mau Nayara akan berada dalam masalah karena memukul Briana untuk kedua kalinya.

"Kamu! Berani sekali!!" Dengan membabi buta. Briana memukul wajah Nayara berulang kali hingga jari-jari panjangnya membekas di pipi Nayara.

Nayara kehilangan kebebasan karena kedua tangannya di kunci oleh Tomi dengan lengan berototnya.

Briana merobek baju Nayara hingga tubuh atasnya nyaris terekpose. untung pagi ini Nayara sudah memakai kacamata pelindung kedua bukit kembarnya, karena biasanya saat tidur Nayara tak pernah memakainya dengan alasan untuk kesehatan. Punggung Nayara juga tak lepas dari cakaran kuku panjang Briana.

Setelah puas mencabik tubuh Nayara Briana tersenyum puas. "Kamu akan menyesal telah berani melawan seorang wanita kelas atas seperti aku." Briana masih sempat mendorong Nayara hingga tubuhnya terpelanting.

Tomi dengan sigap menahannya.

Briana mengamati punggung Nayara yang putih mulus tanpa ada titik hitam seperti yang dilihat kemarin, Briana yakin yang menempel kemaren bener-bener seekor lalat, atau terlalu memikirkan saudaranya yang sudah di bunuh oleh mamanya dengan cara kejam.

"Aku tidak akan pernah melupakan kejadian ini! Aku akan melaporkannya pada Morgan agar kau dipecat," kata Briana dengan percaya diri.

Nayara berusaha bangkit dari dekapan Tomi, Sopir muda itu sudah terlalu lama menahan tubuhnya. "Ahkkk, terima kasih," lirih Nayara menahan sakit ketika Tomi melepas tangannya.

"Saya pulang dulu, Non," kata Tomi yang tak lagi di dengar Briana. Wanita itu segera pergi usai membuat Nayara babak belur.

Briana lega Nayara bukanlah saudara tirinya. Sekarang dia yakin kalau gadis kecil yang dulu menjadi saingan terberatnya itu sudah tiada

Bibi segera membopong tubuh Nayara ke kursi tamu.

Nona maafkan bibi, kenapa Nona tadi memberi isyarat supaya bibi tidak mendekat.

"Bibi, anda pasti tahu wanita itu berbahaya, denganku saja dia sangat sadis, apalagi dengan Bibi."

"Sial! Kukunya panjang sekali. Punggungku sekarang rasanya perih." gerutu Nayara.

Bibi mengambilkan kaca kecil memiliki satu gagang dan bentuknya oval dari ruang rias Nayara.

"Lihatlah Nona? bukan hanya punggung anda, tapi leher dan wajah anda juga terluka." kata Nibi menatap majikannya dengan prihatin.

"Ini sangat buruk Bibi, butuh waktu lama untuk bisa menghilangkan semua bekas ini."

"Benar Nona, anda sepertinya harus libur kerja dalam beberapa hari."

"Baiklah aku akan izin untuk beberapa hari," kata Nayara sambil meringis kecil merasa perih di setiap bekas cakaran Briana.

"Nona, lukanya harus dibersihkan, bagaimana kalau kuku wanita tadi mengandung rabies."

"Bibi bisa aja, emangnya dia anjing."

"Bibi kesal sama wanita seiko tadi, Nona. Biarpun dia istri direktur atau orang terkaya di dunia sekalipun, Bibi tidak akan pernah menyukai wanita ringan tangan macam dia," kata Bibi sambil memeras handuk bersih yang sudah dicelupkan di air hangat.

"Oh iya, Nona tadi harusnya membalas mencakar wajahnya saja, biar dia tahu kalau ini semua menyakitkan, kalau bibi pasti sudah membalasnya tadi" geram bibi.

"Bibi ini perih, Bibi serius donk kalau bersihkan jangan ngomel melulu, lagian orangnya sudah pergi, mau aku panggil lagi," goda Nayara diakhiri sebuah kekehan kecil. Nayara tidak mau Bibi terus membahas Briana, luka ini akan Nayara manfaatkan untuk membuat Morgan semakin bersimpati padanya.

Nayara beristirahat setelah semua luka ditubuhnya sudah diberi obat anti biotik oleh bibi, obat warna merah itu terlihat memenuhi leher dan punggung Nayara, wajah Nayara yang membekas jari-jari Briana dia biarkan saja.

Morgan yang sedang menikmati olahraga paginya bersama Rangga dan Andre, segera menghentikan aktifitasnya begitu mendengar sebuah notif pesan dari ponselnya.

Morgan terkejut melihat cuplikan video berdurasi pendek dikirim oleh Tomi, sopir pribadinya. Tak lama sebuah pesan singkat kembali terkirim.

{Tuan, Nona Nayara terluka karena ulah Nyonya Briana}

"Briana! apa yang telah dia lakukan!" Morgan meremas ponselnya karena kesal. Dia kembali melihat video kiriman dari Tomi sekali lagi.

Morgan bisa melihat dengan jelas dia merobek baju Nayara dan melakukan kekerasan di punggung asistennya beberapa kali. "Ada masalah apa Briana dengan Nayara, sampai dia mendatangi apartement wanita itu.

"Andre, Rangga kalian berdua lanjutkan saja olahraganya, aku akan pergi sebentar," pamit Morgan.

Rangga dan Andre menunjukkan jempolnya yang artinya 'okey'.

Morgan segera mengambil handuk untuk menyeka keringatnya. Sambil keluar ruang gym, Morgan terus menelepon Tomi. Namun, sopir itu rupanya sudah mematikan ponselnya.

Tomi tidak mau ketahuan telah mengadukan perbuatan istri majikannya.

Tomi tidak tahu kalau perbuatannya mematikan ponsel, justru membuat Morgan semakin khawatir dengan kondisi Nayara.

Tanpa diantar sopir, tanpa mandi terlebih dahulu, Morgan segera mengemudikan salah satu mobilnya yang berjajar rapi di garasi. Dia hanya sempat mengenakan kaos putih tipis yang mencetak tubuh berotot dan celana pendek . Sangat berbeda dengan penampilannya setiap bertemu dengan Nayara ketika di perusahaan.

***

Pintu Apartement kediaman Nayara kembali di ketuk, Nayara yang rebahan di sofa ingin segera membuka dan melihat tamunya.

Bibi yang mendengar segera keluar tapi Nayara melarangnya dengan isyarat tangan. "Biar aku saja, mungkin itu Novi," kata Nayara.

"Baiklah Nona." Bibi kembali masuk ke dalam.

Nayara mengintip dari kaca kecil, ternyata bukan Novi yang terlihat, tapi tak lain lelaki tampan dengan penampilan sederhana.

Nayara tidak langsung membuka, dia masih berfikir keras tentang kedatangan Morgan di hari libur ini.

Nayara juga belum mengirimkan pesan tentang rencana libur sementara yang akan dia ajukan.

"Nay, buka pintu, aku tau kamu di dalam!!"

"Nay aku minta buka pintunya, atau aku akan merusak pintu ini!!" Morgan menggedor pintu semakin keras.

Morgan merasa Nayara sudah tahu kedatangannya, Dia berfikir wanita itu enggan untuk membuka, karena kelakuan Briana baru saja.

"Nay! aku akan hitung sampai tiga kalau tidak kau buka juga, aku akan_"

Morgan berhenti berteriak begitu melihat gagang pintu apartement bergerak pelan.

*Jangan lupa pencet Like, Vote dan tinggalkan komentar. Author sangat berterimakasih atas dukungan kalian. ILoveyou.