"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Wira, teman satu kantor Binar. Seketika pertanyaan itu membuatnya terdiam beberapa saat. Di sana ada suaminya, Tama. Tama hanya terdiam sambil menikmati minumannya.
"Suamiku sudah meninggal," jawab Binar dengan santainya. Seketika Tama menatap lurus ke arah Binar. Tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal demikian, tapi tidak ada protes darinya. Dia tetap tenang meskipun dinyatakan meninggal oleh Binar, yang masih berstatus istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Akikaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Kota kelahirannya masih terasa sama, Tama masih bisa merasakan tenang dan syahdunya berada di kota ini. Aksa memintanya datang untuk membantu menghandle pertemuan dengan beberapa klien di hari terakhir ini. Setahun yang lalu Aksa meninggalkan kota ini, bukan tidak mau pulang menemui Ibunya, hanya saja dia tidak terlalu peka dengan apa yang dinamakan perasaan rindu.
Diam-diam Tama pergi ke kota ini tanpa memberitahukan kepergiannya pada Helena yang beberapa wkatu lalu ingin pergi ke kota ini. Tama membenahi dasinya di depan cermin di kamar mandi. Sekelebat ingatannya kembali ke Binar yang biasanya menyiapkan semuanya. Ini adalah di mana dia pertama kali merasakan jatuh cinta, kota di mana dia menghabiskan waktu bersama dengan Binar.
Tama sudah siap, laptop dan segala yang berhubungan dengan kegiatan hari ini sudah dia siapkan sejak semalam setiba dia di hotel ini. Jas yang menggantung di tempatnya sudah dia ambil dan segera dikenakan. Sekalian dia turun untuk sarapan di bawah.
Aksa dan Binar sudah siap di kamar masing-masing, tidak sengaja bertemu di depan lift untuk sarapan di bawah. Lift terbuka, sudah ada beberapa orang yang berada di sana, Aksa menunggu Binar masuk terlebih dahulu, kemudian dia mengekor.
Suatu pemandangan pagi di hotel, banyak tamu yang memulai hari dengan sarapan. Binar meletakkan barang-barangnya di kursi yang akan dia tempati sebelum dia mengambil sarapan. Begitu juga Aksa, mengitari hidangan yang sekiranya menggugah seleranya pagi ini.
Binar mengambil nasi goreng, sarapan simple menurutnya. Ditambah dengan acar dan tidak lupa mengambil kerupuknya. Air putih menjadi temannya, tak lagi kopi untuk hari sepagi ini.
Binar kembali duduk, pandangannya mencari Aksa yang tak kunjung kembali ke kursi ini. Pandangannya terhenti saat melihat Aksa tengah berbincang dengan seseorang yang sangat dia kenal.
"Mas Tama," bisiknya pelan, nasi yang hendak dia telan seolah berubah menjadi sesuatu yang sulit ditelan. Keduanya mendekat ke arahnya, sepertinya akan bergabung satu meja dengannya. Binar mempersiapkan dirinya. Aksa tidak memberitahunya jika Tama yang akan datang hari ini.
"Kalian sudah saling kenal kan?" tanya Aksa.
"Tahu, Pak" jawaban enteng yang keluar dari mulut Tama. "Kata rekan-rekan, beliau adalah sekretaris cerdas yang pernah dimiliki oleh perusahaan ini," imbuhnya. Binar ingin melemparkan piringnya yang sudah hampir kosong isinya, bualan macam apa yang dilontarkan Tama, seolah tengah menyindirnya.
"Silahkan duduk pak Tama, kita bisa tipis-tipis membicarakan hal yang akan kita bahas setelah ini dengan para investor,"
"Baik, Pak. Suatu kehormatan untuk saya sudah diajak bergabung di meja yang sama," Tama tersenyum ke arah Aksa, sejurus kemudian menatap Binar. Binar tidak peduli. Yang dia rasakan, dia tengah tidak nyaman sekali berada di meja ini.
Binar memungkasi sarapannya dan izin untuk mencari hidangan yang lain. Hanya alibi, Binar pergi ke toilet untu sejenak menenangkan dirinya. Di kota ini semua dimulai, tapi dia tahu resikonya. Satu perusahaan dengan Tama, artinya dia harus siap kapanpun bertemu dengan Tama. Apalagi Tama adalah salah satu andalan Aksa. Binar menenangkan dirinya, melihat pantulan wajahnya di cermin.
"Ok, semua akan baik-baik saja, dia hanya mantan suami kamu Binar...Ok...Pak Aksa menganggap kalian asing, hanya rekan, dan kamu harus baik-baik saja," Binar berbicara pada dirinya sendiri. Monolog itu akhirnya harus berakhir saat ada orang masuk ke toilet tersebut.
"Aku tidak tahu kalau kamu hanya datang berdua dengan Pak Aksa," suara itu muncul tiba-tiba dari belakang, Tama baru saja keluar dari toilet yang tak jauh dari toilet wanita. Binar menoleh, menatap Tama dengan tatapan tanpa takut apapun.
