Antariksa dan Galaksi, anak yang tak diakui oleh ibu kandungnya sendiri. Batita yang tak dirawat, dan bayi yang tak disusui oleh ibunya sejak dini.
Entah takdir atau kebetulan, Rafa bercerai dari mantan istrinya lantaran perselingkuhan. Mantan istrinya itu berkhianat dengan masa lalunya dan memilih karir modeling daripada keluarganya.
Sama hal nya dengan Rindi, yang menjadi korban pengkhianatan mantan tunangan yang juga berselingkuh dengan adik tirinya sendiri. Mereka sangat serasi bukan?
Akankah keduanya saling membuka hati dan saling menyembuhkan luka? Apakah Rindi merupakan calon ibu yang tepat untuk kedua jagoan kecil dari Mas Duda? Ikuti kisah keduanya yuk...
NB: Cerita ini murni hasil pemikiran Karita, tanpa plagiat karya orang lain. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh ataupun sedikit alur cerita, karena semua itu bukan unsur kesengajaan. Mulai hargai karya orang, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karita Ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Aku tidak sudi jika wanita itu menjadi menantuku! Karena dari awal, Rindi yang akan menjadi menantuku!" Pekikan tersebut merupakan suara dari seorang wanita.
Rindi berjalan cepat menuju ke arah ruang keluarga karena asal suara tersebut dari sana. Ketika kakinya menapaki ruang keluarga, Rindi merasa terkejut akan apa yang dia lihat.
Pasalnya, Rindi melihat keadaan ruang keluarga yang sudah dipenuhi oleh keluarganya dan keluarga dari Alvin. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah kondisi adik tirinya yang sedang menangis memegangi pipinya di depan Dina- ibu dari Alvin.
'Huh... lagi-lagi aku harus melihat drama' Ucap Rindi dalam hatinya dengan memutar bola matanya malas.
Semua orang yang berada di ruang keluarga belum menyadari kehadiran Rindi. Memang saat masuk tadi, Rindi tidak mengucapkan salam dan bergegas masuk. Rindi melihat Dina akan kembali menampar adiknya, seketika menjadi emosi.
"Hentikan!..." Ucap Rindi dengan suara tingginya sehingga membuat seluruh pasang mata yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arah Rindi.
Tangan Dina yang hendak menampar Linda berhenti di udara karena mendengar suara Rindi. Rindi menoleh ke arah Johan dan Lia yang hanya duduk terdiam dengan wajah dinginnya tanpa ekspresi.
Johan dan Lia, membiarkan drama yang akan di pertontonkan oleh orang tua Alvin. Keduanya memang sepakat untuk tidak membela Linda maupun Alvin. Karena mereka sadar bahwa Alvin dan Linda harus menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Apa yang Anda lakukan dirumah kedua orang tuaku, Bibi?" Tanya Rindi dengan menekankan setiap katanya sehingga membuat Dina menurunkan tangannya.
"Rindi, sayang. Ibu kemari untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh wanita ini" Jawab Dina dengan menunjuk ke arah Linda dengan emosi. Sedangkan Linda hanya bisa menunduk ketakutan.
"Rindi, kamu sudah tahu akan keberadaan janin di perut Linda?" Tanya Doni- ayah dari Alvin. Memang sedari awal hubungan Rindi dengan kedua orang tua Alvin sangatlah baik. Pasalnya kedua orang tua Alvin memang ingin Rindi menjadi menantu mereka.
"Saya sudah tahu, Paman" Jawab Rindi tanpa ekspresi. Doni merasa terkejut akan perubahan panggilan dari Rindi. Karena sejak dulu, gadis cantik itu selalu memanggilnya Ayah dan Ibu kepada istrinya.
"Rindi, kamu tetap calon menantu Ibu, kan Nak?" Tanya Dina dengan mendekat ke arah Rindi. Ketika tangannya yang mulai keriput akan menyentuh kepala Rindi, dengan cepat Rindi menghindar.
"Maaf, tetapi saya sudah membatalkan pertunangan saya dengan anak Bibi" Ucapan dari Rindi membuat Dina menggeleng dan menutup mulutnya tak percaya. Air matanya sudah menggenang di pelupuk mata, wanita paruh baya itu, tidak bisa menerima semua ini.
"Kamu bercanda kan, Nak? Nggak mungkin hubungan kalian selama tujuh tahun harus berakhir" Ucap Doni dengan memandang sendu ke arah Rindi. Sama halnya dengan sang istri, Doni juga tidak menerima jika hubungan putranya berakhir dengan Rindi.
"Saya tidak pernah bercanda dengan keputusan saya, Paman! Dan mulai sekarang, jangan anggap saya sebagai calon menantumu. Karena pada kenyataannya, saya bukan tunangan dari putramu lagi" Ucapan dari Rindi sangat menyayat hati kedua orang tua Rindi. Begitupun dengan Alvin yang sampai detik ini masih belum bisa melepaskan Rindi.
