Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#25
Haikal yang dari tadi hanya diam melihat Alea mulai panik mendengar ancaman Riyan angkat bicara.
''Kalau anda mau membawa kasus ini ke polisi saya bisa juga mempenjarakan kalian. Karena saya dokter yang memeriksa bapak Eri dan tahu bagaimana kondisi pak Eri ketika dibawa kerumah sakit. Kita bisa melacak dengan sidik jari siapa saja yang ada disini. Saya juga punya seorang pengacara yang bisa menuntut balik kalian'' ucap Haikal tegas. Dia menatap tajam mereka. Rina dan Riyan bergidik melihat tatapan Haikal.
''Kalian kira hanya dengan sepotong video itu bisa memenjarakan Alan? Saya bisa menyuruh pengacara saya mengatakan kalau kalian mengancam Alan terlebih dulu. Dan video itu sudah diedit'' sambung Haikal lagi. Entah mengapa ketika Haikal bicara seperti itu hati Alea merasa senang. Dia merasa ada orang yang sedang melindunginnya. Selama ini dia selalu menghadapi setiap masalah sendiri. Ketika ada orang lain peduli dan melindunginya Alea merasa terharu. Seketika rasa marahnya kepada Haikal mulai reda.
''Kamu siapa? Kenapa kamu ikut campur dengan urusan keluarga kami?'' tanya Riyan. Dia masih berusaha tenang walaupun hatinya sangat cemas dan takut dengan ancaman Haikal. Riyan selama ini tidak pernah berurusan dengan polisi. Apalagi mengenal seorang pengacara. Dia datang hanya untuk mendapatkan sertifikat tanah. Jadi mereka mengancam Alea dan keluarganya dengan video itu. Dia tidak menyangka Alea akan kenal orang yang seperti Haikal.
''Hmm, saya dokternya pak Eri sekaligus calon suami Alea'' jawab Haikal tanpa ragu. Dia bahkan tidak segan memegang tangan Alea yang berdiri disampinganya. Alea terkejut dengan pernyataan Haikal dan dengan Haikal memegang tangannya tiba-tiba. Eri dan Alan juga tidak kalah terkejutnya. Tapi mereka memilih diam dan mendengarkan apa yang Haikal katakan.
Rina dan Riyan juga terkejut. Mereka tidak menyangka kalau calon suami Alea seorang dokter. Dan sepertinya tidak mudah untuk dihadapi.
''Bagaimana ini, Apa kita harus melanjutkan seperti rencana?'' bisik Rina kepada Riyan. Nyalinya mulai menciut mendengar Haikal adalah calon suami Alea.
Alea menatap Haikal. Dia berusaha untuk melepaskan gengaman tangan Haikal. Tapi Haikal memegangnya dengan erat tanpa melihat kearah Alea. Saat serius seperti itu Alea baru manyadari kalau Haikal terlihat menawan.
''Apa anda bercanda? Alea hanya seorang karyawan Apotek dan anda seorang dokter. Mana mungkin anda mau dengannya. Kalian tidak satu level. Paling anda hanya menakuti kami'' ucap Riyan mencoba memberanikan diri. Dia masih belum percaya.
''Cinta datang tidak memandang status. Saya menyukai Alea jadi saya tidak masalah dengan statusnya. Tidak ada alasan saya untuk menakuti kalian'' jawab Haikal. Alea melototin matanya kearah Haikal. Tapi Haikal hanya tersenyum kepadanya dan berkata
''Iyakan sayang'' sambil mengedipkan mata supaya Alea mengikuti permainannya.
''Iya'' jawab Alea dengan senyum terpaksa baru sadar kalau Haikal sedang berakting untuk membantunya.
''Jadi bagaimana? Apa kalian mau melanjutkan mengambil sertifikat tanah yang bukan milik kalian?'' tanya Haikal lagi.
Rina merasa mereka tidak akan bisa melawan Haikal. Apalagi Riyan mau menikah dia tidak mau anaknya masuk penjara sebelum acara pernikahannya. Bisa malu dia kalau sempat acara pernikahan Riyan batal.
''Ayo Yan,kita pulang saja dulu'' ajak Rina.
''Untuk saat ini kami mangalah. Tapi tunggu kami tidak akan tinggal diam'' ancam Riyan. Dia dan Rina langsung meninggalkan rumah Alea dengan wajah kesal karna rencana mereka gagal.
Setelah Rina dan Riyan pergi Alea dengan cepat menarik tangannya. Haikal melepaskan tangan Alea seolah tanpa terjadi apa-apa.
