"Menikahlah segera jika ingin menepis dugaan mama kamu, bang!."perkataan sang ayah memenuhi benak dan pikiran Faras. namun, bagaimana ia bisa menikah jika sampai dengan saat ini ia tidak punya kekasih, lebih tepatnya hingga usianya dua puluh enam tahun Faras sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadiri acara berdua.
Sesampainya di lokasi proyek Inara pun segera turun dari mobil begitu pun dengan Faras.
"Selamat pagi, selamat datang dilokasi proyek, tuan Sarfaras." salah seorang pegawai yang bertanggung jawab atas jalannya proyek menyabut kedatangan Faras.
"Pagi."
Pria itu lantas meminta anak buahnya membawakan APD yang ada di lapangan untuk digunakan oleh Faras dan Inara. Setelah menunjukkan denah gambar, pria itu pun mengajak Faras mengamati para pekerja yang tengah sibuk berkegiatan dilapangan.
Setelah kurang lebih satu jam berada di lokasi proyek, Faras dan Inara pun beranjak kembali ke kantor.
Mengingat kembali design gambar gedung, Faras pun penasaran dengan sosok arsitek yang berada dibaliknya. "Siapa yang merancang gambar pembangunan gedung itu?." tanya Faras yang tengah sibuk mengemudikan mobilnya.
"Pak Davin, tuan." jawab Inara apa adanya.
Faras mengangguk paham. sebagai Arsitek lulusan luar negeri, Faras mengakui kehebatan sahabatnya itu dalam merancang gambar. Meskipun hanya menyelesaikan pendidikannya di tanah air tapi kemampuan Davin tak kalah dengan lulusan luar negeri. Ya, sejak dulu ia dan Davin sama-sama bercita-cita menjadi seorang Arsitek, dan setelah enam tahun berlalu kini keduanya berhasil menjadi Hanya bedanya, Davin bisa sepenuhnya menggunakan ilmunya Sebagai arsitek dalam bekerja, sementara Faras sendiri harus membagi waktunya antara arsitek dan posisi barunya sebagai pimpinan perusahaan. Ya, Faras mengambil jurusan arsitektur dan juga MBA secara bersamaan ketika masih berada di luar negeri sehingga kemampuannya sebagai pimpinan perusahaan tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan dalam jurusan MBA, Faras termasuk dalam tiga mahasiswa lulusan terbaik di Harvard University.
Sekembalinya di kantor, baik Faras dan juga Inara kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing. dari balik dinding kaca, Faras dapat menyaksikan Inara yang sedang sibuk berkegiatan di meja kerjanya. Jujur, pria itu pun sempat terkejut mengetahui fakta jika Inara merupakan sekretaris ayahnya di kantor, dan itu artinya setelah ia menggantikan posisi sang ayah secara otomatis gadis itu akan menjadi sekretarisnya di kantor. Namun begitu, Faras tetap menampilkan ekspresi datar seperti biasa dihadapan Inara.
"Antarkan semua laporan perusahaan untuk tahun kemarin, ke ruangan saya!." Faras menghubungi Inara melalui sambungan interkom.
"Baik, tuan."
Setelah menyusun dengan rapi berkas yang diminta oleh atasannya itu, Inara pun segera ke ruangan Faras.
"Ini semua berkas yang anda minta, Tuan." Inara meletakkan berkas yang diminta Faras ke atas meja kerja milik pria itu.
"Thank you." ujar Faras kemudian memeriksa satu persatu berkas tersebut. Sedangkan Inara pamit untuk kembali ke meja kerjanya.
Meski masih merasakan kecanggungan jika berhadapan dengan Faras, namun satu fakta yang disyukuri oleh Inara, yakni di mana Faras tidak pernah menyinggung tentang kejadian enam tahun silam dihadapannya. Entah karena hal itu sama sekali tidak meninggalkan kesan bagi pria itu hingga dengan mudahnya terlupakan begitu saja atau karena pria itu memang tak ingin membahasnya. tetap saja Inara merasa sedikit lega dengan sikap atasannya itu.
Dua jam kemudian, Inara kembali ke ruang kerja Faras untuk mengingatkan sesuatu pada atasannya itu.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali Inara pun memutar handle pintu ruangan Faras.
"Permisi tuan. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa malam ini anda harus menghadiri acara ulang tahun tuan Wahyudi, pimpinan perusahaan Wahyudi group." beritahu Inara.
Faras yang sebenarnya tak begitu suka dengan acara seperti itu, terdengar menghembus napas mendengar penyampaian Inara.
