Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 Metafora
Happy reading
Jingga menghias rupa langit senja. Menjadi naungan sepasang insan yang tengah duduk di salah satu bangku Sunset Cafe--Bukit Bintang.
Mereka ... Ryuga dan Aluna.
Ryuga sengaja membawa Aluna pergi ke Sunset Cafe untuk menikmati pemandangan yang tersaji.
Sweet ....
Aluna tampak menyukai pemandangan di kafe itu. Kafe yang dulu menjadi tempat favorit Ryuga untuk melepas penat. Estetik dan menyatu dengan alam. Para kawula muda yang pernah berkunjung ke sana menyebutnya ... 'instagramable'.
Ribuan lampu yang berasal dari rumah-rumah penduduk di bawah bukit, bagai kemilau cahaya bintang. Menakjubkan dan memanjakan mata. Menambah kesan romantis dan sweet. Karena itulah tempat tersebut dikenal dengan nama 'Bukit Bintang'.
Dua cangkir vanilla latte, seporsi french fries, dan dua mangkuk mie rebus tersaji--menjadi teman berbincang. Santai dan akrab. Sebisa mungkin hempas kecanggungan dan kikis jarak. Ciptakan romantisme selayaknya pasangan halal.
Ada janji yang harus ditepati. Ada rasa yang harus dihempas dan ada juga rasa yang mesti dipupuk. Abaikan makna dari 'Sandiwara Cinta' dan jadikan dua kata itu sebagai 'metafora'. Bukan makna yang harus diagungkan.
"Dulu, gue paling demen nongkrong di kafe ini. Apalagi kalau lagi gabut dan ngerasa kesepian," ujar Ryuga disela-sela obrolan.
"Sama siapa?" Aluna menyahut ucapan suaminya yang memang menarik untuk ditanggapi.
"Sendiri." Jawaban yang teramat singkat. Satu kata. Namun sukses membuat Aluna mengerutkan dahi dan menatap tak percaya.
"Bukannya ... Kak Ryu punya banyak teman? Kenapa cuma nongkrong sendiri?"
Ryuga mengulas senyum tipis, lalu menghela napas dalam sebelum menjawab sederet pertanyaan yang dicetuskan oleh Aluna.
"Teman gue emang bisa dibilang 'banyak'. Tapi, ada kalanya gue butuh menyendiri, menepi, tenang, mendekat dengan alam dan termenung, tanpa ada candaan atau gelak tawa yang mengganggu. Cuma berteman sebatang rokok, kertas, dan pena buat ngeluapin semua yang gue rasa," tuturnya.
"Meluapkannya dengan menulis puisi?"
"Ya ... kadang."
"Puisi cinta untuk Kak Ayu?"
Ryuga mengalihkan atensi. Tatap sepasang mata indah yang juga menatapnya.
"Lo nemuin puisi yang gue selipin di tengah halaman--novel tulisan tangan Jianayu?" Nada suara Ryuga rendah. Namun menuntut jawaban.
"Iya, aku menemukannya." Aluna mengangguk dan berkata jujur. Tak ada keraguan atau rasa takut yang tersirat.
"Aku sudah mengetahui perasaan Kak Ryuga terhadap Kak Ayu ... dari dulu, sebelum menemukan puisi itu. Perhatian dan tatapan mata Kak Ryu nggak bisa menyembunyikan perasaan yang berusaha Kak Ryu tutupi. Tapi setelah membaca puisi tulisan tangan Kak Ryu, aku jadi tau ... betapa dalamnya perasaan Kak Ryu. Dan mungkin, nggak akan hilang ataupun mati." Wajah Aluna menyendu ketika menuturkan kalimat itu.
"Puisi itu gue tulis sewaktu masih SMA. Dan sejak duduk di bangku kuliah, gue nggak pernah nulis lagi --"
"Gue akui, perasaan gue ke Ayu emang terlanjur dalam. Tapi bukan berarti nggak bisa hilang atau mati. Makanya gue pernah bilang ... 'bantu gue'. Bantu buat mengusir perasaan itu dan buat gue jatuh cinta."
Ryuga menarik kedua sudut bibirnya. Rengkuh dan rangkul pundak Aluna. Beri afeksi dengan melabuhkan kecupan dalam di pucuk kepala. Coba tumbuhkan keyakinan di hati yang meragu.
Senja memudar berganti malam, seiring terdengarnya kidung kerinduan Sang Maha Cinta. Menuntun semua insan untuk memenuhi seruan. Tak terkecuali Ryuga dan Aluna. Keduanya menunaikan ibadah di mushola yang berada di area kafe. Bersujud dan melepas segala hal yang bersifat duniawi.
.
.
Ba'dha Magrib, tamu yang ditunggu telah tiba di studio radio Cakrawala Media. Bukan hanya satu orang, melainkan dua orang. Nichol--Wakil Jendral BEM Universitas Angkasa Dirgantara dan Tara--Wakil Jendral BEM Universitas Cakrawala.
Kedatangan Tara tentu menjadi surprise bagi Lingga, Ayu, dan Aksara, sebab Hani mengumumkan ... hanya Nichol yang menjadi nara sumber malam ini, perwakilan dari Suara Mahasiswa sekaligus BEM Universitas Angkasa Dirgantara.
"Woah gila! Kenapa Kak Hani nggak bilang kalau Kak Tara juga diundang?" Pertanyaan itu tercetus dari bibir Lingga disertai tabokan pelan yang berlabuh di bahu Hani.
"Tadinya sih mau ngundang Pak Ketu. Tapi katanya lagi sibuk dan dia ngajuin Wakil Jendral BEM buat mewakili. Nggak taunya, lagi sibuk ngadon." Hani terkekeh dan menggeleng kepala.
Lingga mengamini ucapan Hani dan turut terkekeh.
Di ruangan lain, Ayu berbincang dengan Aksara dan kedua tamu. Mereka melakukan briefing--membicarakan alur acara, durasi, dan ekspektasi topik yang boleh atau tidak boleh dibahas, sebelum siaran dimulai. Sampai jarum mesin waktu yang tergantung di dinding menunjuk angka tujuh malam. Waktunya acara 'DIMA' Dialog Mahasiswa dimulai.
Dan kali ini dialog mereka mengangkat topik 'Bencana Alam Yang Diakibatkan Oleh Pembabatan Hutan.'
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini