NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak

Di Balik Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—

Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.

Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.

Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA HADWIN

"Aku tidak sebaik itu, Brie." Hadwin tersenyum kecut.

Briela mengangkat sebelah alisnya, "Maksudnya?" Matanya menelisik wajah Hadwin yang masih bungkam.

"Yah— aku rasa aku hanyalah pria yang selalu seperti ini, Brie." Hadwin tersenyum. "Perihal baik atau apapun, itu hanya persepsi saja. Sejak awal aku hanya selalu ingin melakukan sesuatu untukmu. Itu saja. Dan aku senang melakukannya."

Hening. Keduanya kembali diam, menatap lurus pada pemandangan kota yang terhampar luas dari balik pagar balkon. Angin sejuk menyapa kulit wajah mereka.

"Hadwin, kau tahu? Aku sempat menyayangkan tentang dirimu."

"Menyayangkan?" Hadwin terlihat kebingungan mencerna kalimat Briela.

Briela tersenyum. "Iya, bukankah sangat disayangkan kau melakukan pernikahan kontrak denganku."

"Apa kau menyesal?" tanya Hadwin, wajahnya berharap Briela tidak akan membenarkan pertanyaannya.

"Tidak. Bukan begitu— maksudku, mm kau tampan, uangmu banyak, baik dan kau sangat mahir memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah."

Hadwin tertawa. Ia tidak menyangka akan mendapat pujian dari Briela.

"Kau akan membuat banyak wanita menangis jika mereka tahu kita hanya terikat kontrak saja."

"Jangan melebih-lebihkan, Brie!"

Briela mendecih tak percaya. "Aku rasa kau tidak tahu, pesonamu, Hadwin."

"Jika aku memiliki pesona, tidak mungkin sampai saat ini tidak ada wanita yang menyukaiku. Dan hanya aku yang selalu saja mendamba padanya," celetuk Hadwin.

"Padanya?" Briela mengangkat sudut alisnya, "Ada wanita dalam hatimu?" tanya Briela dengan penasaran.

Hadwin terdiam seketika. Ucapannya menjadi bumerang untuknya sendiri. Pria itu gamang, antara berkata jujur atau mengalihkan pembicaraan saja. Namun, wajah Briela terlihat benar-benar penasaran, wanita itu dengan tenang menunggu Hadwin angkat bicara.

Hadwin menghembuskan napasnya pelan lalu menarik napas panjang, seolah mencari kekuatan untuk berbicara.

"Ehm— jadi, aku menyukai seorang wanita sejak lama dan selalu menyimpannya dalam hatiku sampai saat ini," jelas Hadwin.

"Sejak kapan?"

"Sudah sangat lama, aku menyukainya sejak pandangan pertama. Dan itu sejak sekolah menengah pertama."

Hadwin tersenyum.

"Wanita itu seperti apa?" tanya Briela, seolah wanita itu enggan mengakhiri cerita Hadwin. Ia masih sangat penasaran.

"Dia— " Hadwin menatap Briela yang juga menatapnya dengan penuh rasa penasaran. "Dia cantik. Sangat cantik, dia sosok wanita yang cerdas, pemberani dan selalu bersikap rasional. Bagiku dia sangat sempurna." Hadwin tersenyum, ia terlihat sangat menggebu-gebu saat membicarakan sosok wanita yang ia simpan dalam hatinya itu.

"Sudah pernah menyatakan perasaanmu padanya?" Briela lagi-lagi menyambung kalimat agar cerita Hadwin tidak berhenti hanya sampai di sana.

Hadwin menggeleng, "Aku selalu menyukainya dengan tulus. Mungkin juga ini bisa disebut cinta. Aku mencintainya, ya benar-benar mencintainya. Aku hanya berharap dia bisa bahagia dengan siapa pun yang membersamai langkahnya. Meskipun bukan aku orangnya," ujar Hadwin. "Aku bahkan pernah melihatnya menjalin hubungan dengan seorang pria saat kuliah. Dia tampak bahagia dan aku senang melihatnya," lanjut Hadwin.

Briela mendecih kesal, entah mengapa perasaan terasa aneh. "Kau hanya melakukan tindakan bodoh, Hadwin."

Hadwin memasang wajah serius. "Tindakan bodoh?"

"Ya— tindakanmu bodoh. Kau sangat bodoh karena hanya menjadi pengamat dalam ceritanya." Briela berkata dengan nada yang tajam.

"Kau seharusnya menjadi bagian dalam hidupnya. Nyatakan perasaanmu padanya!" imbuh Briela.

"Lalu, bagaimana jika dia tidak menyukaiku. Bukankah itu hanya akan menjadi bumerang untukku?" tanya Hadwin.

Briela menggelengkan kepala, "Kau hanya perlu membuatnya menyukaimu juga, bukan? Hati manusia itu lemah, Hadwin. Bisa saja, perasaannya akan berubah karena ketulusanmu."

"Bisakah?"

Briela mengangguk. "Aku yakin hal itu bisa terwujud, Hadwin."

"Bagaimana denganmu, Brie?" Hadwin menjeda kalimatnya. "Apakah kau akan bisa menyukai seseorang yang tadinya tidak kau sukai hanya karena perlakuan tulus dari pria itu?" Hadwin menunggu Briela dengan penuh harap.

Briela terdiam cukup lama, hingga akhirnya ia mulai berbicara. "Hm, mungkin suatu saat ketika aku sudah siap. Mungkin aku bisa seperti itu, Hadwin."

