NovelToon NovelToon
Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Buddha Asura: Sang Pelindung Dharma

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Di puncak Gunung Awan Putih, Liang Wu hanya mengenal dua hal: suara lonceng pagi dan senyum gurunya. Ia percaya bahwa setiap nyawa berharga, bahkan iblis sekalipun pantas diberi kesempatan kedua.

Namun, kenaifan itu dibayar mahal. Ketika gurunya memberikan tempat berlindung kepada seorang pembunuh demi 'welas asih', neraka datang mengetuk pintu. Dalam satu malam, Liang Wu kehilangan segalanya: saudara seperguruan dan gurunya yang dipenggal oleh mereka yang menyebut diri 'Aliansi Ortodoks'.

Terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan kuil yang terbakar, Liang Wu menyadari satu kebenaran pahit: Doa tidak menghentikan pedang, dan welas asih tanpa kekuatan adalah bunuh diri.

Ia bangkit dari abu, bukan sebagai iblis, melainkan sebagai mimpi buruk yang jauh lebih mengerikan. Ia tidak membunuh karena benci. Ia membunuh untuk 'menyelamatkan'.

"Amitabha. Biarkan aku mengantar kalian ke neraka, agar dunia ini menjadi sedikit lebih bersih."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Bulan di Neraka

Waktu di Kawah Besi Hitam diukur dengan jumlah mayat yang dibuang ke lubang magma. Dalam satu bulan terakhir, tiga puluh "Umpan Tungku" baru telah mati.

Namun, di Sektor 7, tidak ada yang mati.

Regu yang dipimpin oleh Tie (Liang Wu) memiliki tingkat kematian nol. Bukan karena tugas mereka lebih mudah, melainkan karea "Kepala Regu Tie" membunuh setiap ancaman sebelum ancaman itu sempat memakan anak buahnya.

Di sudut terdalam barak, yang kini menjadi wilayah pribadi Liang Wu, sebuah ritual mengerikan sedang berlangsung setiap malam.

Liang Wu duduk bertelanjang dada. Xiao Bao, dengan tangan gemetar, mengoleskan lumpur putih dingin ke punggung Liang Wu.

"S-Saudara Tie... punggungmu..."

Punggung Liang Wu bukan lagi punggung manusia. Kulitnya berwarna hitam tembaga, tidak memantulkan cahaya. Otot-ototnya padat dan keras seperti kabel baja yang dipilin.

"Jangan banyak tanya. Oleskan saja," perintah Liang Wu.

Dia sedang menjalani tahap akhir dari Tingkat 1 Kitab Tubuh Asura Besi.

Selama sebulan ini, Liang Wu telah mengonsumsi lima puluh Inti Cacing Api. Jumlah yang gila. Normalnya, seorang kultivator akan meledak setelah memakan tiga butir. Tapi berkat Lumpur Sumsum Dingin yang dia temukan di gua rahasia, dia bisa menekan api yang mengamuk di organnya, memaksanya menyatu dengan tulang.

Liang Wu memejamkan mata. Dia memutar Qi-nya.

KRETAK!

Suara tulang rusuknya bergeser terdengar nyaring.

Rasa sakitnya luar biasa. Rasanya seolah-olah ada pandai besi kerdil di dalam tubuhnya yang sedang memukul tulang rusuknya dengan palu godam, memadatkannya menjadi lebih keras.

Keringat Liang Wu menetes. Warnanya hitam pekat—kotoran tubuh yang dipaksa keluar.

"Argh..." Liang Wu mengerang rendah.

Qi di dalam dantian-nya bergolak. Pusaran emas itu kini memiliki rona merah darah di pinggirannya. Volume Qi-nya telah mengembang hingga batas maksimal.

BOOM!

Sebuah ledakan energi kecil terjadi di sekitar tubuhnya, melemparkan debu di lantai barak.

Liang Wu membuka matanya. Mata itu bersinar dengan cahaya metalik tajam sebelum meredup kembali.

Ranah Pengumpulan Qi - Tingkat 9 (Puncak).

Dia telah mencapai batas kultivasi Qi. Langkah selanjutnya adalah Pembentukan Pondasi, di mana Qi gas harus dicairkan. Untuk itu, dia butuh lebih dari sekadar inti cacing. Dia butuh Pil Pembentukan Pondasi atau... momen hidup-mati yang ekstrem.

Liang Wu berdiri. Dia meregangkan tubuhnya.

Dia mengambil sepotong besi bekas—sisa linggis patah—dari lantai. Dia menggenggamnya dengan satu tangan.

Remas.

Tanpa menggunakan Qi, hanya dengan kekuatan otot jari, besi padat itu penyok seperti tanah liat, meninggalkan cetakan jari Liang Wu yang dalam.

"Kekuatan fisik setara Pengumpulan Qi Tingkat 9," gumamnya. "Ditambah Qi-ku sendiri... aku bisa menghancurkan batok kepala kultivator Pembentukan Pondasi Awal jika aku menyerang duluan."

"Saudara Tie!"

Pintu barak terbuka. Seorang anggota regu umpan berlari masuk dengan wajah pucat.

"Ada pengumuman! Mandor Besar memanggil semua orang ke Alun-alun Kawah!"

Liang Wu segera mengambil baju kerjanya yang kotor, menutupi tubuh tembaganya. Dia menggosokkan debu arang ke leher dan wajahnya (yang masih tertutup topeng kulit) untuk menyamarkan kilau logam kulitnya.

"Ayo," kata Liang Wu.

Di Alun-alun Kawah, ribuan budak dan murid luar berkumpul. Udara terasa tegang.

Di atas panggung batu, berdiri seorang Tetua Sekte yang belum pernah Liang Wu lihat. Jubahnya merah menyala dengan bordir api emas—tanda Tetua tingkat tinggi. Di sampingnya, Mandor Besi tampak menunduk hormat, terlihat kecil.

"Dengar, Tikus-tikus!" suara Tetua itu diperkuat dengan Qi, menggema ke seluruh kawah.

"Sekte Induk—Sekte Tungku Dewa—membutuhkan darah baru. Tiga hari lagi, Turnamen Seleksi Besi akan diadakan."

Gumaman riuh terdengar. Turnamen Seleksi Besi adalah satu-satunya jalan bagi budak atau murid luar untuk naik status.

"Tapi tahun ini berbeda," lanjut Tetua itu sambil tersenyum kejam. "Tahun ini, kami mencari bahan baku untuk pasukan elit 'Pengawal Tungku'. Jadi aturannya berubah."

"Bukan duel satu lawan satu. Kami akan melepas lima puluh Serigala Api ke dalam Labirin Batu. Siapa pun yang bisa keluar membawa kepala serigala... akan diangkat menjadi Murid Dalam Sekte Besi Hitam. Dan tiga orang terbaik... akan dikirim ke Sekte Induk untuk pelatihan khusus."

Mata Liang Wu menyipit.

Sekte Induk. Sekte Tungku Dewa. Salah satu dari 6 Pilar Aliansi. Tempat di mana senjata-senjata pembunuh dibuat.

Jika dia bisa masuk ke sana... dia akan berada satu langkah lebih dekat dengan jantung musuh. Dan dia akan mendapatkan akses ke sumber daya yang jauh lebih baik untuk menembus ke Pembentukan Pondasi.

"Pendaftaran dibuka sekarang!"

Massa bergerak. Banyak yang takut, karena Serigala Api jauh lebih ganas dan cepat daripada Cacing Api. Tapi bagi mereka yang putus asa, ini adalah tiket keluar dari neraka.

"Saudara Tie, kau akan ikut?" tanya Xiao Bao cemas.

Liang Wu menatap panggung itu. Dia melihat Mandor Besi sedang berbicara dengan Tetua itu, menunjuk-nunjuk ke arah kerumunan—mencari kandidat potensial.

"Aku ikut," kata Liang Wu.

"Tapi... itu Serigala Api! Mereka bergerak berkelompok!"

"Bagus," jawab Liang Wu dingin. "Aku butuh mantel bulu baru."

Dia berjalan menuju meja pendaftaran.

Saat dia mendaftar, Mandor Besi melihatnya dan menyeringai.

"Ah, Si Besi. Aku sudah menduga kau akan mendaftar. Kau adalah anjing petarung terbaikku bulan ini."

Mandor Besi mendekatkan wajahnya ke telinga Liang Wu.

"Dengar, Nak. Aku bertaruh sepuluh batu roh padamu. Jangan mati. Dan kalau kau melihat si 'Ular Licik' Zhao dari Blok Timur di dalam labirin nanti... pastikan dia tidak keluar."

Liang Wu menatap Mandor itu datar. Bahkan di dalam sekte sendiri, mereka saling membunuh lewat tangan budak.

"Berapa bayarannya?" tanya Liang Wu.

"Kau dapat senjata yang layak. Bukan sampah karatan itu." Mandor menendang parang di pinggang Liang Wu.

"Sepakat."

Mandor melempar sebuah benda berat ke Liang Wu.

Sebuah Golok Berat dari baja hitam. Bilahnya tebal, tidak tajam seperti silet, tapi beratnya cukup untuk membelah batu.

Liang Wu menangkap golok itu dengan satu tangan seolah itu ranting kayu. Dia mengayunkannya sekali. Wush. Angin bersiulan.

Senjata yang cocok untuk tubuh barunya.

Liang Wu berjalan kembali ke barisan, golok di bahu.

Tiga hari lagi.

Dia akan mengubah Labirin Batu itu menjadi rumah jagal.

1
azizan zizan
jadi kuat kalau boleh kekuatan yang ia perolehi biar sampai tahap yang melampaui batas dunia yang ia berada baru keluar untuk balas semuanya ..
azizan zizan
murid yang naif apa gurunya yang naif Nih... kok kayak tolol gitu si gurunya... harap2 si murid bakal keluar dari tempat bodoh itu,, baik yaa itu bagus tapi jika tolol apa gunanya... keluar dari tempat itu...
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Misi dimulai 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Cerita bagus...
Alurnya stabil...
Variatif
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sukses 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sapu bersih 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yup yup yup 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Rencana brilian 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Dicor langsung 🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Bertambah kuat🦀🍄
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Semangat 🦀🍄
Wiji Lestari
busyet🤭
pembaca budiman
saking welas asihnya ampe bodoh wkwkwm ciri kas aliran putih di novel yuik liang ambil alih kuil jadiin aliran abu² di dunia🤭
syarif ibrahim
sudah mengenal jam kah, kenapa nggak pake... 🤔😁
Wiji Lestari
mhantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Keadilan yg tidak adil🦀🍄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!