Sebuah kejadian mengerikan justru mengubah takdir seorang bocah manusia biasa menjadi seseorang yang dapat menjalani praktik kultivasi.
Berguru pada para jagoan kultivator yang hebat dan berkeliling dunia, Yao Han menyerap banyak ilmu dan pengalaman dalam perjalanan menggapai tingkat praktik tertinggi.
"Keabadian-! Aku datang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maswaw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTI 024 - Berburu
Meirong mengatakan Tarian Pedang Bunga Api terdiri dari sembilan gerakan, yang dinamai tarian pertama sampai tarian kesembilan. Yang ditunjukkan Meirong pada Yao Han adalah gerakan tarian pertama.
"Apa aku bisa mempelajarinya, Guru?" Yao Han sangat antusias karena gerakan pedang Meirong sangat indah.
"Akan sangat aneh kau mempelajarinya, Han'er. Terutama karena bentuk tubuhmu sama sekali tidak menunjang untuk mempelajari jurus ini."
Meirong sudah menduga jawabannya akan membuat Yao Han kecewa.
"Jangan khawatir. Aku akan mengajarkan jurus pedang lainnya agar pondasi pedangmu semakin matang. Dengan begitu, mungkin... kau ada peluang mempelajari jurus pedang ini."
Yao Han kembali tersenyum dan mengangguk pelan.
"Oh, ya. Perhatikan juga ini."
Meirong mengangkat pedang peraknya yang kembali diselimuti Qi merah keemasan. Muncul pedang lain dengan panjang hampir setengah pedang Meirong yang juga berwarna merah keemasan.
Jumlah pedang yang muncul semakin banyak, jika dihitung hampir dua puluh pedang yang mengelilingi tubuh Meirong.
"Ini adalah Pedang Qi, termasuk salah satu bagian dari Tarian Pedang Bunga Api. Meski kelihatannya sederhana, untuk memunculkan Pedang Qi seperti ini butuh pemahaman mendalam tentang Dao Pedang..."
Meirong mengarahkan Pedang Qi itu ke udara dan membentuk pola lingkaran yang terus berputar. Saat sudah mencapai ketinggian yang cukup, sekumpulan pedang Qi itu berubah menjadi ratusan kelopak bunga api.
Yao Han terpana dengan 'pertunjukan' itu. Kelopak bunga api tadi perlahan menghilang sebelum mencapai tanah.
"Diseluruh benua ini, Tarian Pedang Bunga Api termasuk lima jurus pedang terbaik."
Yao Han manggut-manggut antusias, dia menjadi bersemangat belajar ilmu pedang agar bisa membuat Pedang Qi.
"Memangnya ada yang lebih baik dari jurus pedangmu?" tanya Yutian, masuk dalam perbincangan.
"Sejauh ini yang kutahu ada satu... Raja Pedang Langit."
Raut wajah Yutian sedikit jelek saat Meirong menyinggung nama tersebut. Bukan karena Yutian membencinya, tetapi karena dia tahu sosok ini pernah menjadi bagian dari sekte yang dia benci.
"Siapa itu Raja Pedang Langit?"
"Nama aslinya adalah Tian Jian. Usianya beberapa puluh tahun di atas kami. Dia juga Kultivator Pedang sepertiku dan kurasa orang yang paling cocok mengajarimu ilmu pedang."
"Kurang lebih aku setuju dengan Rongrong, tetapi dia sudah puluhan tahun kabarnya tidak terdengar..." sahut Yutian.
Meirong menahan diri untuk tidak melempar pedang ke arah Yutian karena panggilan nama tersebut.
***
Feng Xian mengatakan sudah waktunya Yao Han mencari makanannya sendiri. Dia sudah memiliki praktik dan kemampuan yang cukup untuk melindungi diri dari siluman.
Yao Han tidak sendiri, ada Yutian dan Meirong bersamanya. Mereka berada di dalam Dimensi Pagoda. Setelah beberapa waktu akhirnya Yao Han bisa menguasai pagoda merah darah melalui 'petunjuk' Chen Long yang masuk ke dalam pikirannya.
Uniknya Yutian dan Meirong bisa berkomunikasi dengan Yao Han melalui Dimensi Pagoda, baik secara langsung atau telepati. Begitupun dengan Feng Xian yang pernah memasuki dimensi aneh tersebut.
Cukup lama Yao Han memasuki zona aman, tetapi belum mendapatkan satu buruan. Bukan karena dia tidak menemukan siluman ini, tetapi karena siluman yang dia temui kabur saat melihatnya.
Yao Han sudah bertemu dengan siluman berwujud kadal, burung gagak, dan kelinci. Ketiga jenis siluman ini langsung kabur karena praktik mereka dibawah Yao Han. Paling tinggi diantara mereka hanya berada di Ranah Dasar tingkat tiga.
Yao Han tidak berusaha mengejar mereka, apalagi yang wujudnya kelinci. Selain praktiknya yang paling lemah, juga karena Yao Han merasa kelinci dengan bulu warna biru dan empat telinga itu terlalu imut untuk dimakan.
Andai Feng Xian mengetahui pikirannya ini, Yao Han pasti akan mendapat omelan panjang karena dianggap terlalu pemilih.
"Hm?"
Yao Han berhenti melangkah saat menemukan siluman berwujud beruang. Praktik beruang itu pada Ranah Dasar tingkat sembilan.
"Mangsa pertama..." gumam Yao Han. Dia menampakkan diri terang-terangan, mengalihkan perhatian beruang itu dari buah-buahan yang dia makan.
"Grrr..." Beruang itu menggeram dan menunjukkan taringnya, seolah memberi tanda agar Yao Han pergi dari hadapannya.
"Maafkan aku beruang kecil... aku tidak akan menjadikanmu makananku, tetapi aku perlu dirimu sebagai nutrisi Dimensi Pagoda..." Yao Han berniat mencari siluman yang lebih layak untuk dia makan dagingnya.
'Beruang kecil katamu? Kau pikir dirimu hebat, bocah manusia?!' Begitulah kira-kira umpatan siluman beruang itu jika mengerti perkataan Yao Han.
"Groaaarrr!!!"
Beruang itu meraung keras yang melepaskan gelombang kejut. Yao Han tidak mengetahui orang lain dengan praktik sama dengannya akan merasakan rasa nyeri hebat disekujur tubuh, bahkan patah tulang sampai muntah darah.
Sedari awal bertemu dengan siluman ini Yao Han tidak mengendurkan kewaspadaannya, dia sudah bersiap menggunakan cara bertarung dengan tangan kosong.
Siluman itu menegakkan badannya, tingginya beberapa puluh senti diatas Yao Han, tetapi pemuda itu tidak takut, atau lebih tepatnya menekan rasa takutnya, karena ucapan Feng Xian dan Yutian terngiang di kepalanya.
"Kau ingin melihat dunia lebih luas, menghadapi siluman bahkan tidak bisa dikatakan rintangan awal..."
"Takut menghadapi siluman? Tidak masalah, tetapi ilmu beladiri dan pedang kau pelajari menjadi sia-sia..."
Ucapan dua gurunya ini membuat Yao Han bersikeras mengikis rasa takutnya terhadap siluman.
Selain lebih tinggi, tubuh siluman beruang itu cukup subur. Namun, gerakannya cukup cepat saat berlari ke arah Yao Han. Cakar tajamnya siap mencabik korbannya.
Yao Han sigap menghindar, meski begitu dia belum bisa memberi serangan balasan dan terus menghindar dari ayunan cakar tajam bertubi-tubi siluman beruang itu.
Mendapat celah, Yao Han melepaskan tinju cepat dan keras pada perut dan dada beruang itu.
"Roaarrr!!!!"
Siluman beruang semakin mengamuk dan memancarkan aura yang membuat merinding.
"Jadi ini yang namanya aura pembunuh..."
Yao Han menarik napas dalam lalu mulai bergerak lagi. Disaat yang sama, siluman itu juga bergerak. Yao Han gesit menghindar dan sudah berada di belakang beruang, lalu melepaskan pukulan keras di bagian leher, menyebabkan beruang ambruk.
Tanpa membuang kesempatan, Yao Han memukuli beruang pada bagian belakang kepala sampai pangkal ekornya. Beruang itu akhirnya mati dengan tulang dan organ dalamnya mengalami kerusakan fatal.
"Fiuhhh..."
Tangan Yao Han gemetar karena membunuh siluman pertama kalinya. Sejauh ini, dia hanya pernah membunuh tikus, nyamuk, burung kecil, dan ikan yang bukan termasuk siluman. Yao Han menghela napas panjang karena menyadari harus melakukannya lagi hari ini dan kedepannya.
Yao Han menggunakan pedang untuk mencongkel keluar permata siluman. Ukurannya segenggaman tangannya dan berwarna merah darah. Kristal bundar ini juga menjadi pusat kehidupan semua siluman karena tersimpan kandungan Qi paling banyak.
Tubuh siluman dia 'simpan' dalam Dimensi Pagoda, kedua guru Yao Han bisa melihat dimensi itu menyerap tubuh siluman sebagai nutrisi.
---
yao han ada perasaan sama fu mian kali ya???????
yao han, buktikan ke mereka, kalau mereka salah. semangat..!!