NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Bersembunyi

  Jam yang dipasang di ponsel membuat Farel menggeliat di dalam selimut. Tangannya meraba ponsel di atas nakas dan membawanya ke hadapan, membuka mata sebentar melihat jam pukul 05.36 dan menonaktifkannya. Farel meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.

  Farel memutar badannya menjadi menyamping dan hendak memeluk teman ranjangnya, namun lengannya tak mendapati apapun setelah meraba-raba.

  Spontan saja mata Farel terbuka lebar dan dirinya terduduk, kepalanya menoleh dan benar saja tidak ada Humaira di sampingnya.

  "Apa Humaira sudah bangun lebih dulu ya?" monolog Farel.

  "Tapi kemana, Humaira? Apa lagi mandi?"

  Tadi malam mereka melakukan berulang-ulang kali atas permintaan Farel, hingga di pengakhiran Humaira terlelap dan tidak sempat mandi wajib.

  Pria itu memimpin di ronde kedua, dan terkadang meminta Humaira menunjukkan caranya lagi dengan alasan lupa, padahal suka saja menggoda Humaira. Farel menjadi kesenangan mengerjai Humaira.

  Farel menyibak selimut dan turun dari ranjang. Melangkah ke kamar mandi dengan celana oblong dan bertelan/ang dada, bermaksud mengecek apakah Humaira ada di dalam sana.

  "Enggak ada. Terus Humaira kemana?" tanya Farel pada dirinya lagi.

  Farel memutuskan mandi lagi, meski semalam sudah mandi wajib. Dalam aktivitasnya azan berkumandang, membuat Farel buru-buru menyelesaikan mandi dan berwudhu.

  Farel menggelar sajadahnya, lalu menengok ke belakang. Harap-harap ada istrinya, tapi Humaira benar-benar menghilang bagaikan ditelan bumi.

  "Padahal aku berkeinginan shalat berjamaah bersamanya."

  Akhirnya Farel sembahyang subuh seorang diri. Ketika waktu berdoa tiba, Farel mengutamakan beribu rasa syukur atas segala yang terjadi.

  "Ya Allah. Aku berterima kasih dan sangat bersyukur atas semua yang Engkau berikan. Terima kasih telah mengabulkan keinginan hambaMu ini, Ya Allah. وصل اللہ علی سیدنا محمد وعلی الہ وصحبہ اجمعین. والحمد للہ رب آلعالمین." Farel mengusap kedua tangannya ke wajah.

  Setelah itu Farel membereskan sajadah dan sarung yang dipakainya, ia menyadari perlengkapan sholat Humaira tidak ada. Lantas Farel buru-buru turun tangga ke tingkat bawah.

  "Humaira!" panggilnya. Sadari membuka mata dan sekarang ia belum melihat Humaira, hatinya mulai cemas.

  Tiba di meja makan, Farel terkejut melihat beberapa masakan yang tertata rapi di meja.

  "Siapa yang masak? Kalau pelayan nggak mungkin, soalnya aku belum menyuruh mereka datang. Jangan-jangan, Humaira?"

  Farel bergegas ke dapur yang bersebrangan dengan meja makan, dan tetap tidak ada penampakan istrinya.

  "Sebenarnya Humaira kemana? Masak dia pergi pagi-pagi buta begini?Humaira! Humaira!" panggil Farel dengan suara yang melengking ke seluruh ruangan.

  Oke, dia sangat khawatir sekarang.

  "Humaira!"

  Semantara itu, ada sosok perempuan yang berjongkok dalam ruangan yang sempit. Kedua tangannya menutup telinga agar tidak terkejut atas seruan Farel, cukup sekali saja kepalanya menubruk atap tong dapur saat pertama kali mendengar suara Farel.

  "Aduh, aku durhaka banget," gumam Humaira menciutkan wajah. Ada perasaan bersalah dalam dirinya karena telah membuat Farel mencarinya, tapi rasa malu lebih besar.

  Humaira bangun lebih awal dari Farel untuk mandi wajib, sesudah itu pergi ke dapur untuk memasak. Dalam aktivitasnya azan berkumandang, dan ia sempat mengambil mukenah di kamar saat Farel sibuk mandi dan shalat di ruangan lain.

  Humaira mengeluarkan tong sampah yang berada dalam tong di bawah wastafel dan memasukkan diri ke dalam sana. Setidaknya ia akan berada di sana sampai Farel keluar atau melanjutkan tidur, meskipun dalam sana terasa panas.

  Namun Humaira tidak memikirkan satu kemungkinan yaitu tong sampah yang tidak berada di tempat, berhasil menarik perhatian Farel.

  "Kenapa tong sampahnya ada di luar? Humaira pasti lupa meletakkannya kembali," ucap Farel.

Gawat! Mata Humaira membola.

  Farel mendekati tong sampah itu, dan suara sandal yang beradu lantai menjadi seirama dengan jantungnya Humaira.

Humaira panik mendengar perkataan Farel, ditambah langkah yang mendekat. Apakah ini akhirnya? Humaira menengadah kedua tangan dan bergumam doa-doa supaya Farel tidak membuka tong.

Namun niat Farel tak teralihkan, dia berjongkok dan meraih kedua tong tersebut tanpa slow.

اللہ اکبر!" Kaget Farel hingga merosot ke belakang.

Humaira juga kaget, namun kagetnya karena terikut Farel saja. Sekarang dirinya malah cengar-cengir lantaran telah mengejutkan sang suami.

"Humaira, rupanya kamu di sini." Farel buru-buru merangkak ke arah Humaira, dan istrinya itu malah menunjukkan ekspresi canggung. Hembusan napas lega langsung dikeluarkan Farel sesaat, namun detik berikutnya berganti tatapan tajam.

"Kenapa di sini?"

Seketika perasaan Humaira berubah tidak enak dan membuatnya gugup. "A-ku...."

Farel menelusupkan tangannya di bawah lutut Humaira, sedang tangan kanannya di ketiak perempuan itu.

Humaira terkejut saat digendong keluar keluar dan didudukkan di atas meja dapur.

Farel memasukkan tong sampah ke dalam tong, dan kembali menghadap Humaira. "Kenapa bersembunyi dariku? Tidakkah cukup bagi kita saling ngumpet selama bertahun-tahun?"

"Itukan kita saling menghindar," jawab Humaira menunduk dengan suara kecil, tapi tersampaikan pada Farel yang berjarak sejengkal dengannya.

"Ya, dulu kita punya alasan masing-masing. Terus hari ini?"

"Aku punya alasan."

"Apa alasannya?"

"Aku...."

Farel menunggu.

"A-aku...."

Farel sabar menunggu.

"Aku malu," cicit Humaira disertai muka merah padam.

Farel mengerutkan kening. Otak encernya langsung berputar alasan Humaira merasa malu dengannya, dan yang terpikirkan cuma satu arah.

"Jangan bilang kamu malu karena semalam?" terka Farel yang membuat Humaira menutup wajahnya rapat-rapat. Artinya dirinya benar 'kan?

Farel tersenyum lebar hampir tertawa juga. Perutnya kembali merasakan geli.

"Habis 'sih kamu menyuruhku mengajarimu hal begituan, sementara aku nggak punya berpengalaman juga meski pernah sekali denganmu," aku Humaira.

"Dulu kamu yang menuntunku dan aku terbawa saja. Tapi semalam aku malah banyak pikiran tentang hal apa yang sedang aku lakukan dalam keadaan telan/ang gitu, aku malu waktu lepas kendali dan kamu lihat itu semua. Beda dengan dulu, kamu waktu itu 'kan mabuk dan peduli dengan semua yang aku rasakan."

Farel tersenyum. Ia menarik kedua tangan Humaira yang menutup wajah agar ia bisa melihat kulit putih itu memerah. Gemas banget!

Farel menangkup wajah yang diapit jilbab itu. "Humaira, semalam kita melakukan ibadah. Dulu labelnya zina, tapi setelah menikah justru menjadi perbuatan yang menghasilkan pahala. Aku suami kamu, kamu nggak perlu malu. Justru semalam aku yang malu, karena kamu mati-matian menahan malu demi suami kamu yang belum paham ini, aku.... belum menjadi suami yang layak untukmu," ungkap Farel tersenyum simpul.

Humaira tertegun, mengetahui perasaan Farel sebenarnya. Ada perasaan bangga tersendiri karena suaminya tidak malu mengakui, tapi sedih lebih dominan lantaran suaminya merendahkan diri.

Humaira membalas menangkup wajah Farel. "Apaan 'sih, kata-kata kamu membuatku tersinggung. Aku bukan orang sehebat itu sampai ada siklus kelayakannya, aku masih sering jatuh dalam kemaksiatan. Artinya aku memiliki kekurangan dan masih berusaha memperbaiki."

Farel tersenyum tulus, hatinya menghangatkan. Sesuatu yang selalu dirasakannya saat bersama Humaira.

Lantas Farel mengecup kening Humaira lama. "Ayo, berusaha sama-sama. Kita akan mencari ridha Allah."

"Iya, ayo." Humaira memeluk leher Farel. "Sekarang kita makan, makanannya pasti dingin karena kita ngobrolnya lama banget."

Farel menggendong Humaira. "Sesi lamanya 'sih dibagian nyari kamu."

Humaira tertawa.

...🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!