Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Bab 14
Orang-orang di dalam lift menjadi terdiam seketika.
Yumna Ferguso dan Zachry Shah baru saja mengejek Rangga, namun mereka berdua terkejut melihat Rangga menekan tombol lantai paling atas. Mereka mengedipkan mata, memastikan mereka tidak salah melihat.
Lalu, mulut mereka terbuka secara tidak sadar. Matanya pun melebar sebesar-besarnya, karena begitu terkejut.
Tujuan Rangga adalah lantai tertinggi di Hotel Marquess, dan tempat itu tidak terbuka untuk umum. Tempat itu hanya dibuka bagi beberapa orang yang punya latar belakang kuat — mereka adalah orang-orang paling elite di Kota Veluna.
Beberapa saat kemudian, lift berhenti dan pintunya terbuka. Di depan pintu, dua pelayan cantik tersenyum padanya.
“Selamat datang di lantai sepuluh Hotel Marquess!”
Melihat mereka berempat sedikit lamban, Rangga langsung tersenyum dan berkata, “Kalian tidak keluar dari lift?”
Empat orang itu masih tertegun, dan Zachry bahkan menelan ludahnya secara tidak sadar.
Rafael Voss segera berkata, “Sepertinya semenjak kemarin, kamu telah meninggalkan kesan yang dalam pada Selena Ruslan, sehingga dia memperkenalkanmu kepada orang lain.”
Yang dia maksud adalah Rangga berhak ke sini hanya karena disuruh oleh atasannya, dan orang yang mempekerjakannya pasti dari kalangan atas di Kota Veluna.
“Apakah kamu benar-benar memutuskan untuk mengandalkan wanita di masa depan?” ekspresi Liana Hale berubah sedikit.
“Tampaknya wanita kaya ini tidak memiliki selera yang bagus. Masa sukanya pada pria yang seperti kamu,” Yumna, sahabat Liana, mencibir.
Rangga mengangkat alisnya dan berkata dengan suara rendah, “Mana yang lebih menjijikkan, menjadi gigolo atau menjadi gundik?”
“Apa maksudmu? Beraninya kamu berbicara denganku seperti ini?” wajah Liana langsung menjadi kesal.
Memang benar, Rangga tidak pernah berani membantahnya dalam tiga tahun terakhir. Pria itu tidak pernah berkata seperti itu padanya.
Menindas seseorang dalam waktu yang lama akan menjadi suatu kebiasaan. Ketika suatu saat orang tersebut tiba-tiba mulai melawan, tentu saja Liana menjadi marah.
“Sudah waktunya bagi kalian untuk keluar dari lift,” pria itu memandang mereka dan berkata dengan tenang.
Rafael memandang Rangga dan mencibir, “Huh, kamu bisa datang ke tempat ini juga karena orang lain, apa yang kamu sombongkan? Kamu pun tidak mampu membayar biaya makan di sini dengan uang sendiri.”
Setelah itu, mereka berempat berjalan keluar dari lift.
Ya, dari awal sampai akhir, mereka tidak percaya bahwa Rangga bisa datang ke tempat ini dengan kemampuannya sendiri.
Ketika pintu lift ditutup, Yumna memaki, “Pria ini, dia berani membantah setelah menceraikanmu.”
Wajah Liana pun masih terlihat marah. Dia sangat kesal dengan sikap Rangga padanya sebelumnya.
Dan hal yang paling membuatnya kesal yaitu, sepertinya hidup Rangga lebih baik daripadanya setelah mereka cerai. Dia datang ke Hotel Marquess sebanyak dua kali, dan bahkan dia berhak pergi ke lantai teratas pada kali ini.
Rafael menepuk tangannya dengan pelan, lalu berkata, “Jangan marah, tidak usah peduli dengan pria berengsek seperti dia. Dia pun menumpang orang lain untuk datang ke lantai teratas.”
Liana menggigit bibirnya, lalu bertanya, “Sayangku, bisakah kita makan di lantai teratas juga?”
Rafael tidak bisa mengatakan apa pun lagi.
Rangga tidak tahu reaksi mereka, juga tidak tertarik untuk mengetahui hal seperti itu. Setelah ingatannya terpulih, cara pandangnya sudah lama berbeda.
Jika ingatannya belum terpulih, mungkin reaksinya saat menemui orang-orang kaya tidak berbeda jauh dengan Noah.
Lift berhenti di lantai atas dan pintu lift terbuka. Di depan pintu, seorang pelayan wanita cantik berdiri di sana. Setelah melihat Rangga, dia tersenyum profesional dan membungkuk.
“Halo Pak Rangga, Pak Barney Syam sudah lama menunggu. Silakan ikut denganku!” kata pelayan wanita itu.
Saat dia berkata, dia membungkuk dan memberi isyarat tangan.
Rangga tidak sengaja melihat secercah pemandangan di dadanya, postur tubuhnya sangat bagus.