''Apa maksud dokter bicara seperti tadi kepada mereka?'' Tanya Alea tidak suka. Haikal tersenyum dan menjawab.
''Saya hanya ingin membantu saja. Kamu tidak mau mereka mempenjarakan Alan kan?''
''Terima kasih dok. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kalau dokter tidak ada disini. Anda telah banyak membantu kami'' ucap Eri maklum dengan sikap Haikal tadi. Setidaknya Rina dan Riyan bisa pergi tanpa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka bisa tenanh untuk saat ini.
''Lea kamu juga harus berterima kasih kepada dokter'' sambung Eri lagi.
''Terima kasih dok'' ucap Alea pelan. Dia tidak semangat entah kenapa hatinya merasa agak kecewa. Dia juga tidak mengerti.
''Ayo kita masuk'' ajak Eri.
''Kamu kecewa ya?'' bisik Haikal. Dia melihat perubahan sikap Alea.
''Kecewa kenapa?'' tanya Alea berbisik sambil mengrenyitkan keningnya. Dia tidak mau Eri mendengarnya.
''Karna yang saya katakan hanya pura-pura. Sedangkan kamu berharap itu nyata'' jawab Haikal pede dengan berbisik juga.
''Anda kepedean'' bisik Alea mempercepat langkahnya. Haikal tersenyum dia sangat senang membuat Alea kesal.
''ekhm'' Alan yang berada dibelakang mereka mendehem. Dia bisa mendengar mereka berbisik.
''Kamu batuk Al?'' tanya Alea.
''Tidak,'' jawab Alan singkat.
''Trus?'' tanya Alea.
''Barusan aku mendengar bisik-bisik tetangga'' jawab Alan santai. Haikal tertawa mendengar jawab Alan. Sedangkan Alea malah tambah kesal.
''Makasih ya dok atas bantuannya'' ucap Alan tersenyum.
''Iya, lain kali kalau ada masalah kamu harus menghadapi dengan tenang. Karena zaman sekarang orang dengan mudah membalikan fakta. Bahkan hanya dengan sebuah video bisa membuat orang masuk penjara'' nasehat Haikal.
''Iya, lain kali akan saya ingat. Kalau begitu saya pamit kekamar dulu'' jawab Alan.
''Kamu mau ngapain dikamar Al?'' tanya Alea.
''Mau tidur sebentar kak, aku mengantuk'' jawab Alan.
''Antar kakak kerumah sakit sebentar untuk mengambil motor. Besok kakak perlu motor untuk kerja'' ucap Alea.
''Bukannya besok minggu kakak libur?'' tanya Alan.
''Kakak sudah dua hari libur. Tidak mungkin besok kakak libur lagi. Bisa dipotong gaji kakak sama bang Tris. Apalagi kita juga harus mengumpulkan uang untuk membayar utang kepada orang yang membayarkan biaya pengobatan ayah dirumah sakit. Walaupun kita belum tahu siapa orangnya'' jawab Alea.
''Bentar lagi ya kak. Aku ngantuk banget'' ucap Alan.
''Tapi...'' ucapan Alea terpotong.
''Kamu kerumah sakitnya dengan saya saja. Saya juga mau kembali kerumah sakit''potong Haikal.
''Nah itu dokter mau kerumah sakit. Kakak sama dokter saja perginya. Iyakan yah?'' kata Alan senang.
''Iya Lea, terima saya tawaran dokter Haikal'' ucap Eri.
Alea merasa ayah dan Alan sudah sangat percaya dengan Haikal. Bahkan mereka tidak ragu membiarkan dirinya pergi bersama Haikal. Sedangkan Haikal merasa senang mendapat dukungan dari ayah dan adik Alea. Dia melihat wajah terpaksa Alea.
''Benaran anda mau kembali kerumah sakit?'' tanya Alea hanya basa basi.
''Iya, ayo kita berangkat sekarang''jawab Haikal.
''Alea pamit dulu Yah'' ucap Alea sama ayahnya. Eri mengannguk.
''Saya pamit pak'' ucap Haikal.
''Iya, sekali lagi terima kasih dok'' jawab Eri.
''Assalamu'alaikum'' kata mereka serentak.
''Wa'alaikumsalam'' jawab Eri.
Haikal dan Alea keluar rumah menuju mobil. Alea mau duduk dikursi belakang. Tapi Haikal menyuruhnya duduk didepan. Dengan wajah terpaksa Alea duduk didepan. Merekapun meninggalkan rumah Alea.