NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Bocor

Keesokan harinya Tina sibuk dengan piketnya. Ia sendirian di kelas karena jadwal piket dan kebetulan Romeo juga ada disana. Karena Romeo duduk bagian belakang kelas jadi ia memperhatikan Tina yang sedang menghapus papan tulis. Romeo mengirimkan pesan pada Tina yang  kembali duduk untuk mengisi absen. Setelah memeriksa handphonenya Tina kaget dengan isi pesan Romeo.

Romeo: Tina rok Lo tembus ada merahnya...

Romeo : jangan bangun dari tempat duduk gue kesana kasik jaket gue ke Lo ya. 

Tina langsung merasakan wajahnya memanas membaca pesan dari Romeo. Ia tidak berani menatap ke arah belakang, di mana Romeo duduk. Ia segera membalas pesan itu dengan cepat.

Tina: Serius, Reo? Lo nggak bohong, kan?

Romeo: Serius. Jangan panik. Gue kesana sekarang, pura-pura ngobrol, oke?

Tina hanya bisa mengangguk pelan meskipun Romeo tidak akan melihatnya. Tidak lama kemudian, ia mendengar langkah Romeo mendekat. Ia menunduk, pura-pura sibuk dengan bukunya sambil berusaha tetap tenang.

Romeo dengan santai melepas jaketnya dan menyampirkannya ke kursi Tina. "Gue mau ngobrol bentar, boleh nggak?" katanya dengan nada biasa, mencoba tidak menarik perhatian siapa pun yang lewat di luar kelas.

Tina mengangguk, masih menunduk. "Makasih, Reo," ucapnya pelan, hampir berbisik.

"Udah, santai aja," jawab Romeo, duduk di kursi sebelahnya seolah tidak ada apa-apa. "Kalau udah aman, baru lo ke toilet, oke?"

Tina mengangguk lagi, merasa bersyukur sekaligus malu. Setelah beberapa menit memastikan tidak ada orang lain di sekitar, Tina bangkit dengan jaket Romeo melilit pinggangnya dan cepat-cepat pergi ke toilet.

Sambil duduk di kursi, Romeo hanya tersenyum kecil, menatap papan tulis yang baru saja bersih dihapus Tina. "Dia pasti lagi malu banget sekarang," gumamnya sambil sedikit terkekeh.

Sesampainya di toilet Tina berbalik arah melihat belakang roknya itu ini pertama kalinya, ternyata dia pubertas. Tak lama pesan Romeo muncul di handphonenya.

Romeo : gue udah bilang sama Dinar dia udah ke toilet.

Romeo : pasti itu yang pertama ya hahaha****ha

Tina memandang layar handphonenya dengan wajah yang makin merah. Ia mengetik balasan dengan cepat.

Tina: Reo, lo bercanda ya?! Malu tau! Jangan bilang siapa-siapa, gue mohon!

Pesan balasan dari Romeo datang dengan cepat.

Romeo: Santai aja, Na. Gue nggak bakal bilang ke siapa-siapa kok, tenang. Tapi lo lucu banget, serius.

Tina mendesah pelan, mencoba menenangkan dirinya. Ia memastikan semuanya sudah beres sebelum kembali ke kelas. Di perjalanan, ia bertemu Dinar yang langsung menghampirinya dengan wajah penuh perhatian.

"Dinar, lo nggak bilang ke siapa-siapa, kan?" tanya Tina, setengah panik.

Dinar menggeleng sambil tersenyum. "Enggak kok, santai aja. Tadi Romeo yang nyuruh gue ke toilet, katanya lo butuh bantuan. Dia peduli banget ya sama lo," katanya dengan nada menggoda.

Tina hanya bisa memalingkan wajah, merasa semakin malu. "Ah, nggak ada apa-apa, Din. Udah, yuk balik ke kelas."

...****************...

Di dalam kelas, Tina kembali ke tempat duduknya. Jaket Romeo masih melilit di pinggangnya. Romeo meliriknya dari belakang dan tersenyum, lalu mengirim pesan lagi.

Romeo: Udah aman, kan? Jangan lupa balikin jaket gue, tapi dicuci dulu ya hahaha.

Tina menggertakkan giginya, merasa ingin membalas Romeo, tapi akhirnya hanya mengetik singkat.

Tina: Dasar jahil!

Romeo : Lo gak belajar IPA ya? Itu mah biasa aja tapi Lo habis ngapain coba?

Tina membaca pesan Romeo dan mendesah kesal. Ia mengetik balasan dengan cepat.

Tina: Reo, serius deh, lo ini emang hobi bikin gue malu ya?! Gue nggak ngapa-ngapain, itu kan emang tiba-tiba aja!

Pesan balasan Romeo datang dengan cepat, seperti biasa dengan nada menggoda.

Romeo: Makanya belajar IPA yang bener, Na. Itu tandanya lo udah puber hahaha. Lagian, gue cuma bantuin lo kok. Gak usah malu.

Tina mengetuk layar handphonenya sambil menggigit bibir, setengah kesal dan setengah malu.

Tina: Udah ah, gue lagi mau fokus. Lo jangan godain gue terus, ganggu banget!

Romeo: Fokus apa? Fokus malu sama gue? Wkwk.

Tina mendengus, tapi tak bisa menahan senyum kecil yang muncul di wajahnya. Di tengah semua godaan Romeo, ia tahu bahwa Romeo benar-benar peduli padanya, meski caranya selalu bikin geregetan.

Sambil merapikan bukunya, Tina bergumam pelan, "Dasar Romeo, gangguin gue terus."

Di kamar Tina, Dinar duduk di atas kasur sambil memeluk bantal. Ia menatap Tina yang sedang sibuk mengganti kaosnya.

"Jadi, itu mens pertama lo ya?" tanya Dinar, nadanya santai tapi penasaran.

Tina hanya mengangguk pelan sambil menunduk. "Iya, Din. Dan yang pertama tau malah Romeo. Malu banget sumpah!"

Dinar tertawa kecil sambil melemparkan bantal ke Tina. "Lagian kenapa juga Romeo yang tau duluan? Bukannya gue atau ibu lo?"

Tina memutar matanya sambil mendudukkan diri di kasur. "Dia ada di kelas pas gue piket, terus dia ngasih tau kalau rok gue tembus. Gimana gue nggak malu coba?"

Dinar mengangkat alis, jelas menikmati cerita Tina. "Terus gimana reaksi dia? Ngeledek, kan?"

Tina mendesah kesal. "Ya jelas lah! Dia ngirim chat sambil ketawa.Tapi... ya, dia juga bantuin sih. Dia bilang ke gue buat nggak bangun, terus dia ngasih jaketnya. Malah nyuruh lo ke toilet buat bantu gue."

Dinar tersenyum lebar. "Wah, Romeo perhatian juga tuh. Udah nggak usah malu, Na. Mens itu wajar kok. Anggap aja dia... temen lo yang selalu ada."

Tina memeluk bantal di depannya, mencoba menutupi wajahnya yang memerah. "Din, tapi tetep aja gue ngerasa aneh. Rasanya kayak dia tau semua tentang gue, bahkan hal yang gue nggak siap kasih tau siapa-siapa."

Dinar menepuk bahu Tina. "Santai aja. Romeo memang begitu, tapi dia nggak bakal ngecewain lo. Malah kayaknya, dia bakal selalu jadi orang pertama yang tau apa pun tentang lo."

Tina tersenyum kecil, meski dalam hati ia masih merasa canggung. Romeo mungkin memang mengganggu, tapi diam-diam Tina merasa... nyaman dengan kehadirannya.

"Tadi pagi gak kenapa-kenapa, tapi yaudah deh ya." Tina menghela napasnya pelan. Mungkin memang sudah waktunya saja ia pubertas.

"Eh tapi Lo tau gak sih? Kalau misalnya cewek nih kalau naksir gitu dia bakalan pubertas." kata Dinar sambil tertawa

Tina melotot mendengar ucapan Dinar, lalu melempar bantal ke arahnya. "Apaan sih, Din? Ngaco banget!"

Dinar tertawa lebih keras sambil menangkap bantal itu. "Hahaha, seriusan! Gue baca di artikel kemarin. Katanya, kalau cewek mulai naksir seseorang, itu bisa jadi salah satu tanda pubertasnya mulai aktif!"