"Semua ini karena kau, wanita licik! Kau pasti menjebak putraku untuk berpaling dari Rindi. Aku tahu jika kau selalu iri kepada kakakmu sendiri. Sehingga kau menghalalkan segala cara untuk merebut putraku darinya! Apakah kau tahu? Jika kau sangat egois!" Bentak Dina kepada Linda sehingga membuat Linda merasa sangat bersalah.
"Kau adalah wanita yang sangat murahan dimataku, yang tega merebut kebahagiaan kakaknya demi kebahagiaanmu sendiri! Bahkan kau tidak pantas untuk menjadi seorang ibu. Kau akan menebus perbuatanmu pada Rindi, di masa yang akan datang!" Dina mengatakannya dengan nada tinggi sehingga membuat semua orang terkejut.
Linda kembali merasa sangat bersalah kepada kakaknya itu. Ucapan ibu dari kekasihnya itu memang benar adanya. Linda adalah wanita yang egois dan jahat, Linda mengakui itu. Namun semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diulangi.
Johan dan Lia hanya memperhatikan keributan yang diciptakan oleh orang tua Alvin. Keduanya tak berbicara sedikitpun karena yakin pada putri sulungnya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Bahkan Lia yang notabene nya ibu kandung dari Linda hanya tutup mulut. Wanita berhijab itu sudah terlanjur kecewa terhadap perbuatan putri kandungnya.
"Maafkan aku ... Aku sungguh menyesal. Tetapi Alvin harus bertanggung jawab akan janin ini..." Linda mengatakannya dengan wajah yang berderai air mata sehingga membuat Rindi sedikit merasa kasihan padanya. Ingat, hanya sedikit.
"Bukankah ini yang kau inginkan? Selamat! Kau berhasil menghancurkan pertunangan putraku" Ucapan Doni tepat seakan menusuk hati Linda. Kini, Linda merasa menjadi seorang yang sangat rendah di ruangan ini.
"Ayah, jangan seperti itu. Linda sedang mengandung anakku!" Alvin ikut angkat bicara. Meski bagaimana pun, Alvin tetap memiliki perasaan kepada Linda. Wanita licik yang dibela oleh Alvin, menatap ke arah ayah dari janinnya.
"Sampai kapanpun Ibu tidak akan pernah menerima wanita itu. Sekalipun dia akan menjadi istrimu!" Dina mengatakan hal tersebut dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Linda, sehingga membuat wanita yang tengah hamil itu kembali menunduk.
"Ayah sangat kecewa pada kamu Vin! Kau sudah mempermalukan ku di hadapan Rindi dan orang tuanya. Jika kau tidak bisa menghargai hubunganmu selama ini, setidaknya jangan pernah sakiti Rindi. Ayah sudah menganggapnya seperti putri kandung Ayah" Ucapan dari Doni membuat Alvin merasa terpojok. Alvin sadar jika dirinyalah penyebab semua masalah yang ada.
"Maafkan Alvin Yah, Bu" Alvin hanya bisa menunduk pasrah karena malu terhadap semua orang.
"Kau adalah penyebab dari semua masalah ini. Kau adalah seorang pengecut di mataku! Karena kau berani menyakiti dua perempuan sekaligus" Ucapan Johan dianggukki oleh Lia sehingga membuat semua pasang mata menatap ke arahnya. Rindi tersenyum miring ketika melihat Alvin merasa sangat bersalah dan malu sekaligus.
Rindi mendekat kearah Linda yang kini duduk di atas karpet dengan bersimpuh. Rindi memegang pundak adik tirinya dan menuntunnya untuk berdiri. Ketika Linda sudah berdiri persis berhadapan dengan Rindi, Linda langsung menubruk tubuh kakaknya dan memeluknya erat.
Linda menangis di dekapan kakaknya. Tangan Linda meremas kuat kemeja yang digunakan oleh kakaknya. Berulang kali Linda mengucapkan kata maaf pada kakaknya. Sedangkan Rindi hanya terdiam tanpa membalas pelukan sang adik. Karena jauh di lubuk hatinya, Rindi merasa sangat kecewa akan perbuatan Linda.
"Kami tidak akan pernah menerima jika pertunangan Alvin dan Rindi dibatalkan. Karena dari awal, kita hanya menginginkan Rindi yang menjadi menantu kami" Ucap Doni dengan tegas sehingga membuat Johan terkekeh hambar.
