Serra gadis yang masih berusia 19 tahun mempertaruhkan kehormatannya karena hanya sakit hati atas perbuatan sang tunangan yang berselingkuh dengan sahabatnya.
kata-kata sang kekasih yang menyakitinya membuatnya berpikir pendek, tidur dengan pria yang baru dikenalnya malam itu.
Arkan yang menerima tawaran wanita yang sangat menyedihkan itu. Memenuhi permintaan wanita itu karena sebuah persyaratan. Mereka menghabiskan malam bersama tanpa mengenal satu sama lain.
Beberapa tahun kemudian takdir mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda. Serra yang mengalami kecelakaan dan membuatnya kehilangan penglihatan.
Harus sering berurusan dengan Arkan karena sebuah kasus.
Bagaimana Arkan harus menghadapi wanita yang pernah tidur dengannya namun wanita itu tidak bisa melihat dan mengenalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantor polisi
Di dalam kamar mandi, Arkan langsung menghidupkan shower, dan mandi di bawah guyuran air shower. Arkan mengacak rambutnya, dengan ke-2 tangannya, menghapus wajahnya dengan kasar.
..."Apa kita pernah bertemu."...
..." Kita pernah bertemu."...
Semua kata-kata Serra dan semua yang dilakukannya kepada Serra terus menghantui pikirannya.
Arkan memang merasa dia laki-laki pengecut, Serra adalah istrinya, tetapi dia justru tidak bisa memperlakukannya sebagai istri, dia sungguh egois tanpa memikirkan perasaan Serra.
Padahal wanita itu hampir saja di perkosa, tetapi dengan mudahnya Arkan malah mengajaknya berhubungan dan tidak memikirkan mental Serra pada saat itu, dan tindakannya tadi, Arkan justru melebihi batasnya.
Wajar jika Serra semakin marah ke padanya, semua tindakannya memang bukanlah perbuatan seorang suami.
Setelah selesai mandi dengan penuh pikiran penyesalan, Arkan keluar dari kamar mandi, Arkan melihat Serra masih sama dengan tadi Serra tetap tertidur, entah dia pura-pura tidur atau memang tidur betulan hanya dia lah yang tau.
Arkan menuju lemarinya, seperti enggan membangunkan Serra, Arkan mengambil setelan kemejanya, dan kembali kekamar mandi mengganti pakaiannya.
**********
Arkan memilih untuk tidak menggangu Serra terlebih dahulu, tanpa bicara dengan Serra, Arkan langsung kekantor Polisi kembali mengurus kasus istrinya.
Kantor Polisi
Arkan kembali mengurus kasus Serra,Sekarang Damar menjadi tersangka kasus pelecehan dan pembunuhan. Suroto yang mengetahui jika dalang di balik semua itu adalah Dosen putrinya.
Suroto langsung kekantor polisi dan menemui pelaku yang selama ini sangat di percayainya sebagai Dosen putrinya.
Suroto tidak sendiri, seperti biasa Suroto akan di temani, istri kesayangannya Yasmine. Suroto dengan penuh kemarahannya menemui Damar yang ingin melecehkan putrinya.
" Biadap kamu, kamu pikir kamu siapa, Hai!" teriak Suroto menarik kerah baju Damar menatap pria yang sudah di borgol itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
Damar tidak bisa menjawab, hanya menunduk takut melihat papa dari wanita yang ingin di lecehkannya.
" Berani kamu macam-macam dengan putri saya, kamu pikir kamu siapa. Saya sudah memberikan kepercayaan penuh kepada kamu, tapi apa yang kamu lakukan, kamu memanfaatkan keterbatasan anak saya," Bentak Suroto, meluapkan semua kemarahannya.
Suroto kehilangan kesabaran, melayangkan satu pukulan kewajah Damar.
Brukkkk, pukulan yang di terima damar, lumayan kuat, tubuh kokoh pria itu langsung melayang menabrak tembok.
" Mas sudah," ucap Yasmine panik, ketika melihat kemurkaan suaminya. Polisi yang ada di lokasi pun mencegah Suroto agar untuk tidak membuat keributan.