"Kalau untuk sekarang?" Hadwin kembali mengumpan pertanyaan.

"Sekarang?" Briela menatap Hadwin yang tampak tidak sabar menunggu jawaban Briela. "Hei— jangan mengalihkan obrolan! Kita sedang membahas tentang dirimu dan tindakan bodohmu."

Briela kembali pada topik awal dan Hadwin tampak mendengus.

"Biar saja kau menilai tindakanku bodoh, tetapi sungguh aku benar-benar hanya menginginkan dia selalu merasa bahagia dan perasaanku padanya sangat tulus. Sudahlah tidak perlu membahas ini lebih lama."

Hadwin berdiri dari duduknya, ia tampak meregangkan ototnya. Pria itu membawa cangkir kopi miliknya juga piring kotor milik Briela ke dalam.

Seperti terhipnotis, Briela mengikuti Hadwin masuk ke dalam rumah. Hadwin berbelok ke arah dapur dan Briela tetap melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Namun Hadwin menghentikan Briela dengan pertanyaannya.

"Apa kau membutuhkan sesuatu? Aku akan pergi berbelanja. Jika kau butuh sesuatu aku akan membelikannya," ucap Hadwin.

"Aku tidak butuh apa-apa." Briela kembali membawa tubuhnya ke kamar.

Di dalam kamar Briela menghempaskan bobot tubuhnya ke atas kasur yang selama ini menemani waktu istirahatnya. Briela tidur terlentang. Ia menatap langit-langit kamarnya.

Tiba-tiba ia menendang-nendang udara dengan kedua kakinya, tiba-tiba saja ia merasa kesal.

"Dasar pria naif.

Dia pikir dirinya sedang syuting film. Bagaimana mungkin dia hanya puas jika melihat wanita yang dicintainya bahagia meskipun tanpa ada keterlibatan dirinya dalam kisah wanita itu?"

Briela bermonolog sendiri di atas kasurnya. Wajahnya sesekali terlihat aneh. Ia mengomentari Hadwin tanpa ada orang yang bersangkutan.

Dia bodoh atau bagaimana?

Atau kepalanya sempat terbentur? Sampai-sampai dia tidak memiliki hasrat untuk menjadikan wanita yang dicintainya itu berada dalam pelukannya.

Dan juga, wanita itu mengapa bodoh sekali? Bisa-bisanya dia tidak menyadari ada pria yang begitu mencintainya dengan tulus.

Atau mungkin saja kepala wanita itu juga sama-sama sempat terbentur?

Argh. Mengesalkan, tetap saja yang konyol itu Hadwin." Briela mengerang kesal.

"Seharusnya jika mencintai itu, harus diungkapkan dan diperjuangkan. Dasar Hadwin bodoh."

Briela lagi-lagi menendang udara, bahkan ia juga meninju-ninju udara dengan tangan kosongnya.

Mengapa aku jadi merasa kesal begini? Lalu, sebenarnya siapa wanita beruntung itu? Betapa beruntungnya aku jika ada orang yang mencintaiku dengan tulus begitu. Jika saja ada orang yang mencintaiku dengan tulus, aku akan membalas perasaannya dengan tulus juga. Aku tidak akan membiarkannya pergi dari hidupku.

"Hei— apa yang aku pikirkan?" Briela menggeleng-gelengkan kepalanya begitu selesai menggumam soal pemikirannya sendiri.

"Sudahlah biarkan itu menjadi masalah Hadwin sendiri. Jangan pikirkan lagi! Lebih baik aku mandi saja agar pikiranku berhenti memikirkan kebodohan Hadwin. Huh." Briela menggumam kesal.

Briela bangun dari tidurnya, wanita itu berniat pergi mandi. Namun, terpaksa urung karena sebuah pesan teks masuk ke dalam ponselnya. Pesan dari Hadwin.

"Yakin, kau tidak membutuhkan sesuatu?"

🥀🥀 Hai readers, gimana nih ada momen yang ngena nggak buat kalian dari kisah Briela dan Hadwin ini? Kalo ada komen yuk di bawah. Part mana yang kalian suka? 🥀🥀

1
Asni ummu zhazha
semangat terus kak
Asni ummu zhazha
lanjuttt thor
Asni ummu zhazha
anak akan selalu menjadi anak bagi orang tuanya
iyz.e15: bener banget 👍
total 1 replies
Asni ummu zhazha
kerennn lanjuttt kak
iyz.e15: makasih ya udah baca karyaku. ☺️ ditunggu chapter selanjutnya ya ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut makin seru thor
iyz.e15: ditunggu ya ☺️ makasih udah stay di karyaku ☺️
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut2 doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
egois bgt ya brilie
iyz.e15: egois ya?
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doybel up thor
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport
♛🐇Author_Rabbit¹⁸🐇♛
aku mampir, jangan lupa mampir jg/Determined//Determined//Determined/
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
Bener si, tapi pasti fikiran bapak ini rada2 /Drowsy/
iyz.e15: rada-rada apa hayo?
total 1 replies
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
pilihan yg berat /Sweat/
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ: boleh banget, sangat terhormat sekali aku /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/. makasih ya 😆
iyz.e15: boleh klo Jun mau. Atau nanti aku tambahin karakter Jun. mau?
total 4 replies
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
ha?! Terus gimana itu yang itu /Panic/
🍁Jun |||❣️💋🄼🄸&🄰🄶🅄🅂👻ᴸᴷ
mencurigakan kalau dibilang dengan gamblang /Sly/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!