Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertunangan..
Karena hari ini Pak Devan yang tidak masuk, maka pekerjaan Asha dan Nando tidak sebanyak biasanya, mereka hanya menelepon beberapa orang untuk membatalkan semua pertemuan dan agenda yang sudah direncanakan.
Asha sibuk menerima beberapa panggilan yang kebanyakan menanyakan pak Devan dan mengatur ulang jadwal agenda kerja direktur.
Asha yang sibuk terkejut ketika ponselnya berdering, dia melihat nama Pak Devan tertera di layar ponsel.
Asha tidak segera mengangkatnya, dia seperti ragu padahal sudah semenjak malam dia sangat menantikan panggilan ini.
Nando yang melihat merasa heran, dia yang duduk di mejanya yang tidak jauh dari meja Asha, melihat Asha dengan semakin heran karena Asha yang tidak kunjung mengangkat panggilan di ponselnya.
"Siapa..?"
"Kenapa tidak diangkat..?"
Asha kaget, karena rupanya Nando memperhatikannya.
"Bukan siapa siapa.." Jawab Asha sambil tersenyum dan menyimpan ponselnya.
Nando hanya tersenyum.
Telepon kantor di meja Asha berbunyi, Asha segera mengangkatnya.
"Selamat siang..."
"Kenapa teleponku tidak diangkat..?" Tanya Devan di ujung telepon.
Asha kaget.
"Aku sibuk.." Jawab Asha pelan, tidak ingin Nando mendengarnya.
"Apa sebaiknya aku memecatmu biar kamu tak sibuk lagi, jadi tak mengabaikan teleponku.." Walaupun berusaha untuk bercanda, tapi Asha mendengar banyak kesedihan dalam nada bicaranya.
Asha terdiam.
"Aku tidak bisa ke kantor hari ini.." Suaranya semakin terasa berat dan sedih.
"Iya.." Jawab Asha pelan.
"Aku merindukanmu.."
Asha diam tak menjawab.
"Aku sangat merindukanmu.." Ucap Devan lagi dengan nada suaranya yang semakin sedih.
"Iya.." Hanya itu yang bisa diucapkan Asha.
"Angkat teleponku.."
"Iya.." Jawab Asha lagi, kemudian dia mendengar panggilan terputus.
Asha menyimpan telepon dengan perlahan.
Asha terkejut melihat Nando yang ternyata sudah berdiri disampingnya sambil berpangku tangan.
"Sejak kapan kamu disini..?" Asha takut Nando mendengar semua obrolan dirinya dan Devan.
"Siapa..?" Tanya Nando tegas.
"Apanya..?" Asha ketakutan.
"Apa yang menelepon barusan orang yang sama dengan orang yang memasang cincin di jari manis kami ini..?" Tanya Nando sambil mengambil tangan Asha dan melihat cincinnya.
Asha semakin gelagapan, rupanya ketika Asha mengangkat telepon tadi, Nando tidak sengaja melihat cincin di jari manisnya.
"Akankah Nando tahu bahwa yang barusan menelepon itu pak Devan..?" Tanya Asha dalam hati.
"Katakan.." Nando mendekatkan wajahnya pada Asha.
"Siapa pria itu..?"
"Dia.." Jawab Asha ragu ragu.
"Jadi benar kamu sudah punya pacar dan sudah bertunangan..?" Tanya Nando menelisik.
Asha mengangguk pelan.
Nando langsung menutup mulutnya.
Tiba-tiba dia menarik Asha dan memeluknya dengan senang.
"Selamat..aku senang mendengarnya.." Dia memeluk Asha beberapa kali.
"Tapi.." Raut wajahnya berubah.
"Jangan katakan kalau dia adalah pak Gio.." Tanya Nando datar.
Asha tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Raut wajah senang Nando kembali muncul.
"Selamat ya.." Nando kembali melihat cincin Asha.
"Kalau dilihat dari cincinnya, dia pasti orang kaya..betul kan..?" Lagi lagi Nando bertanya menelisik.
Asha langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukan, dia orang yang biasa saja.."
"Benarkah..?" Nando nampak tidak percaya.
"Baiklah.. pokoknya selamat ya.." Lagi lagi Nando memeluk Asha dengan senang.
Asha tahu, setelah ini berita pertunangan dirinya akan segera menyebar dengan cepat, siapa yang tidak tahu Nando, walaupun dia terlihat seperti seorang lelaki tulen dengan wajah yang lumayan tampan namun sifat feminim sangat jelas terlihat darinya. Bahkan banyak yang mengatakan kalau Nando seorang lelaki penyuka sesama jenis, walaupun Asha sangat tidak mempercayainya, baginya walaupun Nando seperti itu, dia sudah seperti kakaknya sendiri.