" Pak, tolong ini kantor Polisi, jangan bikin keributan," ucap tegas polisi mencegah perbuatan Suroto.
" Dia sudah berani melecehkan putri saya, di harus mati," teriak Suroto.
" Biar polisi yang mengurusnya, bapak dan ibu sebaiknya tunggu di luar!" perintah petugas.
" Kamu mengusir saya hah!" teriak Suroto, " kamu tidak tau siapa saya," teriaknya lagi tidak terima.
" Maaf pak, saya hanya menjalankan tugas," ucap petugas.
" Mas sudahlah sebaiknya kita sekarang keluar, mas juga harus jaga wibawa mas," bujuk Yasmine, melihat kanan dan kirinya ternyata banyak yang memperhatikan mereka.
Suroto juga mulai meredakan emosinya, dan melihat di sekitarnya, memang betul dia harus menjaga wibawanya mengingat banyak orang yang memperhatikannya.
" Kamu dengar ya, kamu salah berurusan dengan keluarga Suroto, kamu akan tau akibat dari perbuatan kamu, kamu akan menyesali semuanya karena berani melecehkan putriku," ucap Suroto nada mengancam.
Damar hanya diam, menunduk tanpa berani menatap Suroto, walau pipinya lumayan dapat pukulan dari Suroto. Pukulan yang di berikan Arkan saja belum hilang rasa perihnya sekarang malah di tambah lagi.
" Mas, sudahlah, ayo, biarkan saja Polisi yang mengurusnya." ucap Yasmine, memegang lengan Suroto mengajaknya pergi.
" Kalau ini bukan kantor polisi mungkin kamu sudah mati," ucap Suroto lagi.
" Mas ayolah," Yasmine terus membujuk Suroto agar tidak lagi menghajar Suroto.
" Kalian urus dia, beri dia pelajaran jangan kasih ampunan," ucap Suroto pada petugas menunjuk Damar. petugas hanya mengangguk agar Suroto juga pergi.
Suroto pun dengan rasa belum puas, pergi dari hadapan Damar, yang diikuti Yasmine dan 2 pengawalnya. Sesampai di lobi Kantor Polisi Suroto yang masih terbalut emosi berkacak pinggang menetralkan suasana hatinya.
Yasmine terus menghelus pundak suaminya agar menenangkan dirinya, sebenarnya dia sangat kesal suaminya belakangan ini terlalu mempedulikan Serra dan justru mengabaikan dirinya.
" ini semua gara-gara wanita buta itu, seharusnya si Damar perkosa saja dia, kalau perlu langsung di bunuh biar tau rasa, biar mati sekalian, biar tidak ada lagi parasit di hidupku, agar aku dan Arkan juga bisa hidup bahagia dan jauh-jauh dari si tua Bangka ini," gerutunya dalam hatinya mengutuk Serra anak tirinya.
Lagi-lagi Yasmine memang pasti menyalahkan Serra, dan pastinya selalu menjadi orang yang paling bahagia, jika, terjadi hal buruk pada Serra.
" Kalian urus konferensi pers secepatnya, dan jangan sampai ada yang tau jika putri saya ingin dilecehkan, awas kalau sampai berita ini bocor!" perintah Suroto penuh penegasan kepada ke-2 pengawal kepercayaannya.
" Baik pak," sahut pengawal menunduk.
" Sana kalian urus, jangan membuang waktu," ucap Suroto lagi.
ke-2 pengawal tersebut pun pergi meninggalkan bosnya, pengawal tersebut langsung menjalankan tugasnya.
" Mas ayo kita pulang, Yasmine hari ini ada janji reunian sama teman kuliah Yasmine," ucap Yasmin melihat arlojinya.
Yasmine mengingat janjinya sudah semakin dekat.
" Yasmine sebaiknya kamu batalkan dulu, mas harus mengurus tuntas masalah Serra, mas harus membersihkan namanya secepatnya," sahut Suroto penuh penegasan.
