Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.
Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Cuaca siang itu cerah tanpa awan, hawa kering sedikit berangin—cuaca yang nyaris sempurna bagi Yasmin untuk bermain di halaman samping warung-rumah. Sinar matahari memantul di ubin teras, membuat boneka-boneka Barbie yang baru saja ia dapat dari Arka berkilau seperti benar-benar mengenakan permata.
Dengan berlutut di atas tikar mendong, Yasmin memegang Barbie mahkota merah, memasang suara lembut penuh wibawa. “Namaku Putri Yasmin. Aku sedang mencari bunga mawar emas,” katanya, menggerakkan lengan boneka bak aktris teater kecil.
Ia meraih Barbie bergaun hijau toska dan mengganti nada suaranya menjadi sedikit lebih dewasa, tenang. “Aku Peri Hannah, penguasa negeri ini,” lanjutnya, membuat kedua boneka itu seolah-olah saling membungkuk hormat.
Di ambang pintu, Pak Baharuddin berdiri bersandar pada kusen, tangan bersilang, bibirnya mengulas senyum yang menua oleh kenangan. Paket boneka yang dikirim Arka berisi dua figur—satu Barbie dewasa dan satu versi anak—dan Yasmin langsung menghidupkannya dengan imajinasi tanpa batas sesuai pikiran anak-anak.
Bagi sang kakek, adegan ini seperti menonton tayangan ulang masa lampau: Hannah kecil dulu juga gemar “mementaskan” cerita sambil bernyanyi dan tertawa, lengkap dengan properti seadanya.
Saat ingatan mengalir, hati Pak Baharuddin digelitik rasa haru. Hannah kecil dulunya gadis yang lincah meski mengenakan alat bantu dengar. Orang-orang suka mengajaknya bermain baik anak-anak seumurannya atau yang lebih tua darinya. Tak ada satu pun teman sekampung yang mencemooh; justru keunikan Hannah membuatnya disayang banyak orang.
Lalu, datanglah hari kelabu itu—kepulangan Pak Baharuddin dari luar kota disambut cerita buruk. Bahwa putrinya jatuh sakit parah untuk kedua kali dalam hidupnya. Sejak hari itu, suara Hannah menghilang, kaki melemah, dan dunia mereka berubah. Kejadian itu semua sebelum Hannah masuk TK.
Pak Baharuddin masih ingat betapa putus asanya ia membawa Hannah dari satu dokter ke dokter lain, dari kota hingga keluar provinsi. Sebagian dokter berkata pita suara Hannah rusak, sebagian bilang syaraf kakinya yang bermasalah, sebagian lagi tak menemukan apa-apa. Jawaban yang saling bertolak, namun semuanya berujung sama: tak ada perubahan. Sejak itulah Pak Baharuddin bersumpah menjadi tangan, kaki, sekaligus suara bagi putrinya—dan kini, bagi cucunya.
TING! TING! TING!
Suara bel warung memecah kenangan, menandakan di warung makan sedang ramah. Hiruk-pikuk mendadak terdengar di depan; pelanggan berdatangan.
Ketika Pak Baharuddin dan Yasmin tiba di warung, banyak sekali pekerja produk jalan berhelm kuning telah memenuhi bangku kayu panjang. Mereka datang untuk makan siang.
Yasmin seketika berubah dari putri kerajaan menjadi “asisten pelayan cilik”. Dia memberi tahu makanan yang rekomendasi untuk mereka makan. Orang-orang kagum kepada gadis kecil itu karena bisa beramah tamah dan melayani pembelian dengan baik.
Hannah mendadak masak lagi karena menu Ma kanan di etalase tinggal sedikit lagi. Dia memasak menu yang bisa cepat disajikan.
Waktu jam makan siang sudah lewat, tetapi para tenaga kuli itu baru saja mulai beristirahat. Karena harus menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.
Di tengah keramaian, seorang pria paruh baya berjaket proyek dan helm kuning khas para pekerja lapangan, menatap Pak Baharuddin dengan dahi berkerut.
“E … Pak Baharuddin?!” serunya tak percaya.
Pak Baharuddin menyipit, mencoba mengingat. “Iya. Anda siapa, ya?”
Pria itu bertubuh tegap dengan kulit cokelat legam akibat sering terpapar sinar matahari. Wajahnya tampak tegas dengan rahang tirus dan hidung sedikit melengkung menyerupai paruh burung.
"Pak, ini aku, Samsul! Anak Pak Sanusi — yang dulu sering dipanggil Gareng. Ingat, enggak? Bapak saya pernah kerja di kebun Bapak dulu," ujarnya sambil tersenyum ramah.
"Sanusi Gareng?" Pak Baharuddin sempat berpikir beberapa detik, lalu wajahnya berseri-seri saat mengenali nama itu. "Oh iya, ingat! Kamu anak sulung, ya? Dulu yang suka bawain Hannah jambu air?"
Samsul tertawa kecil. "Iya, itu saya, Pak. Sudah lama banget, ya. Sejak Bapak meninggal, saya dan adik-adikku dibawa kakek pergi dari kampung. Sejak itu kita nggak pernah ketemu lagi."
Pak Baharuddin merasa sedih mengingat kejadian waktu dulu. Dia tahu keluarga Sanusi dengan baik, termasuk Samsul, pemuda cerdas.
"Kamu sekarang tinggal di mana?" tanya Pak Baharuddin dengan hangat.
"Di Kota Gede, Pak. Nggak terlalu jauh dari sini, sekitar tiga kilometer," jawab Samsul. Tatapannya kemudian menyapu sekeliling warung. "Hannah sekarang di mana, Pak?"
"Itu Hannah!" Pak Baharuddin menunjuk ke arah Hannah yang datang dari arah dapur dengan menggunakan kursi roda.
Samsul mengikuti arah tangan Pak Baharuddin dan terkejut melihat sosok gadis berambut panjang menggunakan kursi roda. Wajah cantiknya mengingatkan masa lalu, sekarang lebih dewasa, tetapi pucat.
"Hannah? Kenapa dia di kursi roda, Pak?" tanya Samsul dengan suara nyaris tercekat. Matanya menatap penuh tanda tanya dan ketidakpercayaan.
Dalam kepalanya, masih terbayang jelas kenangan masa kecil. Hannah kecil berlari-lari di halaman rumah sambil tertawa bersama adik bungsunya. Mereka sering menagih jambu air yang biasa dia petik di jalan pulang sekolah. Rasanya mustahil gadis ceria itu kini hanya bisa duduk diam tak berdaya.
"Hannah," panggil Samsul.
Hannah menoleh. Dahinya mengkerut karena tidak mengenali orang yang kini berdiri di depannya.
"Siapa?" Hannah menggerakkan tangan sebagai bahasa isyarat.
Mata Samsul terbelalak. Dia tidak menyangka selain lumpuh, gadis kecil yang sudah dia sayangi sejak dulu, rupanya bisu juga.
"Hannah? Ada apa denganmu? Kenapa kamu bisa menjadi begini?" tanya Samsul dengan suara bergetar.
***
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