Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Itu
Tuan Ling Yuan baru saja hendak mengayunkan rotan ke tubuh Jian Li, seorang tamu tidak terduga muncul. Tuan Ling Yuan terkejut saat melihat kasim dari istana Donghai yang menyapa dengan hormat. Sebagai pejabat istana Nanshu yang kerap menerima kunjungan dari berbagai kerajaan, Tuan Ling Yuan mengenali kasim itu dengan baik.
Di belakang kasim, tampak pengawal pribadi Jian Li bersama beberapa prajurit. Mata Jian Li dan pengawalnya bersirobok. Pengawal itu mengangguk, memberi isyarat bahwa ia yang telah mengatur semua ini. Jian Li membalas dengan sorot mata penuh terima kasih.
Tuan Ling Yuan yang semula diselimuti amarah, kini berubah ramah. Baginya, kedatangan utusan dari istana kerajaan adalah sebuah kehormatan. Namun, ia masih diliputi kebingungan, mengapa kasim dari istana Donghai datang kemari?
Sebelum Tuan Ling Yuan sempat bertanya, kasim itu langsung menjelaskan maksud kedatangannya. "Mohon maaf telah mengganggu kenyamanan keluarga Ling. Hamba datang atas perintah Kaisar untuk menjemput putra mahkota Jian Li kembali ke istana."
Tangan Tuan Ling Yuan yang memegang rotan bergetar, lalu jatuh ke sisi tubuhnya. Napasnya tercekat di tenggorokan. Putra mahkota? Anak yang hendak ia pukul ternyata adalah putra mahkota Kerajaan Donghai. Wajar jika ia tidak mengenali Jian Li, karena Jian Li tidak seperti pangeran lain yang kerap muncul di depan publik.
Sambil menyeringai kaku, Tuan Ling Yuan menoleh ke arah Jian Li. "Tuan muda mahkota Jian Li, ehehehe, maafkan kesalahpahaman yang terjadi."
Melihat ayahnya menciut, Ling Xi tidak bisa berkata-kata.
Jian Li tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Tuan Ling. Saya juga yang bersalah karena tidak mematuhi peraturan. Saya hanya berbincang dari hati ke hati dengan Ling Xi, karena ada sesuatu yang harus diluruskan."
"Ah, begitu. Kalau begitu, silakan lanjutkan jika belum selesai. Maaf sudah mengganggu perbincangan kalian."
"Sudah selesai. Lagipula saya harus kembali ke istana."
Kasim pun berkata, "Tuan Ling Yuan, terima kasih banyak telah menerima dan menjaga putra mahkota dengan baik. Kami mohon pamit kembali ke istana. Salam untuk seluruh rakyat istana Nanshu."
Jian Li membungkuk hormat kepada Ling Yuan. Begitu pula kasim dan para prajurit. Setelahnya, mereka semua undur diri, melangkah pergi meninggalkan halaman keluarga Ling.
Tuan Ling Yuan berdiri terpaku memandangi punggung Jian Li hingga menghilang dari pandangan. Wajahnya terlihat begitu cemas.
"Ling Xi, kenapa kau tidak bilang kepada ayah kalau Jian Li adalah putra mahkota Kerajaan Donghai?!"
Tadi marah, sekarang takut. Dasar ayah yang terlalu takut dengan istana!
"Ayah, aku mengantuk sekali." Ling Xi menguap, lalu berlalu menutup pintu, meninggalkan Tuan Ling Yuan yang menuntut jawaban Ling Xi.
Sementara itu, Jian Li yang sedang berada di dalam kereta perjalanan menuju istana, meneruskan kesedihannya atas ucapan Ling Xi yang tidak mau lagi kembali padanya. Dia sadar sudah menyakiti wanita itu terlalu dalam, tapi dia juga tidak mau sampai kehilangan.
Ia banyak meminum arak hingga mabuk sambil menuangkan kerisauannya kepada sang pengawal kepercayaan.
Tercetuslah sebuah analisa dan saran dari pengawal tersebut. "Tuan Muda mahkota, bukankah persiapan tunangan yang diperintahkan tempo hari tidak di hentikan dan masih berlanjut," Seru sang pengawal. Jian Li menoleh, meneguk sekali lagi araknya.
"Benar. Tidak dihentikan karena aku kan mau nikah sama Ling Xi, aku mau lamar dia."
Kemudian Jian Li dan pengawalnya saling bertatapan, hanya begitu saja, mereka tertawa bersama karena sudah tahu apa yang harus dilakukan esok hari.
...****...
Pagi hari di kediaman Ling.
"Bu, kita tidak bisa terus-menerus kalah seperti ini dari Ling Xi. Kita harus melakukan sesuatu," desak Xiu Ying. Wajahnya penuh prustasi
"Ibu sudah memikirkan itu dari jauh-jauh hari. Kita hanya bisa memanfaatkan celah, dan sampai sekarang ibu belum menemukannya. Tidak ada kelemahan dia yang bisa kita pakai jadi senjata." Ia menghela napas, "Kau juga harus bantu pikir caranya."