Yasmine yang mendengar perintah suaminya, merasa kesal, selama menikah denganya tidak pernah suaminya itu melarangnya untuk melaksanakan kegiatannya dan ini malah di dengarnya hanya demi perempuan yang di bencinya.
" Mas, tapi ini penting, moment ini tidak akan bisa di ulang lagi," ucap Yasmine, melepas tangannya dari suaminya, bersih keras tetap ingin pergi tidak peduli dengan masalah Serra.
" Yang terjadi sama Serra, jauh lebih penting dari pada semua kegiatan kamu," ucap Suroto suara menekan.
Yasmine kaget, mendengar pernyataan suaminya. Yasmine melihat wajah suaminya yang sangat serius, seperti tidak bisa di ganggu gugat, tetapi dia tidak ingin kalah dengan anak tirinya itu.
Yasmine yang langsung menemukan ide andalannya. Yasmine merubah exsperesinya dengan sendu, membujuk suaminya, kembali memegang lengan suaminya, dan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.
" Sayang, aku hanya ingin bertemu dengan teman-teman ku, aku kangen sama mereka, mereka juga ada yang dari Luar Negri, mungkin kami tidak akan bertemu lagi. Hanya ini waktu yang tepat, boleh ya sayang," bujuk Yasmine suara melemas, agar suaminya itu bisa takluk.
" Terserah kamu, mas sudah katakan tidak, jika, kamu ingin pergi, silahkan, tapi mas tidak pernah mengijinkannya," tegas Suroto, menggeserkan tangan Yasmine dari lengannya dan langsung pergi tanpa mempedulikan Yasmine.
Yasmine kaget menerima perlakuan suaminya yang tidak biasanya dan sekarang malah meninggalkannya, Yasmin mengepal tangannya kuat. Geram dengan tindakan suaminya yang semakin hari semakin tidak mempedulikannya.
" Sialan, sekarang dia malah meninggalkanku, dia menolak permintaanku, semua ini gara-gara wanita buta itu, liat saja aku akan memberinya pelajaran gara-gara dia harus menerima akibat dari perbuatannya, si tua bangka itu, seenaknya menggagalkan kesenanganku," ucapnya kesal menjelek-jelekkan suami dan anak tirinya.
Yasmine pun dengan keterpaksaannya menyusul suaminya.
Saat Suroto menuju mobilnya, Suroto berpapasan dengan Arkan, yang baru tiba.
Arkan dari kejauhan memang sudah melihat mertuanya itu, hanya saja dia bukan tipe pria yang harus ramah apalagi harus caper di depan mertua. Dia bukanlah tipe laki-laki penjilat seperti Yasmine.
" Arkan," sapa Suroto saat Arkan ingin melewatinya. Arkan pun menghentikan langkahnya dan menghadap kepada papa mertuanya itu.
" Iya ada apa?" tanya Arkan dingin.
" Bisa kita bicara sebentar," ucap Suroto.
" Hmm, katakan saja," sahut Arkan mulai menatap papa mertuanya.
" Ayo kemobil, bicaralah di dalam mobi, tidak enak jika bicara di sini," ajak Suroto.
" baiklah," jawab Arkan santai tanpa menolak.
Yasmine yang menyusul suaminya, melihat suaminya dan Arkan pergi bersama, Yasmine bingung melihat Arkan dan suaminya.
" Mau kemana mereka, kenapa tampak serius sekali," tanyanya dengan penasaran.
benar2 ya arkan si maha sempurna
dasar arkan maha sempurna, muak aku dg sifatnya
aku lbh suka klau endingnya serra gk sama arkan lagi, mungkin dg dokter mata serra nanntinya jatuh hati sama pasiennya, itu akn lebih seru daripada sama si arkan yg maha sempurna eh sok sempurna maksudnya 🤭
meinikah bukan karna cinta, tidak mau meninggalkan trus apa masalahmu wahai arkan yg sok sempurna
apa sesusah itu meyakinkan hati,
seenaknya sendiri gk suka dibantah tapi selalu membantah, mana ada orang yg seperti itu
saranku ya serra kamu tinggalin aja arkan diam2 biar tau rasa tuh orang yg maha sempurna 😏