Orang Tua meninggal, Jatuh Miskin dan Dikhianati Orang terdekat, Apalagi hal lebih buruk yang akan menimpanya? Kematian?
Ya, Dia mati setelah ditikam Mantan Sahabat dan Pacarnya, benar benar hidup yang menyedihkan. Tapi tunggu...
Ah, Dia kembali bangun! Dunia yang penuh keajaiban dan Misteri, Dunia dimana Kekuatan menjadi kunci utama apakah di Dunia ini Ia akan kembali menjadi sampah?
Ya, Dia sampah sebelumnya, sampah yang kemudian berubah menjadi Berlian yang tak ternilai berharga, menjadi tokoh utama Dunia ini. Bersama Istri mungilnya, menaklukan segala rintangan, menggetarkan seluruh Dunia, membinasakan musuh yang menghadang dan mengubah takdir yang berjalan.
Semua itu berkat dirinya yang terlahir kembali dan berkat...
The System!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon T-Riq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
Malam Hari...
Di atas sebuah batu besar di depan Rumah Nenek Zi, Feng sedang duduk sambil duduk bermeditasi.
Ia sedang menyelami teknik dan rencana rencana jika Ia nanti kembali bertarung apalagi dengan yang tingkatannya lebih tinggi dan lebih kuat darinya.
Ia membuka matanya, Feng menghela nafas, walau Ia memiliki System namun Ia tak ingin sepenuhnya tergantung pada System karna baginya percuma jika hanya akan terus bergantung pada System.
"System, buka Statusku!"
"Status."
[Status :
Nama : Feng
Tubuh : Dewa Kematian
Roh Bela Diri : Dewa Kematian
Pondasi : Berlian {100%}
Buidaya : Bumi Lapis 1
Akar Roh : Kegelapan {100%}, Cahaya {100%}, Api {100%}, Air {100%}, Tanah {100%}, Racun {100%}, Angin {100%}.
Teknik Budidaya : 7 Tanda Neraka {2 Tanda}
Teknik Lainnya : Aura Kematian
Point : 2770
>> Toko
>> Gacha
>> Inventory]
Feng mengangguk melihat statusnya tersebut, kini Ia memiliki banyak Point jadi apa yang harus Ia gunakan untuk Point ini?
Ia kemudian teringat pada Energi Surga dan Neraka yang dulu dikatakan System.
"System, Aku ingin Energi Surga dan Neraka."
[Ding! Energi Surga dan Neraka : - 1000 Point]
Kemudian tubuh Feng bersinar terang, Feng sendiri langsung mengambil posisi duduk dan bermeditasi.
Ada rasa luar biasa tiba tiba mengalir dari tubuhnya, Qi yang Ia serap kini tampak tak terbatas dan masuk dengan rakus.
7 Jam kemudian...
Boom!
Bumi Lapis 2!
Bunyi teredam terdengar dari tubuh Feng, Feng membuka matanya dengan ekspresi terkejut.
Ia sangat senang dengan peningkatannya yang bertambah cepat ini.
Kini Ia dapat melawan Pendekar Tingkat Bumi lapis 8 sekarang.
Feng mengehla nafas kemudian mendongak ke arah dimana Matahari mulai muncul.
...- - -...
Hidung Rara bergerak gerak dalam tidurnya, Ia kemudian membuka matanya lebar setelah memastikan bau yang Ia kenal tersebut.
Tanpa persiapan, Ia melompat dari kasur dan berlari keluar kamar menuju dapur.
Makanan buatan Feng!
Rara sampai di dapur dengan mata berbinar, apalagi saat melihat Feng yang kini masih bergelut di antara alat alat masak dan masakannya.
Ternyata tak hanya Rara yang langsung terbangun dan berlari mecari bau tersebut, Ran yang tadi juga tidur langsung terbangun setelah mencium bau masakan Feng.
Rara dan Ran saling berpandangan, Entah kenapa Mereka ternyata memiliki pemikiran yang sama.
Ambil makanannya!
Rara dan Ran mengangguk, Ran kemudian bersembunyi di balik pintu sedangkan Rara berjalan ke arah Feng.
"Suami... Suami masak apa kok baunya enak?" tanya Rara dengan mode manjanya.
"Astaga... Istri, Kau mengejutkanku!" kaget Feng namun kemudian Feng memicing curiga ke arah Rara pasalnya tak biasanya Rara manja seperti saat ini.
"Tumben manja seperti ini?" ucap Feng menyipit curiga pada Rara.
"Eh? Em... Istri cuman mau nyoba masakan Suami aja kok," ucap Rara bohong, Ia sengaja mengalihkan ke dirinya biarlah Ia kena marah palingan juga cuman sebentar tapi Ia dapat makanan buatan Suaminya tersebut.
Ran yang melihat Rara sedang mengalihkan perhatian Feng langsung menyelinap dengan mengendap ngendap melewati bawah Meja.
"Hmmm.... Baiklah," ucap Feng percaya, Feng kemudian mengambil mangkok kecil dan mengisinya dengan sedikit kuah gulai Ikan yang Ia buat lalu menyodorkannya pada Istrinya.
Rara menatap berbinar mangkok kecil tersebut lalu tanpa basa basi langsung meminumnya, mata polos Rara mengerjap lucu setelah merasakan kuah gulai yang menurutnya rasanya tiada tandingannya di Dunia ini.
Ran yang mengintip juga tertegun, Ia menelan ludahnya menatap kuah gulai yang diminum Rara dengan tatapan lapar.
Ran menggelengkan kepalanya lalu kembali ke misinya, Ia dengan perlahan menjulurkan tangannya ke atas meja dan menarik salah satu piring berisi Ikan goreng.
Ia lalu membawa piring tersebut dengan perlahan keluar dapur.
"Ran!" suara Feng sukses membuatnya mematung, jantungnya berdetak kencang begitu juga Rara yang sudah berkeringat dingin ketar ketir di samping Suaminya tersebut.
"Tolong panggil Nenek Zi untuk makan," Ran dan Rara langsung menghela nafas lega saat mendengar lanjutan Feng.
"I-iya Guru," ucap Ran lalu berlalu dengan cepat.
"Suami, Istri mau mandi dulu ya!" alasan Rara padahal sebenarnya Ia ingin cepat cepat menikmati yang dimasak Feng.
"En... Pergilah," jawab Feng kembali memasak, Rara mengangguk dengan semangat.
"Oh ya!" ucap Feng, Rara terhenti lalu menatap Feng.
"Nanti kalau mau ambil makanan diam diam lebih baik cari rencana lain aja," ucap Feng santai masih sambil masak.
Deg...
Rara tersentak, rasa bersalah untuk pertama kali merayap di hatinya.
Bruk...
Rara langsung memeluk Feng dari belakang dengan erat, matanya yang semula berkaca kaca langsung menumpahkan air nya.
"M-maaf, S-suami M-aaf, hiks..," ucap Rara terisak hingga baju belakang Feng kini telah basah.
Feng menghela nafas lalu membalikkan badannya. Feng membalas pelukan Rara, Mereka saling memberi rasa nyaman satu sama lain.
Saat Isak tangis Rara mereda dan Feng perlahan melepas pelukannya lalu menatap mata Rara yang kini memerah karna menangis.
"Suami gak marah kok, cuman, kalau mau sesuatu nanti minta ke Suami ya bukan mengambil diam diam seperti itu," ucap Feng mengusap air mata Rara.
"Hiks... I-iya," Rara mengangguk masih dengan isakannya yang sudah mereda, Feng tersenyum lembut.
"Ingat, Jika kita memelihara satu Pohon maka tunggu Pohon itu memberi kita Manfaat dan jangan memaksa Pohon itu memberi manfaat," pesan Feng, Rara mendongak menatap Feng lalu mengangguk paham.
"Bagus, sekarang apa yang Istri mau lakukan?" tanya Feng lembut.
"Istri mau nemuin Adik kecil lalu meminta mengembalikan makanan buat Suami dan meminta maaf," kata Rara, Feng mengangguk mengelus rambut panjang hitam Rara.
Cup...
Feng mengecup kening Rara lembut, Rara pertama kalinya merasa pipinya panas dan memerah karna malu dan senang dikecup seperti itu.
Feng tertawa kecil melihat wajah Blusshing Rara, Feng merentangkan tangannya meminta pelukan.
Rara tanpa menunggu langsung memeluk Feng dengan erat dan dibalas oleh Feng.
"Makasih," ucap Rara lirih.
"Harusnya, Suami yang berterima kasih karna Istri sudah mau menemani Suami," balas Feng, Rara mendongak.
Cup...
Feng tersentak saat Rara mengecup bibirnya sekilas. Ia menatap Rara yang tersenyum polos.
"Monging Kiss."
...- - -...
Ran masih dalam posisi sujudnya didepan Feng, Ia benar benar merasa bersalah karna diam diam mengambil makanan buatan Gurunya tersebut.
"Hiks... G-guru maafkan Aku," ucap Ran terisak kecil, setelah Rara memberitahu kesalahannya tanpa berpikir panjang Ia langsung menghampiri Gurunya lalu bersujud meminta maaf.
"Sudahlah tak apa," ucap Feng tersenyum lembut lalu memberdirikan Muridnya tersebut.
Ran berdiri dengan wajah penuh air mata, Feng tersenyum karna tau Ran pasti merasa sangat bersalah.
"Guru akan maafkan tapi dengan satu hukuman, mau?" tanya Feng, Ran mengangguk cepat.
"Ran dan Istri bantu Aku masak sekarang."
Rara dan Ran saling memandang kemudian mengangguk merasa hukumannya mudah.
Feng tersenyum menyeringai melihat Mereka berdua yang tampak meremehkan hukumannya.
...- - -...
ha... ha... ha... Lebay amat....!!!