API ASMARA OM EZAN

"Bisa bertemu dengan tuan Ezan?" seorang perempuan cantik berdiri di depan meja resepsionis.

"Dengan siapa maaf, kami hubungi sekertaris nya dulu takut beliau ada meeting atau tidak di tempat."

"Nama saya Angela." perempuan itu pun menyebutkan namanya.

"Tunggu sebentar ya mba.."

wanita itu pun mengangguk mengiyakan. Tak lama resepsionis itu pun selesai mengkonfirmasi keberadaan Ezan.

" Mba, silahkan naik ke lantai dua puluh. Tuan Ezan ada di ruangannya."

"Baik, terimakasih.." perempuan bernama Angela itu pun melangkah menuju lift. Dia masuk saat lift itu terbuka dan menekan tombol 20 untuk mengantarkan dia ke lantai dimana Ezan berada.

Angela berjalan dengan anggun menyusuri lorong ke ruangan Ezan. Di depan ruangan.

"Selamat siang, tuan Ezan nya ada?" Mila yang fokus dengan laptopnya,menatap ke arah Angela.

"Selamat siang nona, apa anda nona Angela?" Angel pun mengangguk mengiyakan. "Mari, tuan Ezan sudah menunggu.." Mila membimbing Angel masuk ke dalam ruangan kerja Ezan.

Tok tok tok

"Masuk !" terdengar suara Ezan memerintahkan untuk masuk.

"Maaf tuan, tamu anda nona Angela sudah sampai.." Mila membuka pintu ruangan itu sedikit lebar untuk mempermudah Angel masuk kedalam ruangan itu.

Mila mengisyaratkan untuk Angel masuk kedalam. Angel pun masuk ke dalam ruangan Ezan.

"Apa kabar Zan?" pertanyaan itu langsung terdengar oleh telinga Ezan.

Ezan mengalihkan pandangan nya ke arah pintu masuk ruangan nya. Sebuah senyuman lebar menghias bibirnya.

"Angela..!" gumam Ezan melihat siapa yang datang.

"Surprise..!!" perempuan itu pun dengan wajah berbinar, melangkah mendekati Ezan dan masuk ke dalam pelukan laki-laki gagah itu.

Ezan memeluk tubuh Angela dan tak lama melepaskan pelukannya itu. Angel yang masih nyaman dengan pelukan hangat itu pun sedikit merasa kecewa karena begitu singkat dia bisa merasakan hangatnya pelukan laki-laki yang merupakan teman kuliahnya dulu.

"Ayo duduk La, Mila tolong pesan kan ice coffee latte dan saya buatkan kopi seperti biasa."

Mila yang dari tadi masih setia di ambang pintu pun langsung menutup pintu ruangan Ezan dan segera membuat pesanan bosnya.

"Gimana, gimana...kenapa kamu nggak ngasih kabar kalau kamu mau balik ke sini, kalau kamu bilang..aku bisa jemput kamu di Bandara.." Angela terkekeh mendengar penuturan Ezan.

"Nah karena itu, aku mau kasih kejutan. Nggak seru kalau aku bilang sama kamu kalau aku mau balik kesini. Kamu sekarang kelihatan lebih segar, hemmm.. tubuh kamu pun terlihat lebih berisi.."

"Masa sih, berarti tanpa sadar kamu bilang aku gemuk nih La, mungkin aku bisa gym nanti. Memang beberapa bulan ini aku nggak pernah ke gym lagi."

'Apapun itu, yang terpenting kamu sehat Zan. Aku ingat waktu masih ada Luna, dia begitu memperhatikan kebutuhan kamu. Sama seperti sekarang, nyatanya kamu hidup tanpa Luna masih bisa sebaik sekarang." Ezan tersenyum tipis mendengar ucapan Angela.

"Takdir Allah yang memisahkan aku dan Luna. Lagi pula , dia sudah nggak kesakitan lagi. Yah...aku berusaha untuk melanjutkan hidup La.." Ezan teringat akan bagaimana dia terpuruk kala kehilangan sosok wanita yang dia cintai.

Setelah sekian lama berjuang keras melawan penyakitnya, Istrinya menyerah dan meninggalkan duka yang dalam untuk Ezan. Bahkan Ezan sampai tak bisa hidup di Indonesia untuk beberapa tahun lalu dia pindah menetap di luar negeri.

Sekian lama dia hidup di luar, dia pun mencoba untuk menerima kenyataan jika istri sudah tiada, dia pun berusaha untuk kembali dan tinggal di Indonesia.

Nyatanya, saat dia kembali dan baru saja beberapa saat di Indonesia, dia harus menghadapi sahabatnya yang memintanya untuk menjaga gadis yang merupakan keponakannya. Bahkan sekarang ini sudah menjadi istrinya.

Ezan dan Angela pun terlibat percakapan yang terlihat menyenangkan. Bahkan sampai masuk jam makan siang.

Ezan dan Angela berencana untuk makan siang di restoran Jepang dekat dengan kantor Ezan. Rian bahkan sudah menunggu keduanya disana.

Tanpa canggung Ezan memeluk pinggang ramping Angela sepanjang berjalan samapi lobby. Bahkan Ezan tak menyadari jika ada seseorang yang melihat keakraban Ezan dengan Angela dengan perasaan cemburu.

"Ehh...Git, ngapain Lo liatin bos begitu? Tapi, perempuan yang jalan sama si bos cantik juga yahhh.." mendengar ucapan Ayu membuat Gita mengerucutkan bibirnya.

"Biasa saja..!" Gita menanggapinya dengan ketus dan langsung melangkah menuju ke kantin.

Ayu dan juga Dara serta Hana mendengar jawaban ketus dari Gita hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Gita bersama ketiga rekannya makan siang di kantin. Namun terlihat Gita hanya mengaduk-aduk makanannya. Bahkan terlihat wajah Gita yang terlihat sedih.

"Git, Lo nggak apa-apa kan?" Gita yang sedari tadi sibuk mengaduk-aduk makanannya pun menghentikan pergerakan nya. Dia menatap kearah Ayu dan dua seniornya.

"Aku nggak apa-apa, Yu...nanti gue mau ngomong sama lo. Ini soal yang kemaren gue bilang ke Lo, gue udah punya solusinya." mendengar ucapan Gita, Ayu pun melebarkan matanya.

"Beneran Git, lu benar-benar mau bantu gue?" Gita pun mengangguk.

Tak lama kemudian mereka pun kembali masuk ke dalam kantor.

Saat di lobby kantor tiba-tiba sebuah suara membuat langkah Gita berhenti.

"Heiii...jal*ng !! ngapain kamu disini, hahh!!" dari arah samping seorang yang Gita kenal sebagai tante suaminya.

"Tante Vani..Tante...

"Hehhh...nggak usah sok akrab ya kamu !! Jawab pertanyaan saya, ngapain kamu di kantor ini, prosesif sekali kamu, kenapa? Takut kalau keponakan saya akan tinggalin kamu, takut kalau jadi orang miskin lagi,hah!!'

Tanpa disangka Vani mendorong tubuh Gita Membuat Gita hampir jatuh jika Ayu tidak berhasil menahan tubuh nya.

"Gita, Lo nggak apa-apa?" Gita menggelengkan kepalanya. " siapa orang itu, Lo kenal?" Gita mengangguk samar.

"Kenapa, mau ngadu sama keponakan saya, kamu itu hanya perempuan yang di jadikan pelarian, wajar kan kalau sudah lama jadi duda, paling kamu sebentar lagi akan di depak dari keluarga Hutama!"

"Tante...

"Tante Vani, cukup !!" suara Ezan menggema di lobby kantor.

Ezan mendekati Gita yang saat ini berdiri di samping Ayu. Ezan menatap Gita sejenak dan kemudian menatap sang Tante dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa Zan, Tante cuan bilang sama pela*ur cilik ini...jangan terlalu posesif sama kamu, bahkan sampai ikut-ikutan ke kantor segala. Tante...

"Lebih baik Tante pulang sekarang, kalau nggak...jangan salahkan Ezan akan bertindak tegas sama Tante sekarang juga!!"

Ezan memotong ucapan Vani dan mengusir nya pergi. Vani bahkan terkejut mendengar ancaman Ezan.

Vani pun dengan perasaan kesal terpaksa pergi dari sana.

Melihat Vani yang pergi, Ezan menarik tangan Gita dengan lembut. Namun, Gita menghempaskan tangan Ezan begitu saja.

Ezan terkejut dengan tindakan Gita. Bahkan interaksi keduanya membuat orang yang melihatnya was-was dan juga bertanya-tanya ada hubungan apa antara bos mereka dengan anak magang itu.

"Ayu ikut...!" dengan tatapan tajamnya Ezan meminta Gita ikut dengannya.

"Tidak perlu, saya kembali ke ruangan saya. Ayo Yu !!'

"Gita Kirana binti Galang Satya Nugraha!!" panggilan lengkap itu berhasil membuat Gita mendengus kesal. Dia kembali menoleh ke arah suaminya. Bahkan dia melirik perempuan yang ada di dekat Ezan.

"Mau anda apa tuan Ezan Narendra Hutama!!"

Tanpa mengatakan apapun, Ezan menarik pinggang ramping Gita dan membawanya pergi menuju lift khusus Presdir.

Saat baru saja masuk ke dalam lift dan melihat Angela yang akan ikut masuk tiba-tiba Ezan bersuara.

"Angela, maaf sebaiknya kamu pulang dulu. Aku ada kepentingan yang lebih penting , sorry !!"

Angela tidak bisa berkata apapun. Yang pasti dia merasa penasaran dengan gadis muda yang bersama Ezan tadi. Ada hubungan apa antara Ezan dan gadis itu?

Bersambung