Pengantinku, Luar Biasa

“Pak, saya mau diantar ke mana?” tanya Khansa mengulang pertanyaannya.

“Nona, Anda akan diantarkan pulang ke Villa Anggrek,” jawab manajer itu dengan sopan.

Khansa sempat terdiam, dia mengangguk dan mengira apa yang terjadi.

“Baiklah, terima kasih banyak Pak Manajer,” ucap Khansa tersenyum cantik, lalu mendaratkan tubuhnya di kursi penumpang.

“Sama-sama, Nona. Hati-hati,” sahut manajer itu membungkuk lagi lalu menutup pintu mobilnya.

Mobil mulai melaju dengan perlahan, hingga menghilang dari pandangan mereka semua. Sang manajer hendak kembali masuk ke dalam hotel setelah selesai melakukan tugasnya.

“Tunggu!” Fauzan menghentikan langkah pria itu. Fauzan menghampirinya.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya manajer itu sembari tersenyum.

“Kenapa Khansa bisa diantar pulang oleh pihak hotel?” tanya Fauzan menyelidik.

Ia penasaran, kenapa Khansa bisa pulang diantar dengan mobil semewah itu oleh pihak hotel.

“Oh, saya hanya menjalankan perintah dari Presdir, Tuan,” jawab manajer itu dengan sopan. “Saya permisi dulu, masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan,” sambung manajer itu lalu melenggang pergi.

Maharani memulai aksinya. Ia tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan Khansa di depan Fauzan.

“Oh pantes aja. Itu pasti suruhan sugar daddy nya Khansa, Zan. Dia ‘kan punya sugar daddy. Waktu itu pernah nganter dan jemput Khansa ke rumah. Iya ‘kan Jihan?” ucap Maharani sinis, menjelekkan Khansa, lalu meminta dukungan dari putrinya.

“Iya betul, Yah. Aku sering ketemu Khansa jalan sama sugar daddy nya,” cetus Jihan menimpali.

“Hmm … buah emang jatuh nggak jauh dari pohonnya. Khansa memang sama persis seperti ibunya yang sudah mati, murahan!” seru Maharani dengan sinis.

Fauzan menoleh, menghampiri istrinya itu, lalu ….

“Plak!”

Tangan lebar Fauzan menampar Maharani dengan keras. “Jangan bicara sembarangan! Sebaiknya kamu berkaca dulu, sebelum berucap!” sentak Fauzan dengan mata melotot tajam.

Maharani dan Jihan terkejut sampai tidak berani bicara lagi. Wanita itu meringis sembari menyentuh pipinya yang terasa panas. 

Hendra tidak tertarik dengan pertengkaran itu. Matanya terus mengarah pada mobil yang ditumpangi Khansa sampai menghilang dari pandangannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setibanya di Villa Anggrek, Khansa segera masuk setelah mengucapkan terima kasih pada sopir yang mengantarnya.

Beberapa pelayan menyapanya saat berpapasan. Khansa pun membalas dengan ramah.

“Khansa, kamu sudah pulang?” tanya sang nenek yang sedang duduk di ruang tengah, tak sengaja melihat cucu menantu kesayangannya itu.

“Iya, Nek,” jawab Khansa menghampiri. Ia meraih tangan sang nenek lalu menciumnya.

“Bagaimana pestanya?” tanya nenek lagi.

“Seru sekali, Nek,” jawab Khansa dengan antusias. Jelas, seru karena ia berhasil membuat kericuhan di sana. Ia pun tersenyum puas.

“Khansa permisi dulu ya, Nek. Gerah, mau mandi,” pamit Khansa yang dibalas dengan anggukan dan senyum oleh sang nenek. 

Tubuh Khansa sudah segar kembali setelah diguyur air dingin. Ia juga telah mengenakan pakaian yang nyaman. Lalu melemparkan tubuhnya di ranjang king size nya.

Khansa meraih ponselnya, menyandarkan punggungnya di sandaran lalu mulai mengetikkan sesuatu.

“Emily, tadi aku ketemu sama Hendra. Ternyata dia calon suami Jihan. Aku sempat adu mulut dengannya.” Khansa mengirim pesan pada sahabatnya.

“Cih! Menjijikkan sekali. Dia mengambil bekasmu. Hahaha!” balas Emily.

Jika sudah mendapat pesan dari Khansa, Emily begitu bersemangat saat membalasnya. Mereka pun saling berbalas pesan.

“Iya, dan Maharani terus membanggakan barang bekasku, menjadikannya barang berharga.”

