Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Alvaro membuka pintu rumah dengan pelan, menyapu pandangannya ke seluruh ruangan yang terbenam dalam kegelapan. Hanya cahaya redup dari lampu dinding yang menerangi beberapa sudut, menciptakan bayangan yang bergerak serupa hantu di dinding. Udara di dalam rumah terasa dingin dan memberi kesan kesunyian yang menyesakkan.
Langkah pria itu terdengar berat dan lamban saat ia menaiki tangga menuju lantai dua. Setiap anak tangga mengeluarkan bunyi derit yang memecah kesunyian.
Di ujung tangga, saat Alvaro bersiap untuk melangkah ke lorong, sebuah suara kecil mengejutkannya.
"Om baru pulang," ucap suara itu lembut. Alvaro mengarahkan matanya ke arah sumber suara dan menemukan Shaka, keponakannya, berdiri dengan piyama dan rambut acak-acakan.
Cahaya lampu dinding yang redup membuat wajah anaknya tampak pucat dan matanya terlihat sayu.
"Iya, om lembur. Kamu kenapa belum tidur?" tanya Alvaro, rasa heran bercampur khawatir muncul di wajahnya.
Shaka menghela napas, matanya menatap lantai sejenak sebelum kembali menatap Alvaro. "Aku... aku tidak bisa tidur, om. Aku terus memikirkan tante Arumi" Kata-kata itu membuat jantung Alvaro berdetak cepat.
Keheningan kembali menyelimuti ruang antara mereka, hanya suara detak jam dinding yang terdengar menggetarkan suasana.
"Kenapa dengan istri om? Bukankah kalian tadi bersenang-senang bersama?" tanya Alvaro.
"Apa om mengenal mantan suami mama?" bukannya menjawab Shaka justru bertanya balik.
"Tidak, om belum sempat mencari tahu informasi tentang mantan suami mama mu itu" jawab Alvaro. Ia belum ada waktu mencari informasi tentang Reza, mantan suami Arumi.
Shaka menghela nafas dalam. Dia menelan ludahnya dengan gugup, seolah menimbang kata-kata selanjutnya yang akan diucapkannya. Alvaro, yang baru saja pulang dari kantor dan tampak lelah, menatap putranya dengan kerutan di dahi, seolah mencoba memahami situasi yang terjadi.
"Tadi kami bertemu di mall om, dia tiba-tiba menampar pipi tante Arumi dengan cukup keras, hingga membuat pipi tante memar. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka, tapi yang aku dengar dia menuduh mama berselingkuh, dan mengira aku dan Naka adalah anak kandung tante dengan laki-laki lain" terang Shaka.
"Aku dan onty Rindu sudah berusaha mengobati luka mama, tapi mama menolaknya om" ucap Shaka.
Alvaro mengetatkan rahangnya, tangannya terkepal kuat seakan tidak terima mendengar kabar tentang istrinya itu.
Dia meremas ujung meja dengan kuat, nadanya meninggi, "Apa yang dilakukan tante setelah itu?"
"Tante Arumi diam saja om. Dia shock dengan kejadian itu. Aku yang membalas pria itu, aku memukulnya" jawab Shaka.
Reynald bisa melihat trauma yang mungkin dirasakan oleh Arumi, tapi dia bangga dengan keponakannya yang dapat menjalankan amanatnya untuk menjaga istri dan kedua anaknya.
Reynald mendekap Alvaro, "Kamu sudah melakukan yang terbaik. Om terima kasih, karena kamu sudah menjaga tante dan anak-anak om" Kata-kata Alvaro terdengar penuh dengan kehangatan dan dukungan.
Di sisi lain, Alvaro merasa amarah yang membuncah terhadap Reza. Dia bertekad untuk tidak membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja. "Om akan berbicara dengan tante, dan kita akan mengambil tindakan yang tepat," ujarnya tegas, menandakan akan ada langkah yang akan diambil untuk melindungi Arumi dan memastikan keadilan ditegakkan.
"Kamu istirahatlah" titah Alvaro.
"Baik om" ucap Shaka menganggukkan kepalanya patuh, dan berlalu masuk kedalam kamarnya.
