Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang.
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya.
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya.
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma.
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18: Kotak diatas lemari
Lima hari kemudian Alina mendapatkan kabar dari Dania jika sertifikat rumah tersebut sudah berganti nama menjadi miliknya.
[terimakasih banyak Dania, besok aku akan mengambil sertifikatnya di rumah kamu] Balas Alina dan mengirimkan pesan tersebut pada Dania.
[ambil ke rumah mbak Elis aja ya mbak Alina, soalnya besok saya mau pergi ke luar kota] Balas Dania.
[oh gitu, yaudah makasih banyak ya. Buat tambahan keluar kota sudah ku transer ya Dania] Balas Alina dan mengirimkan bukti screenshoot transferan buat Dania.
[banyak sekali ini mbak Alina]
[gak apa-apa itu sebagai ucapan terimakasihku padamu Dania] Balas Alina.
Dia memberikan Dania sebesar lima juta rupiah karena telah membantunya membalikkan nama sertifikat tersebut menjadi namanya, kini misi Alina tinggal mencari di mana letak warisan kedua orangtuanya itu.
Beberapa hari ini saat Rizal pergi keluar kota, Nurma juga tak menunjukkan aktivitas apapun di kamarnya.
Alina sampai bingung kenapa ibu tirinya itu tak berniat melihat perhiasan milik ibunya atau sertifikat rumah lama?
“Alina..” Panggil Nurma yang membuyarkan lamunannya.
“Kamu ini lagi kirim pesan sama siapa? Di panggil dari tadi gak nyahut” Gerutu Nurma.
“Maaf ma, Alina lagi chat sama Elis. Apa mama membutuhkan bantuan?” Tanya Alina.
“Iya Lin, mama mau minta tolong ambilkan koper di atas lemari sana. Mama mau pergi keluar kota nanti sore” Jawab Nurma.
“Mau kemana emangnya ma?” Tanya Alina dengan tatapan menyelidik, apalagi Rizal ada di luar kota sejak kemarin.
“Ada deh kepo kamu ini, mama mau arisan bareng temen-temen. Udah buruan ambilin” Jawab Nurma.
Sebenarnya Alina pun kesusahan jika mengambil koper tersebut karena cukup tinggi, tapi dia tak kehilangan akal.
Alina membawa kursi di meja makan dan di bawa ke kamar Nurma.
“Ngapain bawa kursi?” Tanya Nurma.
“Ya buat ambil koper mama lah, Alina kan gak sampai tangannya buat ambil” Jawab Alina.
“Oh yaudah buruan, mama mau mandi dulu” Ucap Nurma.
Setelah Nurma masuk ke dalam kamar mandi, Alina segera naik ke atas kursi dan mengambil koper Nurma.
Tapi ada hal yang membuat matanya menyipit, karena ada sebuak kotak di pojokan lemari.
“Apa itu ya..” Gumam Alina.
“hmm nanti aja saat mama keluar rumah aku cek” lanjut Alina dan menurunkan koper tersebut dengan hati-hati.
Setelah menurunkan koper, bukannya Alina langsung keluar tapi malah duduk di kursi yang dia jadikan sebagai tumpuan untuk mengambil koper tadi.
“Masih disini Lin” Ucap Nurma yang baru keluar dari kamar mandi.
“Iya nungguin mama” Jawab Alina.
“Ngapain? Ada hal penting yang akan kamu sampaikan?” Tanya Nurma.
“Pil KB milik siapa itu ma?” Tunjuk Alina pada beberapa bungkus pil KB yang baru di beli dan ada satu bungkus yang sudah kosong.
“Ohh emmm itu milik teman mama, dia nitip dan akan mama bawa nanti” Jawab Nurma.
“Kok itu udah ada yang habis?” Tanya Alina.
“Hmm sudahlah Lin, jangan banyak tanya. Kamu keluar dari kamar mama sekarang karena mama mau ganti baju” Jawab Nurma.
Dia sengaja mengalihkan pembicaraan agar Alina tak terus mencecar dirinya dengan pertanyaan itu.
Bagaimana mungkin dia akan menceritakan hal sesungguhnya, jika pil KB itu milik dirinya dan selalu di konsumsi agar tak hamil sesuai dengan permintaan Rizal.
“mama jangan aneh-aneh ya sudah tua, kalau ada pacar kenalkan sama Alina” Ucap Alina sebelum keluar dari kamar Nurma.