Dia pura-pura batuk, lalu membuang muka dan berjalan ke depan.
Tak lama kemudian, mereka sampai di dalam sebuah ruangan. Setelah pintu dibuka, dua orang sedang duduk di dalam ruangan tersebut. Selain Barney Syam, Windy Syam juga ada di dalamnya.
Windy terkejut sesaat ketika melihat pria itu masuk, lalu ekspresi penasaran muncul di wajah.
Ya, sejak kecil, dia belum pernah melihat ayahnya begitu menghormati seseorang. Bahkan ayahnya tidak pernah berlutut pada orang terkaya tertinggi di negara Aerion.
Tapi dia mengingat dengan jelas, ekspresi kegembiraan ayahnya saat melihat Rangga kemarin.
Tidak menyangka, ternyata pria ini masih sangat muda.
“Zero ...,” Barney baru saja bersiap untuk berbicara.
Rangga segera berkata, “Panggil saja aku Rangga.”
Dalam pertemuan terakhir mereka, Rangga sedang dalam misi. Orang-orang yang bersamanya pada waktu itu memanggilnya Zero. Maka itu, Barney tidak tahu nama aslinya Rangga.
“Oke, Rangga,” Barney tiba-tiba berdiri dan hendak untuk berlutut lagi.
Rangga dengan cepat menahannya dan berkata, “Paman Barney tidak harus seperti ini. Itu adalah misi yang seharusnya aku lakukan untuk menyelamatkanmu. Paman tidak perlu khawatir tentang hal ini.”
“Jika bukan karena kamu, aku pasti sudah mati saat itu,” Barney sangat gembira ketika dia mendengar bahwa Rangga menyebut dirinya paman.
“Ini adalah tugasku,” pria muda itu tersenyum tenang.
Barney berdiri kembali dan berkata, “Silakan duduk, Rangga!”
Rangga tersenyum dan mencari tempat untuk duduk. Barney segera berkata lagi, “Aku akan memperkenalkanmu, ini putriku Windy Syam. Windy, ini adalah …”
“Aku tahu, dia adalah Rangga, pacar Kak Selena, aku sudah bertemu dengannya kemarin,” kata Windy.
Dilihat dari cara panggilnya, Windy sepertinya mengenal Selena dan memiliki hubungan yang baik dengannya.
“Jangan bersikap tidak sopan, dia adalah penyelamat ayahmu,” pria tua itu berkata dengan tegas.
Wajah Windy langsung cemberut, dia tidak terlalu memperhatikan kata-kata ayahnya.
Sikap anaknya membuat Barney sedikit kesal, namun Rangga segera berkata, “Paman Barney, tidak apa-apa. Santai saja, tidak harus terlalu formal. Dan sebenarnya, aku bukan kekasihnya Selena. Aku hanya berpura-pura menjadi pacarnya, karena Selena tidak ingin pria-pria mengganggunya.”
“Kalau begitu, Kak Selena benar mengupahimu saja?” mata Windy terlihat licik.
“Boleh juga kalau kamu berpikir seperti itu,” kata Rangga.
Namun pada saat ini, mata Barney berbinar-binar dan dia bertanya lekas, “Berarti kamu masih lajang sekarang? Apa pendapatmu tentang Windy? Putriku masih lajang juga, maukah kalian coba berpacaran?”
“Ayah!” wajah Windy langsung memerah setelah mendengarkan perkataan ayahnya.
Rangga pun terkejut dengan pertanyaan ini.
Barney Syam ini kenapa begitu ingin anaknya menikah? Setiap pria lajang ditanyakan hal seperti itu.
Rangga berpura-pura batuk, lalu mengubah topik pembicaraan, “Kita makan dulu saja.”
Barney baru menyadari saat ini, dia segera berkata pada orang yang berada di luar pintu, “Tolong sajikan hidangan.”
Tidak lama kemudian, hidangan-hidangan telah diletakkan di meja makan.
“Rangga, sepertinya kamu ada konflik dengan seseorang?” tanya Barney.
“Aku tahu tentang ini, Zachry sudah lama menyukai Kak Selena, dan dia pasti tidak senang ketika melihat Rangga muncul sebagai pacar barunya Kak Selena kemarin,” Windy berkata dengan cepat.
Barney menyipitkan matanya, “Anak-anak kaya seperti dia, rata-rata pesolek semua, perlukah aku menegurnya untukmu?”
Rangga menggeleng kepala, “Tidak usah khawatir tentang itu.”
Barney mengangguk, dia tahu dengan jelas betapa menyeramkannya pria ini. Si Zachry bukan siapa-siapa di depannya.
“Kalau kamu membutuhkan bantuan di Kota Veluna, jangan lupa memberi tahu aku,” Barney berkata lagi, “Aku pasti akan membantu dengan sekuat tenagaku.”
Rangga terdiam sebentar, kemudian berkata padanya, “Sebenarnya, aku memang memiliki suatu hal yang perlu merepotkanmu.”
Bersambung