"Kenapa, Mas?" pertanyaan lugas, pandangannya tegas. "Ada yang salah?"
"Orang-orang di kota ini yang mengenalmu akan mengatakan kamu selingkuh," bisik Tama.
"Lalu apa pedulimu?" Binar tak gentar. "Apa aku harus mengatakan semua pada orang yang ada di kota ini?"
Tama tersenyum mendengar semua kalimat Binar, wanita itu sedang menunjukkan marahnya, tidak biasanya Binar begini.
"Kamu marah?"
"Aku hanya kasihan padamu, mas"
"Binar, tolong jaga sikap di sini," Tama memegang lengan Binar. "Aku dengar, Ibu sakit kan? jadi kamu harus menjaga sikap dengan baik atau Ibu akan semakin sakit karena kamu,"
"Ingat ya, mas. Kamu sudah tidak ada hak apapun mengatur hidupku, urus saja dirimu," Binar melepaskan tangan Tama yang mencengkeram lengannya, lalu berlalu meninggalkan Tama.
Tama melihat Binar berjalan cepat meninggalkannya, suara hak sepatu tinggi meninggalkan suara yang semakin menghilang seiring wanita itu tak terlihat. Tama mengusap wajahnya kasar, dalam hati merutuki dirinya. Sikapnya jahat, saat sudah melepaskan Binar pun dia masih mengatur hidup Binar. Hal itu dilakukan semata-mata agar orang yang mengenalnya tidak tahu jika dia sudah berpisah dengan Binar. Nanti saja, bukan sekarang.
Sesuai janjinya yang diucap pada Aksa, seburuk keadaan dirinya, dia akan bekerja dengan baik agar dia tidak dipecat oleh Aksa. Rapat dengan beberapa klien penting ini berjalan dengan sangat baik. Tama, ya benar Tama. Laki-laki itu memang bisa diandalkan, pantas saja dia hampir selalu berhasil dengan proyek yang dipercayakan padanya oleh Aksa. Dia melakukan presentasi dengan baik, mampu meyakinkan para calon investor besar. Mampu menjawab segala pertanyaan dan keraguan dengan baik dan mantap. Aksa menatapnya dengan bangga. Binar mencacat hal-hal penting.
Hampir 3 jam berada di ruangan yang dingin ini, Binar mencacat semuanya dengan rapi. Bahkan semua pertanyaan semua tercacat dengan rapi.
"Nampaknya kita akan segera tanda tangan proyek ini," Aksa nampak puas dan menyalami Tama dengan wajah sumringah. "Terima kasih Pak Tama, anda memang bisa diandalkan," Aksa menepuk pundak Tama.
"Terima kasih, Pak. Berkat Bapak," Tama membalas pujian Aksa. "Dan bantuan sekretaris Bapak," lagi-lagi kalimat tidak penting itu keluar. Andilnya tidak banyak, dia hanya membantu Aksa menyempurnakan hal-hal yang dipresentasikan. Tapi Tama selalu saja membawanya.
"Terima kasih, Pak Tama," Binar mengucapkan terima kasihnya pada Tama akhirnya, biar aktingnya semakin nyata.
"Sama-sama mbak Binar, anda memang sangat berkompeten,"
"Saya akan membawa berkas-berkas ini ke mobil dulu pak, permisi," Binar pamit. Aksa mempersilahkan, Tama melihat Binar berjalan lebih cepat dengan membawa tas dan berkas yang ada di tangan.
"Saya puas sekali dengan hari terakhir ini, kita tinggal menunggu hasilnya nanti,"
"Oh ya pak, kenapa saya tidak melihat Pak Aguk Basuki? saya dengar beliau yang paling gencar akan menjalin kerjasama dengan perusaan Bapak?"
Aksa tersenyum kecil, mengingat bagaimana kelakuan nama itu disebut.
"Pantaskah seorang laki-laki merendahkan wanita?"
"Maksud Bapak?"
Perbincangan mengalir sambil berjalan menuju lobby hotel.
"Saya kurang suka dengan attitude beliau, jadi saya memutuskan untuk tidak bekerja sama dengannya,"
"Ah" Tama mengangguk, sejujurnya dia sangat kaget dengan keputusan itu. Aguk Basuki salah satu pengusaha yang terkenal dikota ini, sudah menguasai beberapa sektor. Agak disayangkan harus memutus kerjasama dengan Aguk Basuki.
Tama menebak-nebak jawaban Aksa, merendahkan wanita? siapakah yang dimaksud? apakah Binar? ah rasanya tidak mungkin. Binar tidak sepenting itu, orang seperti Aksa pasti akan mengorbankan apapun agar bisa berjaya dengan tujuannya.
Author senang sekali, Author ucapkan banyak-banyak terima kasih pada para readers....bantu Author dengan love, komen, like, dan vote nya ya. Biar karya ini bisa naik....terima kasih ^^