“Mereka pantas mendapat sampah, Sa!”

“Oiya, Emily, tadi waktu mau pulang aku diantar sampai mobil mewah banget. Bahkan manajer hotel itu sampai membukakan pintu untukku. Katanya, perintah dari Presdir.”

“Wow, serius? Hotel itu ‘kan di bawah naungan sebastian group, Sa. Jangan-jangan, itu titah suamimu.”

Khansa termenung sejenak, ia teringat kalau suaminya juga bermarga Sebastian, apakah benar Leon adalah suaminya?

“Sasa, kirimin foto kita berdua dong yang waktu nyobain baju baru dulu. Waktu itu ‘kan ambilnya pakai hp kamu.”

Sebuah pesan masuk kembali ketika Khansa masih memikirkan tentang Leon. Ia keluar dari aplikasi chat, lalu membuka galery, memilih sebuah foto dan mengirimkannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, Leon tengah menghadiri sebuah rapat penting dengan dewan direksi dan petinggi perusahaan.

Jas abu-abu yang terbalut rapi di tubuh kekarnya, menutupi kemeja panjang berwarna biru muda, dengan dasi berwarna senada dengan jasnya. Aura yang tegas dan berwibawa menguar di wajahnya, merupakan paket komplit yang menambah ketampanan pria itu.

Pandangannya terfokus pada salah seorang direksi yang sedang melakukan presentasi. Tiba-tiba ponsel Leon berbunyi, semua direksi dan petinggi perusahaan terdiam dan melihat Leon.

“Lanjutkan!” tegas Leon mempersilahkan.

Leon mengambil ponselnya, dia hanya punya 1 kontak di Whatsapp, yaitu Khansa. Ia pun membuka sebuah pesan dari istrinya itu.

Leon melihat Khansa mengirimkan sebuah foto, yang mana dalam foto tersebut, Khansa terlihat sangat cantik dan juga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sexy.

Leon menelan saliva saat melihatnya. Khansa sangat menjaga diri saat bersama Leon dan tidak pernah berpakaian secantik itu sebelumnya.

“Sedang menggodaku?” Isi pesan Leon yang dikirim pada Khansa.

Khansa membelalakkan mata, ketika menscroll layar percakapannya. Seketika ia tersadar, foto itu salah kirim ke nomor Leon. Wajah Khansa memerah dan terasa panas saat membacanya!

“Dasar pria playboy! Mesum!” umpat Khansa mendengkus kesal.

Ia pun segera membalas pesan Leon. “Bukan! Maaf, salah kirim.”

“Tidak percaya, kau pasti berbohong. Kamu sengaja ‘kan? Kenapa, sudah merindukan aku?” balas Leon menggodanya.

“NGGAK!!! Aku tadi mau kirim ke Emily, karena dia yang minta. Eh malah salah kirim ke kamu!” Khansa membalasnya dengan emosi.

Pada akhirnya Leon membalas, “Aku akan menghukummu setelah pulang nanti!”

Khansa melotot saat membacanya. “Apa maksudnya? Aku cuma salah kirim doang pake acara dihukum segala!” gerutu Khansa melemparkan ponselnya di kasur. Lalu menjatuhkan tubuhnya telungkup. Menutup kepalanya dengan bantal.

“Aaarrgghh!! Lagian kenapa pake acara salah kirim segala sih!” ucap Khansa menggerak-gerakkan kakinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebuah kamar presiden suite hotel, Hendra dan Jihan tengah bersama. Hendra baru saja  membersihkan tubuhnya di kamar mandi, lalu keluar hanya memakai jubah mandi saja.

Pria itu menuangkan segelas wine, menggenggam erat gelas itu sambil menggoyangkannya. Ia melangkah panjang. Tubuh tegap itu menjulang di balik jendela besar yang menampilkan banyak bangunan tinggi di sekelilingnya.

Beberapa saat kemudian, Jihan juga selesai mandi. Ia melangkahkan kaki jenjangnya mendekat pada calon suaminya. Tangan mulusnya melingkar di pinggang Hendra dengan erat.

“Sayang, tahukah kamu? Ucapan ibuku benar tentang 1 hal, Khansa sangat ahli menggoda pria, dia jadi pengantin pengganti di Vila Anggrek, kemudian mempunyai sugar daddy, dan kini dia kembali berhubungan dengan pemilik hotel Royal. Dia sudah memiliki banyak pria!” Jihan mulai membahas tentang Khansa.

Bersambung~