bagaimana jadinya kalau anak bungsu disisihkan demi anak angkat..itulah yang di alami Miranda..ketiga kaka kandungnya membencinya
ayahnya acuh pada dirinya
ibu tirinya selalu baik hanya di depan orang banyak
semua kasih sayang tumpah pada Lena seorang anak angkat yang diadopsi karena ayah Miranda menabrak dirinya.
bagaimana Miranda menjalani hidupnya?
simak aja guys
karya ke empat saya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malam pertama hot
Pesta penuh drama itu akhirnya selesai. Lampu ballroom meredup perlahan, menyisakan jejak parfum mahal dan bisik bisik yang masih menggantung di udara. Kirana berdiri di ambang pintu, tersenyum puas melihat putranya berjalan bersama Miranda. Baginya, Rian akhirnya menikah dengan perempuan yang tepat. Namun tatapan gelisah Rian sejak kehadiran seorang tamu tak diundang tadi malam membuat Kirana mencurigai bahwa bibit masalah baru sudah muncul.
Di lorong hotel, Miranda berjalan di sisi Rian. Tidak ada tangan yang saling menggenggam, tidak ada kehangatan layaknya pasangan baru. Hanya langkah yang sejajar tetapi terasa seperti dua dunia berbeda.
Rian membuka pintu kamar yang telah ditata oleh pihak hotel. Aroma lavender langsung menyelimuti ruangan, lembut tetapi menyimpan kesan asing. Kelopak mawar membentuk simbol hati di atas kasur putih, seakan menunggu dua insan yang saling mencintai. Namun suasana itu tidak menemukan tuannya malam itu.
Miranda duduk di sofa. Ia melepaskan sepatu hak tingginya sambil menahan embusan napas lega. Gaun pengantinnya berat dan ketat, resletingnya berada tepat di punggung, menyulitkan setiap gerakan. Ia ingin rebah, tetapi canggung rasanya di kamar yang terasa seperti ruang asing bersama suami yang hampir tidak pernah menyentuhnya.
Rian justru duduk di meja kecil dekat jendela. Ipadnya menyala terang, cahayanya memantul di wajahnya yang tegang. Ia mencoba menghubungi Audi berkali kali. Tidak ada jawaban. Setiap dering yang gagal membuat bahunya menegang dan rahangnya mengeras.
“Suamiku,” ucap Miranda hati hati.
Rian hanya menggumam tanpa menoleh.
“Mas,” panggil Miranda lagi, kali ini lebih lembut.
“Apa sih ganggu saja,” jawab Rian dengan nada dingin.
Miranda menunduk. “Tolongin aku mas.”
“Apa lagi,” tanya Rian dengan nada malas.
“Ini loh. Bantu buka resletingnya. Aku tidak bisa jangkau.”
Rian mendengus kesal. Namun ia bangkit juga dan berdiri di belakang Miranda. Tangannya ragu ragu saat menyentuh pangkal resleting. Aroma parfum Miranda menguar lembut, membuatnya terdiam sejenak tanpa sadar.
Resleting bergerak turun perlahan. Kulit Miranda yang putih bersih terlihat sedikit demi sedikit. Rian menelan ludah, matanya terpaku lebih lama dari niat awalnya.
“Selesai ya. Apa mau sekalian dipegang,” ucap Miranda menggoda, mengulang pesan mamah mertuanya bahwa istri harus berani.
Rian tersentak. “Pergi sana.”
Miranda tersenyum kecil lalu berlari kecil menuju kamar mandi. “Aku mandi dulu ya.”
“Mandilah. Jangan mimpi aku akan mandi dengan kamu,” balas Rian.
Rian menarik napas panjang setelah pintu kamar mandi tertutup. Ia melepaskan jas dan menggantungnya dengan sangat rapi. Sepatunya diletakkan di sudut lemari dengan posisi simetris. Kancing kemeja ia buka satu per satu lalu ia gulung lengannya dengan presisi. Setiap gerakan tampak seperti cara mengusir kegelisahan yang sejak malam itu menghantuinya.