"Wah...rupanya kau akan menjadi orang yang egois Don. Sama seperti putramu, yang egois mementingkan kebahagiaannya tanpa memikirkan perasaan Rindi. Putramu itu adalah pria yang egois, karena tidak mau kehilangan Rindi, namun tetap ingin bersama Linda" Johan menyindir Doni dan Alvin sekaligus sehingga membuat keduanya terdiam kalah telak.
"Harusnya, kau meminta putramu untuk menanggung semua perbuatannya. Mintalah putramu itu, untuk bertanggung jawab atas Linda" Ucapan Lia membuat Rindi dan Johan mengangguk setuju. Sedangkan Dina tetap menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak sudi memiliki menantu seperti dia! Jangan berharap aku akan bersikap baik padanya" Dina tetap kukuh menolak Linda yang akan menjadi istri dari Alvin. Sedangkan Doni merasa sangat frustasi akan masalah ini.
"Alvin akan bertanggung jawab menikahi Linda Yah, Bu" Ucapan dari Alvin membuat semua orang menatap ke arahnya. Namun tidak dengan Rindi yang tetap berdiri dengan melipat tangannya di depan dada. Rindi menatap remeh ke arah Alvin yang kini sedang menatap juga ke arahnya.
Kini, Rindi tak lagi merasakan apapun saat bertatapan dengan Alvin. Rindi yakin jika cintanya terhadap Alvin sudah luntur oleh kebencian yang sangat mendalam bagi Rindi.
"Cih ... Baguslah jika pria pengecut sepertimu, akan bertanggung jawab pada Linda. Memang seharusnya kau menanggung akibat dari perbuatanmu" Rindi mengucapkannya dengan nada yang tidak ramah dan tatapan yang tajam kepada Alvin.
Dina dan Doni menggeleng ketika melihat perubahan perilaku Rindi. Rindi yang mereka kenal sangatlah lembut dan sopan. Namun kini, Rindi adalah orang yang berbeda bagi sepasang suami istri tersebut.
"Rindi, kenapa kamu berubah Nak? Ini bukan Rindi yang Ibu kenal" Ucap Dina dengan halus kepada Rindi. Cara bicaranya juga sangat berbeda, jika wanita paruh baya itu berbicara dengan Linda.
Rindi yang mendengar pengakuan dari ibu mantan tunangannya, hanya bisa tertawa hambar. Padahal tawa tersebut untuk menghalau supaya air matanya tidak turun saat ini.
"Ya, Rindi yang dulu sudah tiada! Dimana putra anda telah mengkhianati saya ... Disitulah Rindi yang kalian kenal sudah tiada! Sekarang, yang dihadapanmu ini adalah Rindi yang baru, Bibi. Mungkin kau tidak akan mengenalku lagi" Ucap Rindi dengan lantang, tangannya mengepal kuat.
Hati Rindi terasa sangat sakit ketika harus berbicara seakan tak kenal pada orang tua Alvin. Tak dipungkiri bahwa mereka sejak dulu sudah sangat dekat. Rindi akan merasa rindu dengan kebersamaannya bersama Dina dan Doni.
Tak terasa air mata Rindi menetes begitu saja. Air mata itu mengalir sangat deras membuat dada Rindi terasa sangat sesak. Tubuh Rindi ditarik oleh Dina kedalam pelukannya. Dina juga ikut menangis melihat Rindi tersakiti. Doni menghapus air mata yang keluar dari sudut matanya. Pria paruh baya tersebut ikut memeluk Rindi dan istrinya.
Hati Linda terasa sesak ketika melihat kedua orang tua Alvin begitu menyayangi kakaknya. Sikap keduanya sangat berbeda jika kepadanya. Dulu, Linda berpikir jika dirinya hamil, maka Dina dan Doni akan melupakan Rindi dan beralih menyayanginya. Namun semua pemikiran bodohnya malah membuat Linda menyesal seumur hidupnya.
"Mungkin ... Rindi akan merindukan Ayah dan Ibu. Tolong biarkan Rindi, mencari kebahagiaan Rindi yang sebenarnya Yah, Bu. Mungkin ini akan menjadi pelukan yang terakhir untuk kita. Terimalah calon menantu kalian yang sebenarnya..." Rindi memeluk kedua orang tua Alvin dengan erat. Rindi sangat menyayangi Dina dan Doni sebagaimana menyayangi kedua orang tuanya. Karena selama hubungannya dengan Alvin, Dina dan Doni sudah menganggapnya seperti anak kandung.
Tangisan Rindi masih terdengar jelas di ruangan tersebut. Semua orang yang ada di ruang keluarga ikut menitikkan air mata karena ucapan Rindi. Lia dan Johan sangat mengerti bagaimana Rindi menyayangi kedua orang tua Alvin tersebut.
