Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Hanin masih diam di tempatnya. Mencoba menimbang apa yang suaminya tawarkan. "Dia tidak memberiku pilihan. Kalau seperti ini, sama saja dia memerintahku dengan ancaman." Hanin bergumam. Lelah, gadis itu berjalan menuju ranjang, berniat menenangkan pikirannya. Tak sadar, dan terlelap disana.
"Aku menyuruhnya berfikir. Tapi, dia malah tertidur." Seorang pria naik keranjang. membaringkan tubuhnya disana. Dia mulai memandangi wajah gadis yang tengah terlelap itu.
"Maaf, karena selama ini aku mengacuhkanmu? Aku tau kau menderita. Hanya saja, aku tak punya pilihan lain. Aku ingin membuatmu menjauhiku. Karena aku tau, aku tak sepadan dengan gadis sesempurna dirimu." Kenan mendekat, mengecup hangat kening sang istri.
"Kau tau Hanin, sekuat apapun aku bertahan, tetap saja, aku kalah darimu. Aku berjanji, akan membayar semua lukamu dengan rasa cintaku. Maafkan juga ke egoisan ku yang ingin terus memiki dirimu." Kenan mendekatkan bibirnya ketelnga sang istri.
"Hanindya Ningrum, AKU MENCNTAIMU." Kenan menarik Hanin ke pelukannya. Mengecup kening gadis itu berulang kali, seakan ingin mencurahkan semua rasa cinta yang dimilikinya. Namun, entah kenapa. Gadis yang tengah terlelap itu tak bergeming sama sekali. Mungkin saja karena efek obat bius asisten Berryl tadi malam, masih saja bekerja di tubuhnya.
Suara kicauan burung membuat Hanin terjaga. Tubuhnya terasa berat, dia juga dapat merasakan ada tangan yang sedang memeluk pinggangnya. Dan benar saja. Hal pertama yang terlihat, ketika dirinya membuka mata, adalah dada bidang seseorang.
Hanin baru saja membuka mulut untuk berteriak. Namun, aksinya terhenti karena, tangan lebar pria yang memeluknya telah mendarat dimulut gadis itu.
"Ini aku." Kenan mendekatkan wajahnya.
Hanin menatap, kemudian mengangguk. Kenan melepaskan pelukannya. "Kenapa mas memelukku?" Hanin protes, dia segera mendudukkan dirinya. Menjauh dari sang suami.
"Entahlah, aku tadi hanya berbaring. Aku rasa, bukan aku yang memekukmu. Tapi, kaulah yang memeluk ku." Kenan juga ikut duduk.
Wajah Hanin memerah malu, dia mencoba mengalihkan pandangannya. "A.. aku tidak mungkin melakukan itu." Hanin bangkit, ingin berjalan menjauh.
Tapi, terlambat. Kenan terlebih dahulu menarik tangan gadis itu. Membuatnya jatuh kedada pria itu lagi. "Mas lepas." Hanin meronta.
"Tadi, memang aku yang memelukmu. Aku sengaja melakukannya. Aku harap kau terbiasa dengan itu. Karena, kau akan lebih sering menerimanya, di hari-hari yang akan datang. Muach." Kenan mencium pipi Hanin. Membuat wajah yang tadinya merona, menjadi semakin merah padam. Hanin segera menarik dirinya. Dia takut, kalau Kenan bisa mendengar detak jantungnya yang semakin bertalu.
Gadis itu segera berjalan menuju kamar mandi, dan segera memguncinya. "Uh... aku bisa mati, kalau jantungku terus berdetak secepat ini." Ucap Hanin, dia tersandar di tepi pintu. Menarik nafas, mencoba menormalkan kembali detakan jantungnya.
Kenan terkekeh, dia belum pernah melihat wajah merona Hanin sebelumnya. "Gadis itu benar-benar polos. Baru dipeluk sedikit saja, sudah semerona itu. Apa jadinya kalau kami sudah melakukannya? Hahaha.. apa yang ku pikirkan." Kenan menepuk keningnya pelan. Mengusir pikiran kotornya.
Di tempat lain...
"Kenapa, tumben kau kesini?" Seorang gadis berjalan menghampiri tamu yang duduk diruang tamu apartemen yang disewanya.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Ndy" Gadis yang duduk itu kembali berucap. Dan dia adalah Nesya.
"Oh, sepertinya sangat penting. Hingga kau mau repot-repot mendatangiku. Baiklah, katakan!" Perempuan yang bernama Nindy mempersilahkan.
"Entah kenapa. akhir-akhir ini aku semakin merasa kalau Kenan mulai menjauhiku." Nesya membuka cerita.
"Dia sudah tak pernah lagi menghubungiku seperti dulu. Dan bahkan sudah hampir 2 bulan ini, dia terus menolak menjumpaiku." Gadis itu mulai menyalakan rokoknya.
"Kenapa kau tak mendatangi rumah, atau kantornya." Nindy bertanya.
"Sudah, tapi asisten brengsek itu selalu menghalangiku." Nesya semakin memperdalam hisapan rokoknya.
