Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Pembagian Tugas
"Tak perlu cemas Deana." Putri memotong ucapan Deana. "Karena kau panik, sehingga lupa sesuatu, tidak ingat kah engkau, jika mereka bukan pelayan biasa? Mereka pelayan darah, budak darah dan koki darah? Hanya mati hadiah bagi yang tak setia. Lalu, lambat laun orang lain juga akan tahu tentang itu."
"Tapi—"
"Iya, aku paham Deana. Kamu khawatir karena kita tidak punya kekuatan. Tapi, siapa yang akan menargetkan kita saat ini? Hanya punya hutan terbengkalai yang tak di urus? Lalu, wilayah nan tidak subur berbatu? Jika ada yang mengatakan tentang kediaman ditengah hutan, mungkin kah ada yang percaya begitu saja?"
"Maaf Yang Mulia Putri." Deana tertunduk.
"Tak apa. Justru saya terharu Deana, kau begitu setia dan mengkhawatirkan saya. Sekarang jangan terlalu cemas, ayo kita bergegas bekerja agar memiliki kediaman untuk mereka."
"Baik, Yang Mulia Putri."
"Kau!" Putri menatap koki.
"Ya, Yang Mulia Putri," sahut koki itu hormat.
"Tugasmu memasak, kau harus memasak, bawalah bumbu dan makanan yang akan di masak, kau akan memasak di wilayah yang akan kita kelola. Kalian semua juga bantu dia membawa semua bahan pangan yang akan kita makan!"
"Baik, Yang Mulia Putri," jawab mereka serempak dan patuh.
Setengah dari pelayan itu dibawa oleh Tirt Hala ke wilayah utama yang ditunjuk Putri Laeouya kemarin, sementara lainnya dan termasuk 8 prajurit ikut Putri dan Deana ke hutan. Putri hanya menunjukkan hutan bagian depan, tak sampai ke kediamannya di tengah hutan.
"Pilihlah kayu kuat, kokoh, dan berkualitas untuk bahan pembangunan tempat tinggal. Lalu, kalian carilah tanah liat di sekitar sini!" Putri memberi perintah pada semua pelayan.
"Kau, siapa namamu?" Putri bertanya pada prajurit Infanteri yang kemarin mengaku mempunyai kemampuan lain seperti mencabut pohon besar sampai ke akarnya.
"Nama hamba Lewu Bake, Yang Mulia Putri," jawabnya.
"Oh, Lewu Bake, tugas kau mencabut pohon-pohon besar yang akan saya tandai dengan pita ini. Sementara kalian berdua—" Putri Laeouya menunjuk dua prajurit Infanteri lainnya."Kalian fokus membawa pohon yang sudah dicabut Lewu Bake dengan baik ke wilayah utama tempat mereka tadi berkumpul tanpa ada yang rusak akarnya, lalu tanam di titik-titik yang sudah saya tandai, kau bisa bertanya pada Tirt Hala."
"Baik, Yang Mulia Putri."
"Lalu, kalian—" Putri menatap 6 prajurit lainnya, prajurit kavaleri dan sniffer. "Kalian membantu mereka menebang, mengumpulkan dan membawa kayu serta tanah liat ke wilayah utama."
"Baik, Yang Mulia Putri."
Putri dan Deana berjalan menelusuri setiap hutan, memilih pohon-pohon dan memberi tanda agar Lewu Bake bisa mencabut pohon besar nan rindang itu.
Tenaga mereka semua benar-benar berkualitas semua. Dengan cepat setengah pelayan dan 6 prajurit itu telah berhasil mengumpulkan kayu-kayu berkualitas dan tanah liat, begitu pula dengan Lewu Bake dan dia prajurit Infanteri tadi, mereka telah bolak balik menanam beberapa pohon rindang di daerah yang ditandai oleh Putri Deana.
Saat Putri dan Deana datang ke wilayah utama yang akan di kelola itu, dia juga melihat pekerjaan mereka. Hampir semua batu-batu besar yang mencolok itu sudah dicongkel, terbelah- belah. Tanah disekitar wilayah utama yang ditunjuk oleh Putri pun sudah datar dan gembur.
Putri Laeouya tersenyum, belum setengah hari, pekerjaan mereka sudah begitu nyata. Pohon-pohon berdiri tegak, namun daunnya mulai tampak layu.
"Deana mana permata energi dan permata Essen serta pisau kecil."
"Ampun Yang Mulia Putri, anda yakin?" Deana bertanya.