"Apa tidak bisa diwakilkan oleh salah satu pegawai saja?."
"Pak Rasya ingin anda sendiri yang menghadiri acara tersebut tuan." beritahu Inara sesuai dengan pesan dari papa Rasya sebelum meninggalkan perusahaan pagi tadi.
"Baiklah. Malam ini kita akan ke sana." ujar Faras sebelum kembali menatap layar laptopnya.
"Kita???." cicit Inara dan itu berhasil mengalihkan kembali pandangan Faras padanya.
"Ya, saya dan kamu. bukankah ini undangan yang diperuntukkan bagi perusahaan, maka sudah seharusnya kamu menemani saya menghadiri acara itu." Faras memperjelas maksud dari ucapannya.
"Baik, tuan." Inara hanya bisa pasrah dan patuh.
*
Malam harinya.
"Cantik banget sih anak mama. Mau kemana memangnya??." tanya sang mama ketika melihat penampilan putrinya yang nampak cantik dan anggun.
"Mau menghadiri undangan kantor, mah." jawab Inara seadanya.
"Oh begitu ya, mama pikir kamu sudah punya pacar, terus sekarang mau kencan." kata sang mama dengan senyum menggoda.
"Mama ada-ada saja." mendengar kata kencan justru membuat semangat Inara kembali menyurut, namun sebisa mungkin gadis itu menampilkan senyum dihadapan sang mama. Ia selalu ingin terlihat baik-baik saja meskipun diusianya yang hampir dua puluh lima tahun belum pernah menjalin hubungan asmara dengan pria manapun.
Setelah selesai bersiap, Inara memilih menunggu kedatangan atasannya itu di teras depan. tak lama menanti, mobil Faras pun tiba. Inara segera menghampiri mobil Faras.
Faras menurunkan kaca mobilnya hingga terbuka setengahnya. "Masuklah...!."
"Baik tuan." patuh Inara.
Sama seperti sebelumnya, tak ada percakapan di mobil selama perjalanan menuju hotel, di mana acara dilangsungkan.
"Selamat Malam, tuan Sarfaras." tuan Wahyudi yang sudah mendengar berita tentang Faras yang menggantikan posisi sang ayah, nampak menyambut kedatangan Faras dengan senyum ramahnya. pria itu nampak didampingi oleh sang istri tercinta.
"Selamat malam tuan." balas Faras.
"Kalian tampak sangat serasi." puji istri dari tuan Wahyudi yang mengira Faras dan Inara merupakan pasangan kekasih.
"Maaf nyonya, saya sekretarisnya tuan Sarfaras." koreksi Inara agar kesalahpahaman wanita paruh baya tersebut tidak berlanjut. Sementara Faras, pria itu hanya diam saja. Selagi komentar seseorang tidak sampai menguras energinya, pria itu pasti akan diam saja.
"Maaf... saya pikir kalian berdua pasangan, serasi banget soalnya." ucap nyonya Wahyudi sambil tersenyum.
Tuan Wahyudi bersama sang istri mengantar Faras dan Inara menuju salah satu meja yang telah disediakan untuk tamu undangan. setelahnya, pasangan suami-isteri tersebut pamit pada Faras untuk menyapa tamu undangan yang lain.
"Enggak kebayang bagaimana wajah anak-anak mereka nanti jika ayah dan ibunya saja cakep nya begitu." Ternyata bukan hanya istri dari tuan Wahyudi yang salah paham dengan hubungan Faras dan Inara, istri dari salah satu rekan bisnis tuan Wahyudi pun ikut berpikir jika Faras dan Inara merupakan pasangan kekasih. Mengingat keduanya terlihat sangat serasi, yang satu tampan dan yang satu lagi cantik.
Inara hanya mengeratkan genggaman pada tas ditangannya saat mendengar sayup komentar tersebut, ia merasa tak enak hati pada Faras. Di saat Inara sedang dilanda perasaan tak enak hati, sikap Faras justru terlihat datar-datar saja, sedangkan Inara sendiri yakin jika Faras juga mendengar komentar tersebut.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya semua sesi acara selesai dan semua tamu undangan yang hadir pun berpamitan, termasuk Faras dan Inara.
"Huuuh....."Inara baru bisa bernapas lega setelah mobil Faras yang tadi mengantarkannya pulang berlalu pergi.
dan Inara gampang ke makan omongan orang...
mana kepikiran Inara klo kamu juga mencintai nya...
Yuni jadi tersangka pil kontrasepsi...
kamu tau Amanda hanya iri padamu...
malah dengerin kata kata Amanda 🤦♀️
tp tdk untuk lain kali