Ia kembali duduk dan menatap ipadnya lagi. Nama Audi tetap tidak menjawab. Ruangan yang wangi dan romantis itu terasa semakin dingin bagi Rian.
Terdengar gemericik air, rian focus sama ipadnya, memantau bisnisnya dan terus menghubungi audi yang tak kunjung di angkat
Tak lama kemudia Miranda keluar dari kamar mandi menggunakan jubah mandi yang tipis membentuk lekuk tubuh yang sempurna, Miranda melangkah ke pantry membuat kopi dua lalu kembali ke dekat rian
“Kopi dulu suamiku,” ucap Miranda sambil meletakkan cangkir di meja.
Rian hanya bergumam pendek. “Mmmm.”
“Kamu sakit gigi ya?” Miranda mendekat sedikit, mencoba membaca raut wajahnya.
“Kenapa kamu berisik sekali,” ujar Rian kesal.
Miranda memiringkan kepala. “Atau kamu gelisah karena mantan pacar datang ya.”
“Bukan urusan kamu,” jawab Rian cepat.
“Namanya siapa sih?” Miranda bertanya dengan nada ringan.
“Audy Natakusuma.” Rian menjawab refleks, tanpa sadar membuka rahasia kecilnya.
Miranda mengambil iPad dan menyelonjorkan tubuh di sofa. Suasana kamar hening, hanya terdengar hembusan angin dari AC dan detak jam di dinding. Ia mengetik nama Audy lalu meniup rambut yang jatuh di wajahnya.
“Cantik juga ya Audy,” gumam Miranda.
“Tentu saja. Jauh dibanding kamu,” ucap Rian tanpa menoleh.
Miranda tersenyum tipis. “Tapi aku lebih unggul.”
Rian menoleh sambil menaikkan alis. “Apa yang bisa kamu unggulkan. Audy itu lulusan luar negeri, model, berkelas, pintar bisnis.”
“Baiklah, tapi sebagai perempuan aku tetap unggul.” Miranda mengangkat iPad dan menunjukkannya.
“Apa maksud kamu.” Rian mendekat curiga.
“Ini loh bos. Pose pose menantang sekali. Lihat pria ini, ototnya kekar sekali. Cocok ya dengan Audy.” Suaranya terdengar polos, seolah sedang membahas iklan makanan.
“Apa yang kamu lihat Miranda.” Rian mulai geram.
Miranda memutar iPad. Tertampil Audy berpose sensual bersama beberapa model pria, bule dan Afrika, dengan pakaian minim. Cahaya layar memantul di mata Rian yang perlahan membesar.
“Aku masih lebih unggul,” ucap Miranda. “Karena belum ada satu pun pria yang menyentuhku. Pacaran saja belum pernah. Beruntung sekali laki-laki yang menikah denganku.”
“Diam,” ujar Rian, namun suaranya terdengar guncang.
“Mas tahu tuan Yoga tidak,” tanya Miranda santai.
“Jangan bahas brengsek itu,” geram Rian sambil memijat kening. “Sudah, jangan sebut namanya.”
Belum sempat Miranda membalas, iPad Rian berbunyi. Nama Audy terpampang besar di layar. Rian buru-buru menerima video call itu.
“Sayang. Awas ya kalau kamu malam pertama dengan istri ingusan kamu itu.” Suara Audy terdengar manja. Langsung memberi ancaman pada Rian
“Tenang saja. Aku tidak minat,” jawab Rian lembut, berbeda total dengan nada saat berbicara pada istrinya.
“Bagus. Malam ini aku mau video call sama kamu sampai pagi,” ucap Audy.
Miranda menyesap kopi, wajahnya tetap santai. Ia membuka televisi lalu membuka YouTube. Suara Audy terus terdengar.
“Sayang aku rindu kamu. Kapan kamu menceraikan dia.”
“Tidak semudah itu. Mamaku sangat sayang sama dia.”
“Kenapa sih mamamu itu tidak suka sama aku.”
Dan mereka berdua terus mengobrol mengabaikan Miranda
Miranda memasukkan kata kunci Audy Natakusuma film hot. Hasil pencarian langsung muncul. Ia memencet salah satunya.