"Maaf jika Rindi tidak sopan pada Ayah dan Ibu. Maaf kan Rindi ya? Rindi sayang Ayah dan Ibu, sama seperti dulu. Mungkin mulai sekarang, Rindi tidak akan sama seperti dulu hiks..." Rindi melepaskan pelukannya dan berdiri tepat di hadapan Dina dan Doni.
Rindi mencium punggung tangan Dina dan Doni secara bergantian. Air mata Rindi sampai menetes di punggung tangan kedua paruh baya tersebut. Dina dengan sayang mengelus punggung Rindi dengan lembut. Doni pun mengelus rambut Rindi dengan penuh kasih sayang. Keduanya seakan tak rela jika Rindinya akan berubah dan menjauh.
"Rindi akan tetap menjadi putri kesayangan Ayah dan Ibu, kan? Meskipun nanti Rindi sudah menemukan kebahagiaan Rindi?" Tanya Dion kepada Rindi. Sedangkan Rindi mengangguk dengan senyum kecil yang terpatri di wajahnya.
"Rindi jangan lupakan Ayah dan Ibu ya, Nak?" Dina meminta kepada Rindi dengan deraian air mata sehingga membuat hati Rindi teriris melihatnya. Tangan mungil Rindi bergerak untuk menghapus air mata yang mengalir di pipi tirus Dina.
Setelahnya, Rindi bergantian mencium kening Dina dan Doni dengan penuh kasih sayang. Rindi kembali meneteskan air mata, sama seperti Johan dan Lia yang kembali menitikkan air mata karena tak kuat melihat adegan tersebut.
"Rindi tetap menjadi putri Ayah dan Ibu yang kuat, hiks... Rindi nggak akan pernah lupa sama Ayah dan Ibu. Terimakasih untuk kebersamaan selama tujuh tahun ini, hiks..." Ucap Rindi dengan mantap meskipun disertai dengan isak tangis memilukan. Dina dan Doni yang mendengarnya ikut mengangguk dan tersenyum pahit. Ketiganya kembali berpelukan yang mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya.
Rindi menghapus air matanya dan menatap langit langit untuk menghentikan derasnya air mata mengalir. Mengembuskan napasnya melalui mulut dan menggeleng pelan. Dengan mantap, Rindi berdiri tegak dan menormalkan ekspresinya. Rindi menatap kedua orang tua Alvin dengan tatapan yang sulit di artikan.
'Aku berjanji, ini adalah air mata kesedihan terakhir kalinya yang aku keluarkan. Setelah ini, aku akan berusaha untuk bahagia dengan caraku' Ucap Rindi dalam hatinya dengan mantap.
"Ayah, Ibu. Rindi meminta kepada kalian, tolong terimalah Linda menjadi anggota keluarga kalian sebagaimana kalian menerima Rindi. Linda sedang mengandung cucu kalian, maka terimalah dia" Pinta Rindi kepada dua paruh baya didepannya, dengan pandangan yang mengarah pada adiknya. Sedangkan Dina mengangguk meski nampak ragu.
Linda dan Alvin begitu merasa terharu dengan kebaikan hati yang dimiliki oleh Rindi. Linda merasa sangat beruntung memiliki kakak seperti Rindi.
Rindi berjalan ke arah Papi dan Mamanya dan berdiri tepat di hadapan keduanya. Rindi menunduk untuk melihat kedua orang tuanya. Rindi menahan air matanya supaya tidak kembali keluar lagi.
"Maafkan Rindi. Semoga yang Rindi lakukan sudah tepat. Doakan supaya Rindi bahagia ya..." Ucap Rindi dengan mata yang berkaca-kaca. Sedangkan Johan dan Lia mengangguk dengan mantap disertai air mata yang menetes. Sedangkan Dina dan Doni menangis begitu melihat ketegaran Rindi.
"Pasti, Nak" Ucap Johan yang dianggukki oleh Lia.
Rindi mencium punggung tangan keduanya, dan mencoba untuk tersenyum meski hatinya sedih. Rindi mendongak dan tersenyum ke arah Papinya dan mengangguk pertanda dirinya kuat.
Rindi berjalan meninggalkan ruang keluarga yang kini diisi oleh isak tangis dan melangkahkan kakinya menuju tangga arah kamarnya. Rindi mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Rindi sudah berjanji pada dirinya untuk bahagia mulai kini.
...*****...
Gimana perasaannya baca bab ini ?
Ditunggu kelanjutan ceritanya ya kak...
Terimakasih untuk pembaca yang masih setia di cerita pertama Karita dan Terimakasih untuk like serta komennya...
...Gracias...
𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝟐 𝒅𝒊𝒂 𝒖𝒅𝒉 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝟐...
saking nungguinnya, sering bulak balik baca dari bab 1 huhuhu
ditunggu up selanjutnya ya thor..
tetap semangat..🥰🥰🥰