WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25
Seperti biasa, Zafran duduk di bar mini dengan meminum Whiskey nya setelah seharian ia sibuk bekerja dan mengurus sesuatu tentang segala bisnis nya bersama Stark.
Zafran melirik Laura yang berjalan mendekatinya tepat di depan matanya, pria itu sedang pada posisi meminum Whiskey dengan gelas masih menyentuh bibirnya.
Hatinya berdegup, seolah melihat sosok peri bunga yang indah sedang menari-nari di wajahnya penuh keanggunan, padahal saat itu Laura hanya berjalan perlahan menghampiri Zafran, khayalan pria itu terkesan berlebihan karena Zafran benar-benar mengagumi kecantikan Laura yang natural.
Apalagi angin malam di pantai membuat Laura semakin terlihat seksi dengan balutan gaun yang pas dengan kulitnya.
Kini Laura sudah berdiri di samping Zafran, dan hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun, Laura sedikit kesal karena setiap kali melihat Zafran gadis itu teringat kembali semua ucapan Gaby, terlepas benar atau tidaknya perkataan Gaby, Laura tetap merasa kesal.
"Kau tidak memakai gaun yang sudah ku siapkan."
Tanya Zafran, pria itu menatap Laura, kemudian turun dari tempat duduknya dan memberikan kursi untuk Laura.
Namun gadis itu tetap berdiri dan tidak berniat untuk duduk, Zafran pun masih berdiri di dekat Laura.
"Terimakasih aku punya gaun sendiri." Jawab Laura dingin, tak kalah dingin dari Zafran.
"Ganti." Perintah Zafran.
"Tidak, aku akan memakai gaun ini."
Zafran terkejut dengan sikap Laura yang membangkang.
"Aku tidak akan mengucapkan kalimatku dua kali Laura."
"Dan aku juga tidak akan menuruti mu Zafran, butuh waktu untuk mengganti pakaian, dan aku harus berjalan kembali ke kamar dengan jarak yang lumayan jauh, kaki ku juga sakit, dan aku tegaskan lagi bahwa aku bukan seperti wanita-wanita lainnya yang menurut begitu saja, kau bisa saja mengatur wanita lain sesukamu tapi aku disini bekerja untukmu, bukan sebagai wanita yang selalu kau atur ini dan itu, tugasku hanya menemanimu dalam pekerjaan, aku akan menuruti mu jika itu masalah pekerjaan, dan bukan hanya sekedar masalah mengganti pakaian, pakaian ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan."
Zafran seketika terdiam, tidak memiliki kalimat yang bagus untuk mematahkan kalimat Laura, biasanya para wanita akan patuh terhadapnya, namun sosok Laura justru membuatnya semakin tertantang untuk terus menggodanya karena keteguhan dan pendiriannya yang kolot di jaman sekarang.
Tiba-tiba Gaby datang diliputi perasaan menggondok, wanita itu dengan cepat duduk di sebelah Zafran kemudian mendorong Laura untuk menjauh, Laura hampir terpeleset namun dengan sigap Zafran yang masih dalam posisi berdiri memegang pinggang gadis itu dan memeluknya ke dalam tubuhnya.
"Gaun ini bagus sekali terimakasih sayang, tapi aku kesal kenapa kamarku sangat jauh dari mu, di bandingkan gadis itu justru memiliki kamar yang bersebelahan denganmu." Gaby merajuk dengan memamerkan belahan payudar*nya yang seksi, wanita itu memakai gaun berwarna hitam.
"Sudah ku duga, mungkin seharian ini sibuk menyiapkan gaun untuk para wanita." Kata Laura pelan namun terdengar jelas di telinga Zafran, dan saat itu juga Laura mengibaskan tangan Zafran.
"Memangnya dia pikir aku ini penjahit!" Geram Zafran dalam hatinya pada Laura.
"Jaga sikapmu Gaby, aku sedang tidak ingin melihat sifat merajukmu." Hardik Zafran ketus dan dengan tatapan dingin.
Gaby hanya cemberut dan melotot pada Laura.
Tak berapa lama kemudian dari kejauhan sudah terlihat Edward, Philip serta Jane berjalan semakin mendekat, para pria terlihat tampan dengan setelah jas mahal dan Jane terlihat cantik serta anggun, perawakannya yang tinggi dan lahir di keluarga terpandang membuat Jane tampil seperti wanita bangsawan. Jane berjalan di tengah, di apit oleh Edward serta Philip.
"Halo Laura, kau sangat cantik." Sapa Jane.
Sapaan Jane membuat semua orang terkejut, dan saling pandang.
"Halo Jane, terimakasih, tidak lebih cantik darimu." Laura memeluk Jane dan mereka saling tersenyum.
Jane tahu para pria penasaran, apalagi Philip yang lebih memahami Jane, bahwa istrinya sangat pemilih untuk bergaul apalagi dengan seorang wanita, Jane sangat selektif.
"Aku baru saja bertemu dengan Laura tadi sore di tepi pantai kami mengobrol dan aku suka dengan Laura, dia manis, energik, sopan dan juga gadis yang pintar." Kata Jane sambil tersenyum.
Terlihat Gaby melenguh dan memutar matanya seolah merasa jijik pada Laura, dan juga wanita itu terlihat sangat jelas bahwa sedang mengejek semua yang dikatakan Jane tentang Laura.
Zafran hanya diam dan memperhatikan sikap Gaby, semua pria yang berada di sana juga tahu bahwa Gaby adalah wanita yang sangat berani.
"Sudahlah mari kita menuju ke tempat acara, semua orang sudah menunggu." Kata Philip menyudahi suasana yang panas dan kikuk itu.
"Sayang ayo." Kata Gaby mengajak Zafran sembari merangkul lengan pria itu.
Zafran berjalan dengan Gaby, dan melirik pada Laura, berharap gadis itu akan merasa kesal ataupun cemburu.
Tapi Zafran salah mengira.
Edward memberikan kode pada Laura agar masuk bersama dirinya dengan memberikan lengannya, dan tentu saja membuat Zafran tidak suka.
"Maaf Zafran tapi kau sudah bersama Gaby." Senyuman mengejek terukir di bibir Edward.
"Nikmatilah permainan yang kau ciptakan sendiri, jangan sampai menjadi boomerang untukmu, banyak pria yang melirik ke arah Laura, sementara biar aku yang menjaganya." Imbuh Edward lagi tersenyum sembari berbisik di telinga Zafran, dan kemudian menepuk bahu Zafran dengan tangan kirinya, karena Laura telah melingkarkan tangannya di lengan kanan Edward.
"Lihat saja, apa yang akan ku lakukan padamu setelah ini." Ancam Zafran dalam hatinya pada Edward.
bersambung~