"Tentu. Jika tidak menggunakan permata-permata itu, lalu diberi kekuatan darah saya, bagaimana bisa tumbuhan ini hidup? Bukankah kau sendiri tahu cara bertahannya tanaman di istana selir untuk musim gugur dan salju, pangeran atau putri lainnya karena permata dan kekuatan mereka?"
Deana mengangguk.
"Jika tak ada pohon rindang, lihat mereka! Kekuatan mereka tidak akan lama bertahan. Di sini sangat panas dan gersang, jika ada pohon rindang, itu membuat wilayah ini sedikit sejuk, mereka bisa berteduh sejenak saat lelah. Lalu, jika kamu khawatir perihal untuk membeli Permata, bukankah sekarang kita sedang banyak hadiah koin dan keping emas? Jangan terlalu cemas, aku yakin kita akan menemukan solusi untuk mendapatkan uang!"
"Ampuni hamba sempat ragu Yang Mulia Putri."
Putri Laeouya mengangguk. "Ya, jadi mana permata dan pisau kecil, kita harus segera mengubur permata di sekitar pohon ini, sebelum dia mati."
"Baik, Yang Mulia Putri."
Putri Laeouya meneteskan beberapa tetes darah ke setiap permata Essen dan energi, lalu menguburkan sepasang permata itu di dalam tanah yang ada di dekat setiap pohon. Jelas terpampang nyata perubahan di pohon itu, daun dan rantingnya yang terlihat sudah terkulai layu tadi, mulai segar dan berdiri hidup.
"Sepertinya bahan-bahan sudah terkumpul banyak, kalian mulailah membangun bangunan," kata Putri Laeouya.
"Baik Yang Mulia Putri."
Mereka membangun rumah, di mulai dari pengukuran, lalu mendirikan tiang-tiang pondasi dengan kayu bulat berdiameter 30mm untuk tiang utama, tiang penyangga lain 20mm. Lalu juga memasang balok bentang dan balok gantung. Membuat cakar ayam di setiap pondasi agar kokoh.
"Coba saja ada Besi, ini pasti lebih kuat, untuk sementara ini saja dulu," kata Putri pada Deana.
Besi harganya cukup mahal, hampir sebanding dengan harga permata, lalu besi tidak diproduksi di kerajaan Nerluc, besi hanya ada di kerajaan Lucifer dan dua kerajaan lainnya.
"Iya Yang Mulia Putri, setelah ini, kita akan membuat istana kokoh, kuat dan megah dari besi, kita mulai dulu dari bawah."
"Ya." Putri mengangguk.
Pekerjaan mereka yang bergotong royong bersama, sudah rampung membuat kerangka rumah dan pondasi.
Putri tersenyum lebar. "Berhentilah semuanya, Tirt Hala, panggil semua yang ada di Hutan, waktunya istirahat dan makan!"
"Baik, Yang Mulia Putri." Tirt Hala langsung terbang melayang ke hutan, memanggil setengah pelayan yang ada di sana, yang masih mengumpulkan kayu-kayu dan tanah liat.
Mereka makan dengan lahap di bawah pohon-pohon rindang. Salah satu pelayan menangis dan berkata. "Aku pikir, aku akan segera mati karena kita terpilih dan dikirim ke putri yang miskin. Tapi aku salah, dia Putri paling kaya yang aku temui, dia memanusiakan manusia. Menyuruh bekerja untuk kebaikan bersama, agar bisa memiliki tempat berteduh, memberi makan dan memberikan waktu istirahat, berbeda dengan yang lain, mereka hanya bisa memerintah tanpa tahu kita lapar, lelah dan letih."
"Aku juga awalnya berpikir begitu, melihat kediaman yang kecil, mendengar dia miskin tanpa kekayaan dan kekuasaan. Tapi dugaanku salah."
"Iya, bahkan makanan itu rata, sama-sama diberi daging dengan potongan rata," sahut yang lainnya.
"Benar, makanan yang disajikan juga enak, kita makan makanan dari masakan koki pilihan. Putri sangat baik, pemakan tumbuhan, daging murni dan daging porsi kecil pun sangat diperhatikan," balas yang lain juga menimpali. Dia pemakan daging murni, tak menyangka dia mendapatkan potongan daging utuh besar tanpa sayur. Sementara yang lain mendapatkan potongan daging dengan sedikit sayur, lalu juga ada sayuran utuh. Namun, porsinya banyak dan rata. Mereka merasa adil.