Muncul sebuah adegan panas Audy dengan Aktor bule, membuat Rian melotot
“Wah ciumannya dalam sekali. Aku jadi ikut ternoda,” gumam Miranda.
“Miranda hentikan,” ucap Rian dengan nada lebih keras.
“Kenapa. Lihat tuh aktornya. Perutnya aduh menggoda sekali. Kalau dekat mungkin aku gigit seperti Audy menggigit perutnya.”
“Sayang dia lihat film apa sih,” suara Audy terdengar.penasaran
“One Night With a Sugar Daddy,” jawab Miranda dengan suara keras.
“Wah mantap sekali. Ada juga ya artis Indonesia bisa se hot itu,” lanjut Miranda.
“Jangan terpengaruh film itu,” kata Audy dari layar.terlihat panik,
“Ih dua pria sekaligus. Yah disensor. Masa sih tidak lanjut,” ucap Miranda.
“Miranda,” bentak Rian.
Miranda bukan lagi gadis yang selalu mengalah. Ada sesuatu yang mengeras dalam dirinya. Bertahun-tahun dia disisihkan keluarga, dan sekarang dia menolak diperlakukan sama oleh suaminya sendiri.
Dia menoleh dengan tatapan datar. “Apa. Kamu selingkuh di depan aku. Aku baik saja. Aku cuma belajar dari Audy soal bagaimana memuaskan pria.”
Suara Audy terdengar panik dari layar ponsel. “Rian dia salah paham. Aku itu artis dan model. Ada batasnya.”
Miranda memencet remote sambil tersenyum tipis. “Eh ada juga film lokalnya. Semalam Bersama Gigolo.”
Rian buru-buru merebut remote dan mematikan TV. “Audy itu artis. Wajar begitu.”
Miranda berdiri sambil merapikan rambutnya yang terurai. Tatapannya tajam. “Sepertinya Tuan Rian ini tidak normal. Biasanya pria kaya cari barang limited edition. Bukan yang bekas.”
“Miranda,” bentak Rian, namun suaranya terdengar goyah.
Miranda mengabaikan. Dia bangkit dari sofa, pindah ke kasur, lalu duduk sambil membuka Ipad. “Sudahlah. Aku mau tidur cantik. Kalau mau pacaran, pacaran saja. Aku mau cari foto Tuan Muda Yoga Pangestu. Katanya banyak di internet.”
Mata Rian membelalak. Urat di rahangnya menegang. Wajahnya memerah menahan emosi.
Dari layar ponsel, suara Audy terdengar lagi. “Sayang halo.”
Rian menutup mata sebentar, menarik napas panjang. “Aku lelah. Aku mau istirahat. Udah dulu ya.” Suaranya dingin. Ia memutus sambungan telepon.
Keheningan menyusul, namun pikiran Rian berputar cepat. Dia terobsesi pada Audy sampai lupa satu hal. Audy bukan sekadar model. Bukan sekadar artis. Dia juga pernah membintangi beberapa film dewasa luar negeri. Fakta itu tiba tiba menghantamnya.
Dan pertanyaan yang lebih mengganggu muncul. Bagaimana Miranda bisa mengakses film seperti itu. Bagaimana dia tahu.
Rian mengusap wajahnya frustasi. Sejak awal ia meremehkan Miranda. Ia memperlakukannya seolah gadis itu bodoh dan lugu. Ia lupa Miranda adalah anak Nurmalinda, wanita yang dikenal jenius. Dan kecerdasan itu tidak hilang. Hanya tertidur. Kini bangkit kembali setelah Miranda dijual oleh ayahnya dan kemudian diasuh Kirana.
Rian menatap punggung Miranda yang sudah berbaring tenang. Entah kenapa pemandangan itu membuat dadanya terasa sesak.
Untuk pertama kalinya, Rian sadar. Miranda bukan lagi gadis yang bisa ia tindas. Ia sedang berhadapan dengan seseorang yang jauh lebih berbahaya dari yang ia kira.
Kakak ga punya akhlak
mma Karin be smart dong selangkah di depan dari anak CEO 1/2ons yg masih cinta masalalu nya