Setelah melihat putranya masuk kedalam kamarnya, perlahan Alvaro pun membuka pintu kamarnya dengan sang istri.
Alvaro baru saja pulang dari kantor, letih tergambar jelas di wajahnya. Namun, seketika itu juga lenyap ketika ia melihat Arumi yang telah tertidur di atas tempat tidur, wajahnya memerah dan sedikit bengkak.
Pelan, ia meletakkan tas kerjanya di lantai, melepas dasi dan sepatunya dengan gerakan yang hampir tak bersuara. Mendekat ke arah Arumi, Alvaro berjongkok di sampingnya. Hatinya terasa ditusuk melihat bekas air mata yang telah mengering di pipi istrinya.
Dengan hati-hati, Reynald mengusap rambut Natasha yang tergerai, membetulkan posisinya agar lebih nyaman. "Aku tidak suka melihatmu terluka seperti ini, Rumi. Kamu harus lebih kuat, jangan biarkan mereka terus menguasai hidupmu," lanjutnya, suaranya lembut namun teguh.
Alvaro menarik napas dalam, rasa frustrasi dan kekhawatiran menguar dalam dada. Dia berjanji dalam hati, akan lebih melindungi Arumi, takkan membiarkan lagi air mata kesakitan mengalir di pipi wanita yang sangat dicintainya itu.
Pria itu bangkit, dan berjalan masuk kedalam kamar mandi, tak lama dia keluar dari kamar mandi sambil membawa baskom kecil dan handuk yang di taruh di atas bahunya.
Dengan perlahan Alvaro mengompres pipi bengkak istrinya, Arumi yang sedang terlelap merasa terusik dan membuka matanya.
"Mas, kamu sudah pulang. Maaf, aku ketiduran" ucap Arumi dan hendak bangkit namun di cegah oleh Alvaro.
"Tetap tidur, biar aku mengompres pipi mu dulu sebentar." ucap Alvaro.
"Tidak usah mas, tadi cuma kepentok sedikit aja kok. Tapi sekarang sudah tidak sakit" ucap Arumi bohong, dia tidak mau sang suami mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun, sayangnya Alvaro sudah mengetahuinya.
Alvaro dengan hati-hati meletakkan baskom berisi air hangat di lantai, matanya tidak lepas dari wajah istrinya yang tampak pucat. Dia bisa melihat ada lebih dari sekedar 'kepentok' pada pipi istrinya itu.
"Rumi, coba lihat aku," ucapnya dengan lembut namun tegas. Akan tetapi Arumi enggan menatap suaminya, ia tahu rahasia yang ingin disembunyikannya mulai terbongkar.
Dengan ragu, dia akhirnya mengangkat wajahnya, memperlihatkan memar lembut yang mulai membiru di pipi kanannya.
"Kepentok, atau dipukul oleh Reza, mantan suamimu?" tanya Alvaro suaranya terdengar berat, mencoba menyembunyikan rasa kecewa dan marah yang mulai membara.
Arumi menelan ludah, matanya berkaca-kaca, "Aku tidak ingin kamu khawatir, Mas," suaranya bergetar, mencoba menemukan alasan yang tepat.
"Tapi aku lebih khawatir ketika kamu tidak jujur denganku, Rumi. Apa yang terjadi sebenarnya?" Alvaro mendekat, menyingkirkan baskom dan duduk di samping Arumi, tangannya mencoba menyentuh pipi yang lebam itu dengan penuh kehati-hatian.
Arumi menutup mata, air mata mulai menetes membasahi pipinya, "kejadiannya begitu cepat... dia tiba-tiba muncul dan menamparku. Dia masih percaya aku selingkuh dan dia mengira Shaka dan Naka adalah anakku dengan pria lain" ungkapnya lirih.
Alvaro menghela napas, rasa kecewa berganti menjadi pelindung. Apa yang di ceritakan Arumi sama seperti yang di ceritakan Shaka. "Kamu tidak pernah sendirian menghadapi ini, aku di sini untukmu. Kita akan atasi ini bersama," katanya sambil menghapus air mata Arumi dan menggenggam tangannya dengan erat, menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka, termasuk bayang-bayang masa lalu Arumi.
Arumi memeluk Alvaro, mencari perlindungan suaminya.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al