Karena Asha sangat beruntung mendapatkan rekan kerja sepertinya, Nando sangat sabar dan telaten membimbingnya sehingga dia bisa dengan cepat mengerti akan tugas dan pekerjaannya.
Asha kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
Dan benar saja, berita tentang Asha yang sudah bertunangan sudah menyebar ke seluruh kantor.
"Siapa..!?" Diah, Della dan Riri melihat Asha tajam ketika mereka sedang makan siang di kantin.
Asha gelagapan.
"Apanya..?" Asha pura pura tidak mengerti.
Della mengambil tangan Asha.
"Nando benar, ini cincin mahal, coba kalian lihat, butiran berlian di sekelilingnya..cincin ini pasti harganya bisa sampai ratusan juta.."
Diah dan Riri ikut menatap cincin itu dengan seksama.
"Indah sekali.." Gumam Riri.
"Tunanganmu pasti bukan orang sembarangan.."
"Untuk cincin pertunangan saja, dia sudah memberikan cincin semahal ini.."
Semuanya menatap Asha tajam.
"Kenapa kemarin aku memilih cincin ini, kenapa tidak yang polos biasa saja.." Sesal Asha dalam hatinya.
Asha menarik tangannya.
"Kalian salah..ini cincin murah, dan ini bukan berlian..ini hanya tawas.. mirip berlian kan..?"
Della mengerutkan keningnya.
"Aku tahu itu berlian asli Asha, aku ini sangat mengerti tentang perhiasan.."
Asha lupa kalau keluarga Della mempunyai toko perhiasan.
"Sudah..lupakan cincin itu, sekarang apa kamu mau memberitahu kami siapa tunangan kamu itu..?" Diah bertanya dengan serius.
"Mbak Diah benar, dia bekerja dimana..?"
"Apakah dia tampan..?"
"Umurnya berapa..?"
"Kapan dia memberimu cincin ini..?
"Apa kamu sudah dikenalkan ke keluarganya..?"
"Dan kenapa kamu berbohong mengatakan belum mempunyai pacar kepada kami kemarin..?"
Asha terkejut dengan rentetan pertanyaan dari mereka semua.
"Satu satu ya.."
"Dia orang biasa seperti kita, hanya seorang karyawan biasa.."
"Umurnya..27 tahun.."
"Kami tidak berpacaran, tapi tiba-tiba dia memberiku cincin ini kemarin.."
"Dan tentang keluarganya..sudah pasti sudah aku sudah dikenalkan kepada seluruh keluarganya.."
Asha merasa bersalah karena telah berbohong.
"Perusahaan apa..?"
"Jabatannya apa..?"
"Dimana rumahnya..?"
"Apa keluarganya baik..?"
"Kapan kalian menikah..?"
Asha memijat keningnya.
***
Devan duduk di kursi didepan ruangan ibunya dirawat, menundukkan kepalanya sambil memijat keningnya perlahan dengan tangan yang bertumpu pada lututnya.
Dia bersyukur Ibunya telah sadar, dan keadaannya sudah stabil.
Namun ibunya tidak mau berbicara dengannya, dia hanya minta ditemani oleh Angel di dalam, sementara adik perempuannya yang sedang kuliah di luar negeri sedang dalam perjalanan pulang setelah dikabari tadi malam.
Devan tidak menyangka ini akan terjadi, dia tidak tahu ibunya mempunyai riwayat penyakit jantung.
Setelah ini, Devan sudah seperti mengetahui apa yang akan terjadi, ibunya akan memanfaatkan keadaannya untuk memaksanya menikahi Angel.
Devan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, memikirkan Asha memikirkan semua perkataannya kemarin pada istrinya itu.
Dan yang lebih penting lagi, Devan sangat merindukannya sekarang.
Dia sangat ingin bertemu dengan Asha sekarang.
"Bagaimana keadaan ibumu.."
Devan mengangkat kepalanya.
Gio telah duduk disampingnya.
"Sudah lebih baik.."
"Syukurlah..aku senang mendengarnya.." Jawab Gio dengan lemas.
Devan melihat Gio.
"Ada masalah apa..?" Tanya Devan melihat Gio yang lesu.
Gio mendesah.
"Asha.. ternyata dia sudah mempunyai pacar, dan bahkan sudah bertunangan.."
Devan tersenyum kecil.
pikir tdi bnran jetua gangster ...