"Berarti sebentar lagi dia pasti akan membuangmu" Nindy kembali berucap.
"Tidak akan, meskipun dia ingin. Tapi, dia tidak akan bisa melakukan itu." Nesya tersenyum misteri.
"Kenapa, apa karena tubuhmu? Tapi aku rasa, Hanin juga memiliki tubuh yang indah, hanya saja dia selalu berusaha menutupinya dengan pakaian longgarnya itu.
"Hahaha.. Tentu saja bukan. Kenan bukanlah tipe pria penggila tubuh wanita. Kau tau Ndy, aku bahkan sudah memancing nafsunya dengan berbagai cara. Tapi dia tetap tak mau bermain hingga ke inti. Dia hanya meraba dan menciumiku. Tapi, ketika adik kecilnya terbangun, dia pasti melarikan diri kekamar mandi, dan menuntaskan hasratnya disana." Nesya tersenyum miris.
"What? Apa benar ada lelaki seperti itu?" Nindy terlihat tak percaya.
"Tentu saja ada. Makanya, aku merasa sangat tertantang untuk menaklukkannya." Nesya menaruh abu rokoknya ke asbak.
"Ha..ha..ha.. Kasian sekali kamu Nes, sudah di ujung. Eh, malah ditolak." Nindy tertawa lantang.
"Yah, karena itulah, aku selalu mau menjadi simpanan bos ku di kantor. Meski lebih tua dari Kenan. Tapi, dia sangat liar diranjang." Nesya tersenyum bangga.
Nindy menggeleng. "Kau memang tak pernah berubah, masih saja bajingan. Persis seperti dulu." Dan mereka serentak tertawa.
Kembali ke rumah mewah.
"Mas, aku sudah memikirkan penawaranmu." Hanin sudah berdiri di belakang Kenan. Ketika pria itu sedang duduk di tepi kolam ikan, yang berada disamping rumah.
Kenan berbalik, menatap Hanin. "Secepat itu?Kalau kau masih butuh waktu, aku bisa menunggunya." Kenan menepuk sisi sebelahnya, memerintahkan istrinya duduk.
Hanin menurut. "Tidak mas, aku tau. Kalau aku tak punya pilihan selain menerima tawaranmu. Tapi, aku punya dua syarat dan mas harus menyetujuinya." Ucapnya setelah duduk.
Kenan menyilangkan sebelah kakinya. "Apa syaratmu?"
Hanin menarik nafas.
"Syarat pertama, selama 3 bulan kedepan. Aku tidak ingin mas menyentuh wanita manapun. Karena aku merasa jijik jika suamiku beraroma wanita lain." Kenan mengangguk. Terlihat senyum usil di wajahnya.
"Syarat yang kedua, jangan katakan apapun pada Nesya tentang kesepakatan kita. Dan juga tentang keberadaan ku selama perjanjian kita berlangsung. Karena, aku tidak ingin menyakitinya lebih dalam lagi." Mata Hanin berubah sayu.
"Apa hanya itu?" Kenan membenarkan posisi duduknya.
"Yah, apa mas keberatan?" Kening Hanin mengkerut.
"Tidak, aku malah senang dengan syaratmu." Kenan mengedipkan sebelah matanya.
Hanin sedikit terusik dengan ulah sang suami.
"Sebelum kesepakatan kita dimulai, aku juga ingin mas menyediakan perjanjian hitam di atas putih. Yang isinya, jika waktu yang sudah kita tentukan habis. Dan aku masih tidak mencintaimu. Maka, mas akan bersedia untuk melepaskan ku."
"Baiklah. Tapi, kau harus memahami apa makna dari menjadi pasangan seutuhnya yang ku minta padamu."
"Aku tau, artinya kita akan melakukan kewajiban dan hak kita masing-masing baik secara lahir maupun batin." Hanin menatap mantap. Tak terpancar keraguan dimatanya. Dia tau, hanya dengan cara inilah, dia bisa terlepas dari Kenan. Supaya dia bisa memberikan sahabatnya kebahagiaan.
"Jangan salah sangka Hanin. Aku meminta hal itu padamu, bukan semata karena nafsuku. Melainkan, aku ingin kita merasakan keindahan rumah tangga seutuhnya. Supaya kau bisa merasakan ketulusanku. Dan mau mempertahankan rumah tangga kita. Namun, jika setelah melewati ini semua. Hatimu masih tak tersentuh. Maka aku akan menyerah, dan aku akan membiarkanmu pergi." Kenan berdiri.
Membelai rambut Hanin pelan, dia mendongakkan kepala sang istri. "Sudah malam. Istirahatlah, dikamar tadi. Aku akan tidur di kamar lain." Ucap pria itu lembut. Kemudian mendaratkan ciuman hangat dikeening Hanin. Gadis itu menutup matanya. Menikmati kecupan hangat dari suaminya.
TBC
Selamat membaca Readers. Mohon bantu vote, like, beri hadiah, dan silahkan tinggalkan komentarnya.
Makasih...
sorry gwa baca sampe sini