NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Diintai

Di tengah malam, ketika semua orang telah terlelap dalam mimpi. Hanya satu orang yang masih terjaga disana.

Pintu kamar yang Ellios tempati sedikit terbuka. Memperlihatkan sebuah bayangan hitam tinggi tepat di depan pintunya. Namun, bayangan hitam itu langsung menghilang, meninggalkan cahaya kecil yang masuk dari sela pintu yang terbuka.

...★----------------★...

"Luka di alismu ini, bagaimana bisa kamu mendapatkannya?" tanya Chatarine. Tunangan dari Ellios.

Ia mengulurkan tangannya untuk membelai bekas sayatan yang dalam di bagian alis sang Pangeran.

"Dulu saat kecil, aku bertemu dengan para bandit dan berakhir mendapatkan luka ini," jelasnya dengan sabar. Ellios tersenyum begitu manis pada sang Tunangan dan menatapnya penuh dengan kelembutan.

"Bandit!? Bagaimana bisa kamu berakhir di situasi itu??"

Suara keterkejutan dari Tunangannya membuat Ellios terkekeh geli. Ia kembali bercerita.

"Saat itu ...."

Tiba-tiba suaranya tidak dapat terdengar lagi. Pandangannya mulai menggelap, dan Elena merasa tubuhnya diguncang beberapa kali hingga tanpa sadar ia terbangun dari mimpinya.

"Hey, El! Bangun!" Galeon mengguncang tubuh Elena berkali-kali padahal ia sedang tidur nyenyak.

"Ada apa, paman?" Elena terbangun dengan setengah sadar sambil mengusap matanya yang masih terasa lelah.

"Ayo, kita akan berangkat sebentar lagi. Kamu bangunkan Pangeran dan menyusulku di bawah," jelas Galeon.

Elena yang mendengar itu langsung mendapatkan kesadaran utuhnya dan mengangguk.

Dengan gesit dan telaten Elena merapikan kembali barang-barang mereka dan berjalan ke kamar Ellios.

Saat Elena ingin mengetuk pintunya, tangannya terhenti ketika melihat pintu sudah terbuka sedikit.

"Apa aku lupa menutupnya dengan rapat?" monolognya. Elena tidak berpikir macam-macam dan mengetuk pintu sebagai formalitas.

"Saya masuk," ucapnya.

Elena dapat melihat Ellios yang sudah terbangun dengan wajah sedikit lelah. Sepertinya ia tidak begitu nyenyak saat tidur di tempat seperti ini.

"Tuan muda, kita akan berangkat sebentar lagi."

Mendengar hal itu, Ellios mengangguk dan langsung turun dari kasur.

Tidak berselang lama Ellios dan Elena telah turun, dan menemui Galeon yang sudah menunggu di bar kedai itu.

"Paman, kami sudah siap," ucap Elena.

Galeon yang melihat dua anak di sampingnya langsung tersenyum dan menyerahkan satu koin perak ke pelayan. "Ini uang untuk minumannya. Kami harus pergi dulu."

"Tentu, terimakasih."

Pelayan itu tersenyum ramah dan menerima uang koin itu dengan senang hati.

Mereka bertiga akhirnya berjalan keluar dari kedai dan menuju ke arah gerbang kota.

"Kenalan saya sudah menunggu di gerbang. Kita hanya perlu datang dan semuanya akan beres," ucap Galeon dengan nada enteng.

Elena hanya tertawa canggung menanggapi, sedangkan Ellios hanya diam. Memperhatikan sekitarnya yang sangat sunyi.

Itu sudah wajar karena saat ini waktu menunjukkan pukul 3 pagi, dimana ketika orang masih nyenyak dengan tidur mereka.

Namun, entah mengapa Ellios merasa ada yang memantau mereka dari jauh sejak mereka keluar dari kedai.

Apa itu hanya perasaanku saja?

Hingga mereka bertiga tiba di depan gerbang kota, tempat dimana kenalan Galeon menunggu dengan kereta kuda usangnya.

"Hey, terimakasih sudah membantuku!" Galeon menyapa kenalannya terlebih dahulu saat bertemu.

"Sudah seharusnya aku membantumu, kawan! Sudah berapa lama kita kenal selama ini!"

Teman dari Galeon terlihat begitu ramah dan bersahabat. Ia tidak ragu mengajak ngobrol Elena yang terbilang orang asing. Apa itu karena dia masih anak-anak?

Tapi, tentu saja kenalan Galeon tidak melakukan hal yang sama pada Ellios. Apalagi ketika ia tahu siapa orang di depannya ini.

"Ka-kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang supaya kita bisa sampai di kota berikutnya sebelum matahari terbenam."

Galeon mengangguk, dan mempersilahkan Elena dan Ellios untuk naik ke kereta kuda itu terlebih dahulu.

Kereta kuda itu akhirnya berangkat dengan ditarik oleh dua kuda. Sang kusir yang adalah kenalan dari Galeon sering bercengkrama dengan Galeon saat di perjalanan.

Sedangkan Elena dan Ellios hanya diam sambil duduk bersebelahan.

Suara derakan roda kereta, dan beberapa guncangan dari bebatuan membuat siapapun yang mencoba tidur akan sangat terganggu.

Elena menyadari kelelahan dari Ellios dan menawarkan pahanya untuk dijadikan sebagai bantalan.

"Tuan muda, apa anda ingin berbaring disini? Itu mungkin akan membuat anda sedikit lebih nyaman saat berada disini," tawar Elena dengan maksud baik. Ia menepuk pahanya sambil melempar senyum kecil.

Ellios tentu saja mengernyit bingung. "Tidak perlu!" tolaknya langsung.

Namun, kali ini Elena tidak ingin menyerah begitu saja. Ia tidak bisa membiarkan Tuan mudanya pingsan karena kelelahan dalam perjalanan.

"Berbaring saja, tuan muda!" Elena langsung menarik bahu Ellios dan mendorongnya hingga ia berbaring tepat di atas paha Elena.

Hal itu tentu saja membuat Ellios terkejut dan langsung berteriak tidak terima. Namun, sebelum suaranya terdengar keras, Elena langsung menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.

"Tidur saja, tuan muda. Anda terlihat kelelahan." Elena mengelus kepala Ellios dengan begitu lembut hingga membuat Ellios yang ingin marah jadi mengurungkan niatnya.

Pelayan ini tidak kenal takut. Bagaimana bisa ia dengan santai melakukan semua ini padaku?!

Di dalam benak, Ellios sibuk mempertanyakan sikap aneh dari pelayannya ini. Namun, matanya malah mengkhianatinya.

Semakin lama elusan Elena di kepala Ellios, semakin berat mata Ellios.

Pada akhirnya, Ellios mulai menutup matanya secara perlahan. Namun, sebelum ia jatuh tertidur, ia berkata sesuatu dengan lirih, "Kamu terlalu berani padaku ...."

Elena yang mendengar gumaman sebelum tidur Ellios merasa geli namun juga hangat.

Malam masih panjang, dan suhu terasa dingin. Namun, entah mengapa tangan dan hatinya terasa begitu hangat.

Lambat laun mata Elena juga terasa memberat, dan pada akhirnya ia ikut tertidur dengan posis duduk.

"...."

"Guru, bagaimana bisa ...?"

Pemandangan disana terlihat begitu gelap hingga sulit untuk dilihat. Namun, entah mengapa hanya satu sosok yang terlihat begitu jelas di gelapnya malam saat itu.

Sosok besar dengan darah yang berada di pedangnya. Ia menatap dengan tatapan dingin bagai sebuah runcingan es yang siap menusuk kapan saja.

"Maaf ...."

Satu kata yang terdengar begitu berat. Satu kata yang entah mengapa mengandung banyak sekali emosi di dalamnya.

Sekilas. Tatapan sosok itu terlihat sedih dan terluka. Namun, pemandangan saat sosok itu mulai mengangkat bilah pedangnya yang berkilau ketika terkena sinar rembulan membuat semuanya menjadi jelas.

"Maafkan saya, Pangeran!"

Crash!!

To Be Continued:

1
Cha Sumuk
ceritanya membingungkan kebanyakan tanda tanya sendri hahhhhhhh
Rahael: soalnya emng banyak misterinya gitu kak
total 1 replies
Cha Sumuk
mc ceweknya lemah sdh lemah bodoh pula
Rahael: ceritanya emng di buat slow burn kak, makanya GK op mcnya
total 1 replies
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!