Brak..!!
Nurma menutup pintu kamarnya dengan kencang, bagaimana dia bisa ceroboh menaruh pil Kb tersebut disana?
“Duh semoga aja Alina gak curiga” Gumam Nurma dan memakai pakaian miliknya.
Dia janjian dengan Rizal yang sudah menunggu dirinya di kota Bandung.
Nurma pergi kesana dengan naik kereta api, tiketnya sudah di pesankan oleh Rizal lewat aplikasi online.
Tugas Rizal di sana sudah selesai, apalagi besok weekend jadi Nurma di suruh menyusulnya kesana.
Harusnya Rizal hari ini kembali pulang ke rumah, tapi dia akan memadu kasih dengan Nurma di luar kota.
“Mama berangkat dulu Lin” Ucap Nurma pada Alina yang duduk di teras.
“Naik apa ma?” Tanya Alina.
“Taksi online tuh udah datang, nanti mama naik bis yang udah di sewa sama teman-teman” Jawab Nurma.
“Oke hati-hati disana” Ucap Alina.
“Iya, kamu jaga diri di rumah jangan lupa semua jendela dan pintu di kunci karena kamu sendirian di rumah” Jawab Nurma.
“Hmm iya ma, lagian mas Rizal malam ini juga pulang kok” Ucap Alina.
“Oh gitu yaudah deh, assalamualikum” Jawab Nurma dan meninggalkan Alina di teras.
“Waalaikumsallam” Lirih Alina.
Tak berapa lama ada panggilan masuk dari Rizal, buru-buru Alina mengangkat panggilan dari suaminya itu.
[halo assalamualaikum mas] Sapa Alina.
[waalaikumsallam, kamu lagi apa sayang?] Tanya Rizal.
[ini lagi duduk di teras mas, menikmati cuaca sore. Kamu udah perjalanan pulang kan?] tanya Alina.
[maaf ya sayang, bukannya mas mengingkari janji tapi besok ada meeting dadakan jadi mas belum bisa pulang hari ini] Jawab Rizal.
[yaah sayang banget mas, padahal aku udah masakin makanan kesukaan kamu loh] Ucap Alina.
[maafin mas ya sayang, mas janji kalau urusan disini sudah selesai akan langsung pulang. Kamu hati-hati di rumah ya] Jawab Rizal.
[hmm iya mas, assalamualaikum] Ucap Alina dan langsung mematikan panggilan.
“Pasti mama tadi menyusul mas Rizal ke Bandung” Gumam Alina.
Mengingat Nurma dia jadi ingat barang di atas lemari sang mama, buru-buru dia masuk ke dalam rumah.
Tak lupa Alina mengunci pintu rumah terlebih dahulu sebelum melaksanakan aksinya.
Dengan membawa kursi yang ada di meja makan, dengan langkah pasti Alina mulai naik di atas kursi dan menarik kotak tersebut.
“Duh berdebu banget sih, apa mama lupa naruh kotak ini disini” Gerutu Alina dan mulai membuka kotak tersebut.
Mata Alina seketika melotot dengan apa yang di lihatnya kali ini, sertifikat rumah yang dia cari dan juga perhiasan yang cukup banyak ada disana beserta surat-suratnya.
“Ini milikku yang di wariskan ayah dan ibu” Gumam Alina.
Lantas dia segera mengambil kotak tersebut dan di bawa ke kamarnya.
Tanpa berlama-lama Alina memindahkan seluruh perhiasan itu di tas miliknya beserta sertifikat rumah.
Tak lupa Alina mengabari Irma kalau dia akan pergi ke rumahnya sore ini.
[Ir, gue mau ke rumah lu] Tulis Alina.
[oke datang aja, jangan lupa bawain martabak ya pengen banget nih] Balas Irma.
Alina hanya membalas dengan emotikon jempol pada pesan yang dikirim oleh Irma.
Lantas dia segera mengembalikan kotak tersebut di tempat asalnya.
“Apa Nurma itu lupa kalau naruh barang ini disini, kok bisa dia tadi nyuruh aku ngambilin kopernya” Gumam Alina dan menaruh kembali kotak tersebut.
Alina sudah bertekad akan menggugat Rizal ke pengadilan karena bukti sudah lengkap dan juga semua hak miliknya sudah berada di tangan.
🙏🙏👍👍👍