NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Tamat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Pernikahan Emelia dengan Duke Gideon adalah sebuah transaksi dingin: cara ayah Emelia melunasi hutangnya yang besar kepada Adipati yang kuat dan dingin itu. Emelia, yang awalnya hanya dianggap sebagai jaminan bisu dan Nyonya Adipati yang mengurus rumah tangga, menemukan dunianya terbalik ketika Duke membawanya dalam perjalanan administrasi ke wilayah terpencil.
Di sana, kenyataan pahit menanti. Mereka terseret ke dalam jaringan korupsi, penggelapan pajak, dan rencana pemberontakan yang mengakar kuat. Dalam baku tembak dan intrik politik, Emelia menemukan keberanian yang tersembunyi, dan Duke Gideon dipaksa melihat istrinya bukan lagi sebagai "barang jaminan", melainkan sebagai rekan yang cerdas dan berani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penghianatan

Emelia bersandar di bahu Gideon, merasa lega. Namun, tepat saat suasana terasa sempurna, ia menyadari sesuatu di kantong gaunnya. Sebuah surat kecil yang terjatuh dari saku Gerya saat mereka terburu-buru tadi.

Dengan penasaran, Emelia membukanya. Matanya membelalak. Surat itu bukan dari Anna atau Nyonya Bernie, melainkan sebuah pesan singkat dengan simbol rahasia kerajaan yang selama ini hanya diketahui oleh keluarga inti sang Raja—ayah dari Putri Anna.

“Rencana A gagal, gunakan rencana B. Darah biru tak boleh kalah dari tanah merah.”

Emelia meremas surat itu, jantungnya kembali berdegup kencang. Ia menatap Gerya yang sedang tertidur pulas di depannya. Siapa sebenarnya yang mengirim surat ini ke dekat Gerya? Dan apakah liburan ini akan benar-benar tenang seperti yang dijanjikan Gideon?

Kereta terus melaju mendaki perbukitan, membawa mereka menuju keindahan yang mungkin saja menyimpan bahaya yang lebih besar.

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka tiba di sebuah pondok kayu yang tersembunyi di balik hutan pinus. Gideon langsung pergi bersama beberapa pengawal untuk memeriksa perimeter keamanan, meninggalkan Emelia dan Gerya berdua di depan perapian yang mulai menghangatkan ruangan.

Gerya, yang biasanya sangat ceria, tampak sedikit gelisah. Ia mendekat ke arah Emelia yang sedang menyesap tehnya.

"Nona," puji Gerya pelan, "Nona sangat beruntung memiliki Tuan Duke. Mengingat beliau menikahi Nona hanya untuk melunasi utang judi Ayah Nona di desa dulu, saya tidak menyangka beliau akan se-mencintai ini pada Nona."

Emelia tersenyum tipis. "Ya, Gerya. Aku pun tidak pernah menyangka takdirku akan berubah secepat ini."

Gerya mencondongkan tubuhnya, matanya menatap tajam ke arah Emelia. "Boleh saya bertanya sesuatu? Saat Nona menikah dengan Duke Jasper... apakah Ibu Nona memang sudah tiada? Saya penasaran karena di desa dulu, orang-orang bilang Ibu Nona adalah jantung dari rumah itu."

Emelia meletakkan cangkirnya, tatapannya menerawang. "Ibu meninggal saat aku masih berumur sepuluh tahun, Gerya. Beliau sakit keras dalam waktu singkat. Sejak saat itu, Ayah kehilangan arah dan mulai terjebak utang. Jika Ibu masih hidup, mungkin aku tidak akan pernah sampai di kastil ini."

Gerya terdiam sejenak, wajahnya yang lugu perlahan berubah menjadi dingin. Ia meraba saku apronnya. "Meninggal karena sakit saat usia sepuluh tahun... menarik. Karena surat yang Nona temukan di kereta tadi sebenarnya adalah pesan untuk memastikan identitas Nona."

Emelia tersentak. Ia meraba kantong gaunnya, mencari surat dengan simbol rahasia kerajaan itu. "Bagaimana kau tahu aku menemukan surat itu?"