"Apa Ayah tidak bisa lagi Ibu pengaruhi?"
Nyonya Luo menggeleng getir. Sejak Ling Xi membongkar sifat manipulatifnya, suaminya, Tuan Ling Yuan telah berubah. Hukuman yang ia terima bukanlah cambukan atau pengasingan, tetapi sesuatu yang lebih menyakitkan baginya. Meskipun fasilitas dan gelarnya sebagai nyonya rumah tetap ada, kasih sayang dan perhatian Tuan Ling Yuan kini tidak lagi ia dapatkan. Hukuman itu jauh lebih berat daripada hukuman fisik mana pun.
Di tengah keheningan yang dipenuhi rencana licik mereka, terdengar suara keramaian di luar gerbang.
Tuan Ling Yuan dengan sukacita menyambut rombongan prajurit istana yang datang. Di depan semua orang, seorang juru bicara dengan lantang membacakan dekret dari Kaisar Donghai.
"Dengan hormat, atas nama Kaisar Donghai, kami menyampaikan dekret ini kepada Tuan Ling Yuan, kepala keluarga Ling. Telah diputuskan bahwa Yang Mulia Kaisar akan datang berkunjung ke kediaman Ling. Kunjungan ini bertujuan untuk melamar salah satu putri Tuan Ling Yuan untuk dijadikan pendamping hidup bagi putra mahkota. Dengan pernikahan ini, ikatan antara istana dan keluarga Ling akan semakin erat, membawa kehormatan dan kemakmuran bagi kedua belah pihak. Bersiaplah untuk menyambut kedatangan Yang Mulia Kaisar."
Wajah Tuan Ling Yuan berseri-seri, sementara Nyonya Luo dan Xiu Ying saling pandang. Sebuah senyum licik terukir di bibir Xiu Ying. Mereka tidak menyangka bahwa celah yang mereka cari, datang begitu saja. Sebuah jalan untuk mengalahkan Ling Xi terbuka lebar.
"Kau dengar itu, Ying'er? Kaisar Donghai sendiri yang datang melamar salah satu putri ayahmu," bisiknya, penuh keyakinan. "Ini sudah pasti kau yang dipilih. Ingat, kau harus tampil secantik dan seanggun mungkin. Pikat putra mahkota. Jian Li tak perlu kau hiraukan lagi jika ia datang. Buang-buang waktu saja meladeni laki-laki tak jelas seperti dia."
"Ibu benar," balas Xiu Ying, angkuh. "Aku pun tidak sudi lagi meladeninya. Dia tidak selevel denganku. Hanya Ling Xi si bodoh itu saja yang mau dengannya. Pasangan hidupku minimal harus seorang pangeran, dan kalau bisa putra mahkota, agar aku bisa menjadi permaisuri."
Keduanya tersenyum puas, sama sekali tidak menyadari kejadian malam itu ketika Jian Li dijemput oleh seorang kasim dari istana. Mereka terlalu larut dalam mimpi akan kekuasaan.
Pengawal Jian Li yang ikut rombongan sengaja ingin menguntit lebih dalam Xiu Ying dan nyonya Luo ternyata sifat mereka sangat menjijikkan. Si pengawal juga merutuki kebodohannya, kenapa dulu yang ia waspadai selalu Ling Xi, bukan Xiu Ying. Cih, memalukan sekali sudah melindungi orang yang salah.
Percaya diri sekali kau, Nona. Putra mahkota Jian Li tidak sudi memilihmu. Batinnya.
Sementara itu, Ling Xi yang juga turut menyaksikan dekret dibacakan, Lantas waspada. Bukan kege'eran, malam itu Jian Li menangis memohon padanya agar kembali, jadi dia merasa ini adalah jebakan untuknya. Tapi dia mau konfirmasi ke ayahnya dulu, barangkali Tuan Ling Yuan sudah tahu dirinya atau Xiu Ying yang hendak dilamar. Mengingat Tuan Ling Yuan orangnya jujur meski menyakitkan.
"Ayah, aku mau bicara," kata Ling Xi, menghampiri Tuan Ling Yuan yang berjalan menjauh dari keramaian.
Namun Tuan Ling Yuan justru melihatnya sebagai kesempatan membalas Ling Xi semalam. Ia berpura-pura menguap lebar, "Xi'er, ayah mengantuk sekali."
"Ayah, tidak mungkin pagi-pagi begini ayah mengantuk, bukankah ayah harus pergi ke istana Nanshu." sanggah Ling Xi.
Tuan Ling Yuan hanya menatapnya dengan pandangan mengejek, lalu berbalik dan pergi begitu saja.
"Ayah! Tunggu!"
.
.
Bersambung.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit