"JANGAN LUPA LIKE PERBAB YA!"
Reyhan Pratama dipertemukan dengan seorang wanita shalihah yang dulu pernah ditolaknya saat akan dijodohkan beberapa tahun lalu membuatnya sedikit menyesal tentang masa lalunya.
Wanita itu sekarang sudah bercadar namanya Annisa Putri, wanita shalihah yang sangat lembut dan sekarang sangat disukai oleh Asyifa putrinya Reyhan.
Akankah mereka bisa memperbaiki masa lalu mereka?
Jika ada penulisan atau kata-kata yang salah, atau menyinggung salah satu agama, mohon di maafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Karyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Keesokan harinya Pak Pramana sekeluarga kecuali Syifa datang ke rumah Pak Harun.
Mereka sudah duduk sambil mengobrol di ruang tamu.
Annisa baru datang dari mengecek para Santri wanita. Pak Harun dan Bu Aisyah lupa memberitahuinya jika keluarga pak Pramana akan datang.
"Assalamu'alaikum," ucap Annisa saat berada di pintu yang sudah terbuka.
"Wa'alaikumussalam," jawab semuanya sambil melihat ke arah Annisa yang berdiri diam saat melihat semuanya.
Annisa bingung saat melihat keluarga Pak Pramana datang, Ia lebih bingung lagi karena Reyhan juga datang.
Setelah diam beberapa waktu, akhirnya Annisa berjalan masuk dan duduk di samping Ibunya yang sedari tadi melambai.
Tatapan semuanya masih tertuju pada Annisa yang baru datang.
"Nisa ada yang mau dikatakan keluarga Pak Pramana pada Nisa," ucap Pak Harun saat menatap putrinya itu.
"Apa?" tanya Annisa dengan suara lembut.
"Maaf sebelumnya karena kami datang mendadak dan tanpa persiapan," ucap Janeta menatap ke arah Annisa.
Annisa mengangguk sedikit sambil bersiap mendengarkan semuanya.
"Nisa...kami datang ke sini berencana ingin membicarakan masalah ta'aruf Nisa dan juga Reyhan," ucap Pak Pramana hati-hati, dia sendiri juga gugup.
Reyhan hanya menunduk saat orang tuanya membicarakan itu. Rasa gugupnya mulai terlihat sejak Annisa datang. Dia duduk menunduk dengan siku di paha dan kedua tangan saling mengait.
Mendengar ucapan Pak Pramana, jantung Annisa mulai berdetak tidak karuan lagi, ditambah melihat sikap gugup Reyhan, ini seperti mimpi baginya, apa mungkin dia salah dengar.
"Ini dimulai dengan Nadzor dulu," tambah Pak Harun membuat Annisa tersadar.
Annisa masih diam bukan karena Ia tidak mau tapi Ia tidak menyangka akan secepat ini padahal mereka baru saling melihat beberapa waktu lalu.
"Tapi keadaannya sekarang berbeda dari dulu, sekarang Reyhan seorang duda, apa Nisa mau?" tanya Pak Pramana yang semakin gugup karena Annisa belum mengeluarkan suara.
Annisa menatap ke arah Ayah dan Ibunya, terlihat dari matanya kalau Ia masih sedikit bingung.
"Nisa gak perlu takut untuk menolak, karena kami gak akan memaksa, kami gak mau Nisa terpaksa, jadi jawab saja sesuai isi hati Nisa," kata bu Janeta menambahkan karena takut Annisa terpaksa mau karna masalah hutang.
Reyhan hanya menunduk menunggu jawaban Annisa yang sedari tadi belum membuka mulutnya, rasanya waktu berlalu dengan sangat lambat, tangan yang menyatu sudah berkeringat.
"Nisa bagaimana?" tanya Ayahnya lagi karena Annisa belum menjawab.
Annisa mengepalkan tangannya karena grogi, keringat dingin langsung membuat telapak tangannya basah.
"Nisa mau," jawab Nisa dengan wajah menunduk malu, hanya ini yang bisa dia ucapkan. Saat mengucapkan inipun dia jelas sangat gugup.
Semuanya langsung tersenyum senang mendengarnya. Hanya ucapan singkat itu sudah bisa membuat yang lain tersenyum bahagia.
"Tapi bisakah Nisa memberikan 1 syarat?" tanya Annisa saat masih menunduk.
Reyhan mengangkat wajahnya melihat ke arah Annisa yang menunduk.
"Apa?" tanya Pak Pramana
"Saat menikah Annisa ingin calon suami hafal 30 ayat di surah An-nisa', tapi lebih banyak lebih baik lagi. Bolehkah?" tanya Annisa
Reyhan terlihat ragu karena memang sedikitpun tidak hafal, tapi dia sangat ingin menikahi wanita di depannya ini.
Pak Pramana dan Bu Janeta melihat ke arah Reyhan dengan wajah tidak yakin. Mereka tau jika anaknya tidak mungkin hafal surah itu, walau sering melihatnya membaca Quran.
"Baiklah, berikan waktu sebulan Insya Allah bisa," ucap Reyhan masih sedikit ragu tapi Ia akan berusaha.
Annisa mengangguk setuju, sebenarnya sebulan adalah waktu singkat, dia tidak yakin Reyhan bisa menghafalnya dalam waktu sebulan.
"Dan ada satu lagi, Nisa ingin pernikahan yang biasa saja," ucap Annisa
"Ya baiklah, terserah Nisa saja," kata Pramana
Semua tersenyum setelah membicarakan kesepakatan, Annisa yang tadi mengangkat wajah sebentar kembali menunduk, Ia menyembunyikan rasa bahagianya dibalik cadar. Dibalik cadarnya dia tersenyum bahagia, dia memegang dadanya dibalik jilbab panjangnya jadi tidak terlihat oleh yang lain.
"Silakan diminum dan dimakan hidangannya," ucap Bu Aisyah mempersilakan semuanya.
Reyhan melihat ke arah tangan kiri Annisa, terlihat jelas Annisa sedang khawatir karena tangannya bergetar saat mengepal.
Aku akan melakukan pintamu ini Annisa batin Reyhan dengan bahagia
"Apakah Reyhan ingin melihat wajah Annisa lebih dulu?" tanya Pak Harun
"Bolehkah?" tanya Reyhan sambil melihat ke arah Annisa.
Annisa mengangguk setuju dan perlahan dia membuka cadarnya dengan hati-hati. Waktu berjalan lambat, hingga akhirnya cadar itu terbuka.
Reyhan dan keluarganya melihat ke arah wajah Annisa yang mulai terlihat, ini pertama kalinya mereka melihat wajah Annisa, karena wajah masa kecilnya mereka sudah lupa padahal melihatnya beberapa kali, dan Reyhan sering melihatnya sewaktu di pesantren dulu tapi sedikit lupa.
Annisa menunduk tidak berani menatap ke arah Reyhan saat cadarnya terbuka habis.
Semuanya takjub melihat wajah putih Annisa yang sedikitpun tidak ada cacat. Wajah lembutnya sangat cocok dengan suara dan penampilan lembutnya.
Mata Reyhan tidak berkedip sedikitpun karena dibalik cadar ada wajah yang sangat indah, tapi dilihat dari mata saja sudah terlihat jelas jika Ia memang cantik.
Reyhan yang melihatnya tau Annisa merasa tidak nyaman sehingga menyuruh Annisa menutupnya kembali walau wajahnya tidak terlalu jelas saat Reyhan menatapnya karena saat itu Annisa sedang menunduk.
"Silakan pakai kembali cadarnya," ucap Reyhan yang langsung mengalihkan pandangannya.
Annisa kembali memakai cadarnya dengan hati-hati.
*
Reyhan dan keluarganya pun pulang setelah agak lama mengobrol.
Sesampainya di rumah, dia langsung berjalan masuk ke kamar Syifa, Syifa sudah tertidur lelap.
Ia tersenyum lalu mencium kening Syifa dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Insya Allah p**apa akan memberikan Syifa Ibu yang terbaik, terima kasih sayang karena kamu lah akhirnya papa bisa mengenal tante Nisa, batin Reyhan
Reyhan berjalan keluar kamar Syifa, Ia langsung masuk ke kamarnya sendiri.
Dia mulai membuka surah An-Nisa' yang tadi di pinta Annisa.
Dulu saat di pesantren menghafal adalah hal biasa, semoga dalam sebulan bisa hafal surah ini batinnya
Dia mulai membaca surah itu, mamanya melihat dari luar dan hanya tersenyum melihat kesungguhan putranya yang ingin menikahi Annisa.
*
Setiap hari Reyhan membacanya sepulang kerja supaya hafal, hingga di mobil saat akan berangkat dan pulang kerja pun mendengar surah itu lewat headset.
Di kantor, waktu tidak sibuknya juga dia sempatkan untuk menghafal.
Di rumah dia sering membacanya hingga larut, dia menyandar di tempat tidurnya sambil mencoba menghafal sebaris demi sebaris.
Walau terlihat lelah setelah bekerja, dia tetap berusaha menghafal semuanya, karena umur yang sudah sedikit tua jadi menghafal terasa sangat sulit.
*
Di rumah Annisa sedikit khawatir tentang Reyhan, Ia takut Reyhan menyerah.
Tidakkah syarat itu sangat berat batinnya merasa bersalah
Dia berbaring saat pikirannya melayang ke wajah Reyhan yang saat itu terlihat tidak yakin sama sekali. Tapi dia berdoa semoga Reyhan bisa menyelesaikan syaratnya ini, dia berharap perjodohannya kali ini berhasil.
*
Keesokan harinya Syifa datang ke pesantren diantar langsung sama Reyhan.
Saat di depan pesantren, Reyhan melihat ke arah Annisa yang langsung memegang Syifa yang baru turun dari mobil.
Reyhan mengucap salam dan Annisa menjawab salam lalu saling menatap sebentar dalam diam.
"Titip Syifa," ucapnya pelan
Annisa hanya mengangguk, dia gugup jadi tidak bisa bersuara.
.
Reyhan pamit pergi karena harus buru-buru ke kantor.
Annisa dan Syifa masuk ke rumah setelah kepergiannya.
"Tante Nisa beneran ya akan jadi Mamanya Syifa?" tanya Syifa polos
"Kalau Syifa mau, Tante Nisa beneran bakal jadi Mamanya Syifa," ucap Annisa
"Syifa mau banget tante," kata Syifa bahagia sambil menggenggam erat tangan Annisa.
"Jadi anaknya Tante Nisa harus patuh lo, memangnya mau?" tanya Annisa lagi
"Mau Tante, Syifa bakal jadi anak yang patuh gak akan bandel," ucap Syifa sambil menatap Annisa dengan senyum manisnya.
Tante juga sangat ingin jadi Ibunya Syifa, semoga Tante memang berjodoh dengan Papanya Syifa, semoga gak ada halangan hingga harinya tiba batin Annisa
Dia memegang wajah Syifa dengan lembut, mencium wajah Syifa sebentar dengan sayang.
*
Saat sore hari Reyhan menjemput Syifa, Ia tidak turun dari mobil, Ia hanya menyapa Annisa sebentar karna saat ini mereka sedang menjalani masa ta'aruf jadi mereka tidak akan bicara banyak dan hanya sedikit menyapa jika bertemu.
Annisa melambaikan tangan saat melihat mobil sudah mulai jalan tapi kaca mobil belum ditutup.
Syifa masih memandangnya sambil melambaikan tangan juga, Reyhan sedikit tersenyum saat melihat keduanya yang seperti enggan berpisah padahal sebentar lagi keduanya akan terus bersama.
Setiap melihat Reyhan jantung Annisa masih tetap degdegan, dan tanpa dia tau Reyhan malah lebih lagi darinya.