Gerya berdiri tegak, tidak ada lagi bungkukan hormat atau nada bicara pelayan yang rendah hati. "Karena akulah yang menjatuhkannya agar Nona membacanya. Saya penasaran apakah Nona tahu bahwa Ibu Nona tidak meninggal karena sakit, melainkan karena racun yang sama dengan yang sedang saya pegang sekarang."

Gerya mengeluarkan sebuah botol kecil dengan simbol mahkota merah. "Nama asli saya bukan Gerya, dan saya bukan dari desa Nona. Saya dikirim oleh pihak kerajaan bertahun-tahun lalu untuk mengawasi 'benih' dari pemberontak yang melarikan diri—yaitu Ibu Nona."

Emelia bangkit berdiri dengan gemetar. "Kau... kau adalah mata-mata?"

"Rencana A adalah membiarkan Putri Anna menghancurkan reputasi Nona agar Duke mengusir Nona kembali ke desa untuk 'dieliminasi' secara diam-diam," bisik Gerya sambil melangkah maju. "Tapi karena Nona terlalu pintar, maka Rencana B adalah membawa Nona ke tempat terpencil ini. Darah biru tak boleh kalah dari tanah merah, Nona. Identitas asli Ibu Nona adalah ancaman bagi takhta."

Tepat saat Gerya hendak membuka botol racun itu, pintu pondok terbuka kasar. Gideon berdiri di sana dengan pedang terhunus dan wajah yang sangat murka. Namun, yang membuat Emelia lebih terkejut adalah saat Gideon berkata

"Lepaskan botol itu, Agen Gerya. Atau kau ingin aku memberitahu Raja bahwa kau sebenarnya bekerja untuk dua pihak?" Suara Gideon memecah keheningan di pondok, penuh dengan otoritas yang mematikan.

Emelia menatap suaminya dengan bingung, lalu menoleh ke arah Gerya. Wajah Gerya yang tadinya dingin karena terbongkar sebagai mata-mata kerajaan, kini berubah pucat pasi. Botol racun di tangannya jatuh ke lantai kayu dan pecah, isinya meresap ke dalam celah lantai.

"A-apa maksud Tuan Duke?" tanya Gerya, suaranya bergetar hebat. Tidak ada lagi sikap angkuh seorang agen rahasia.

Gideon berjalan mendekat, tatapannya menghina. "Aku sudah tahu sejak awal kau bukan pelayan biasa dari desa. 'Gerya' asli adalah nama seorang agen bayaran terkenal yang bisa dibeli oleh siapa saja. Dan kau bekerja untuk Raja, tapi misi utamamu berbeda."

Gideon menatap Emelia, lalu kembali menatap Gerya. "Kau tidak peduli dengan Rencana A atau B kerajaan untuk menyingkirkan Emelia. Dendammu pribadi. Ayahmu, seorang pengawas keuangan di salah satu perkebunan milik keluargaku, ketahuan menggelapkan dana besar. Ketika aku—sebagai Duke yang baru mengambil alih aset keluarga—menangkapnya dan menyerahkannya ke pengadilan, dia memilih bunuh diri di penjara."

Mata Emelia membelalak tak percaya. Ia menatap Gerya, yang kini menangis tersedu-sedu.

"Jadi benar," kata Gideon dingin. "Kau menyamar menjadi pelayan yang setia, mendekati Emelia, menunggunya lengah, berharap bisa membalaskan dendam kematian ayahmu kepadaku melalui Emelia. Kau bahkan memanfaatkan cerita kematian ibu Emelia untuk memancing informasi."

"Saya... saya hanya ingin keadilan!" isak Gerya. "Ayah saya tidak bersalah! Tuan Duke yang menjebaknya!"

"Cukup!" bentak Gideon. Ia menunjuk ke arah pintu. "Pergi dari sini sekarang. Aku tidak akan menyerahkanmu ke pengadilan karena rasa kasihan Emelia pernah menganggapmu teman. Tapi jika aku melihat wajahmu lagi di wilayah kekuasaanku, aku tidak akan segan-segan memenggal kepalamu."

Gerya berlari keluar pondok sambil terisak, menghilang ke dalam hutan lebat yang gelap.

Emelia berdiri terpaku, merasa dikhianati dan syok. "Gideon... bagaimana kau tahu semua ini?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!