Tina mendengus, pipinya memerah. "Lo jangan ngarang, deh. Gue naksir siapa, coba? Lo aja yang kebanyakan baca artikel nggak jelas."

Dinar menyipitkan matanya, senyumnya makin lebar. "Hmm... gue rasa Romeo, deh."

"Din! Serius!" seru Tina sambil melempar bantal lagi, kali ini lebih keras.

Dinar mengelak sambil tertawa. "Hahaha, ya gimana nggak curiga, Na? Lo malu banget tadi soal Romeo, terus sekarang malah pipi lo merah! Nih, ngaku aja, lo naksir Romeo, kan?"

Tina memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan rasa malunya. "Din, gue tuh cuma malu karena situasinya aneh aja. Bukan karena gue naksir dia. Lagian, Romeo itu nyebelin banget!"

Dinar tertawa kecil, tapi kali ini ia tidak membalas. Ia hanya memandang Tina dengan senyum penuh arti. "Oke, oke. Kalau gitu, kita lihat aja nanti. Siapa tau, nasib lo sama dia ada benang merahnya juga, kayak legenda di Desa Asmaraloka itu."

Tina hanya menggeleng, berusaha mengabaikan ucapan Dinar. Tapi, di dalam hati kecilnya, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Dinar katakan. Apa benar ada sesuatu antara dia dan Romeo? Atau semuanya hanya kebetulan belaka?

Sedangkan di sisi lain, Romeo yang merenung bersama dengan kucingnya yang ada di pangkuannya disana ada Hanan juga Danan yang menatapnya heran. "Lo kenapa?" tanya Hanan pada Romeo yang tampak aneh biasanya dia bawel.

"Gak apa-apa, sejak rumor napas buatan pas gue tenggelam itu pikiran gue jadi aneh deh ya." Danan dan Hanan saling tukar pandang.

"Aneh gimana?"

"Gak tau aneh aja gitu, pikiran gue ya entah susah di jelaskan."

"Jangan-jangan Lo mikir mesum lagi." kata Danan ngawur.

"Ngawur Lo! Enggaklah!"

Hanan menepuk pundak Romeo sambil tertawa kecil. "Ya kali lo mikir yang begituan. Tapi serius deh, anehnya gimana? Lo nggak biasanya gini."

Romeo menghela napas panjang dan mengelus kucingnya dengan perlahan. "Gue gak tau, Han. Kayak gue jadi mikirin Tina terus akhir-akhir ini. Sejak kejadian napas buatan itu, gue merasa kayak... ada sesuatu yang beda."

Hanan menaikkan alisnya. "Beda gimana? Lo naksir Tina gitu?"

Romeo langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Hanan dengan ekspresi kaget. "Eh, enggak lah! Ngapain gue naksir dia. Dia tuh nyebelin, galak, suka ngatur. Lagian dia juga sering ngeledekin gue."

Danan tertawa kecil, menyikut Hanan. "Tuh kan, Han. Klasik banget. Kalau cowok bilang gak suka, biasanya sih malah suka."

Romeo memutar matanya, mencoba menyangkal. "Udahlah, jangan sotoy. Gue cuma bingung aja. Kenapa tiap gue inget kejadian itu, gue malah ngerasa... lega, tapi juga malu. Padahal itu cuma kecelakaan."

Hanan dan Danan saling pandang lagi, lalu Hanan angkat bicara. "Mungkin itu tanda, Reo. Lo mulai ada rasa sama dia, tapi lo nggak sadar."

Romeo mengerutkan kening, lalu melemparkan pandangan tajam ke arah Hanan. "Tanda apaan, Han? Jangan asal ngomong."

Danan tertawa sambil berdiri. "Udah, Han. Jangan bikin dia makin bingung. Lagian, kalau memang ada apa-apa, kita lihat aja nanti. Benang merahnya siapa tau udah diikat takdir, hahaha."

Romeo hanya menghela napas dan kembali mengelus kucingnya. Dalam hati, ia bertanya-tanya.

Apa benar semua ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar di balik semua kejadian ini?

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!