Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 24. Wanita itu
Dalam perjalanan itu sesekali Laura masih meraba-raba perutnya sambil merabal do'a. Untungnya ada apotik yang tak jauh dari sana, segeralah Laura berbelok masuk dan memarkirkan mobil didepan apotik tersebut.
Ia hendak keluar, baru saja membuka pintu lalu melangkahkan kaki kanannya menginjak aspal dan tiba-tiba cairan hangat keluar dari miliknya.
Sungguh sial. Laura terpaku sesaat, nafasnya tertahan. Ia sampai memejamkan mata tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Ia kembali masuk kedalam mobil, terdiam dengan kedua tangan mengepal kuat. Ia merasa takdir sedang mempermainkannya.
Kedua matanya berkaca-kaca, tanpa bicara sedikitpun Laura menyalakan mesin mobil, menancap gas lalu kembali kerumah.
Terlihat jelas dari raut wajahnya yang sedang menahan emosi, tapi siapa yang berhak disalahkan? Dia marah pun tapi tak bisa berbuat apa-apa.
"Apa aku masih kurang berusaha ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Kenapa coba belum berhasil? Aku udah berusaha ngontrol fikiran, Tidur teratur, makan makanan sehat tapi kok belum berhasil juga?"
"Atau masalahnya ada di mas Brian?"
Semua itu tiba-tiba muncul dalam benaknya.
Saat tiba dirumahnya Laura dengan amarah melempar tas selempangnya diatas kasur sambil mengerang.
"Kenapa? Kenapa tuhan? Apa yang salah sama rahimku?" Geramnya sambil mengacak-ngacak rambut.
Air mata sudah bergenangan dipelupuk matanya, Laura menengadah ia tak membiarkan dirinya menangis lagi kali ini.
Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis karena masalah ini lagi.
Ting tong....
Suara bell memecah keheningan rumah, alis Laura berkerut matanya menatap curiga kearah pintu. Dia tidak menunggu siapapun hari ini, lantas siapa yang memencet bell rumahnya?
Ia segera keluar untuk melihat orang itu, saat mengintip lewat jendela, matanya seketika melebar, tanpa sadar mulutnya sedikit menganga.
Laura kaget, "Itu... Itu bukannya perempuan yang ada di rumah sakit? Yang mas Brian temani diruang bersalin? Mau apa dia kesini?"
Deg... Jantungnya berdegub kencang, bola matanya mengeliling, ia tak tau harus bagaimana.
Laura berfikir ingin segera pergi kekamar untuk sembunyi tapi di lain sisi ia penasaran dengan perempuan itu.
"Aku harus gimana sekarang? Ahh tau deh... Buka aja dulu!" Gumamnya sembari mengatur nafas dan mencoba bersikap biasa saja.
Clekkk...
Ia membuka pintu, tersenyum padanya. Tampak wanita itu membawa dua koper sambil menggendong bayinya yang terlelap.
Rambut wanita itu acak-acakan seperti orang yang tidak pernah menyisir rambutnya selama beberapa hari, bahkan wajahnya kemerahan sepertinya karena terlalu lama terpapar sinar matahari.
"Iya! Maaf, cari siapa ya?" Tanya Laura.
"Ehm... Ini benar kan, rumahnya mas Brian?"
Laura mengangguk pelan, "iya betul... Mbak siapa ya?"
"Mas briannya ada?"
Tanpa menjawab pertanyaan Laura, Wanita itu langsung mencari Brian yang membuat Laura mengerutkan alisnya.
"Aku istrinya, ada keperluan apa cari suamiku?"
"Ehh begini, apa boleh aku masuk dulu?! Bayiku kehausan mbak! Dia butuh minum.... "
Dengan lancangnya wanita itu hendak berjalan masuk melewati pintu, tapi dengan cepat Laura menghadang.
"Ehh... Tunggu dulu mbak, mbak belum jawab pertanyaan aku lohh...."
"Mbak... Please, lihat anak aku, apa mbak nggak kasihan lihatnya?"
"Aku nggak mungkin biarin orang yang nggak aku kenal masuk kerumahku mbak! Maaf.... "
"Namaku Mila mbak!"
"Terus kenapa cari mas Brian?"
Eakkk... Eakkk.. Eakkk.....
Tiba-tiba bayi dalam gendongan wanita bernama Mila itu terbangun dan menangis.
"Ushh... Ushhh.. Ushh... Mbak, please bolehin masuk ya? Ini anak aku udah nangis-nangis loh.... Dia kepanasan, kehausan juga.... "
Laura terdiam dengan ragu, ia takut kalau perempuan ini mau melakukan sesuatu di rumahnya.
"Kalau mbak masih nggak mau, ya udah telpon mas Brian aja mbak, kalau aku yang telpon nggak bisa karena hp aku rusak!"
"Kalau begitu tunggu sebentar yah!" Kata Laura.
Ia segera berlari masuk kedalam kamar, mengorek isi tas selempangnya mencari ponsel. Setelah dapat langsung saja ia menelpon Brian.
"Halo mas!"
"Iya, ada apa sayang?"
"Ada perempuan yang cari kamu, terus dia mau masuk kerumah kita"
"Hah, Perempuan? Namanya siapa?"
"Ehm... Siapa ya tadi, kayaknya namanya Mila, mas!"
"Mila? Kalau gitu biarin aja dia masuk, aku segera pulang sekarang!"
Tutt....
Panggilan singkat berakhir begitu saja, bahkan Laura belum sempat berucap 'hati-hati' padanya.
Ia mendengus, menatap lama panggilan itu.
"Sebenarnya siapa perempuan itu?" Tanya Laura namun saat ini tidak ada yang mau memberi jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Ia keluar dan ternyata wanita itu sudah masuk kedalam ruang tamu sambil mondar-mandir disamping sofa mencoba menenangkan bayinya yang masih rewel.
"Ushh... Ushh... Sayang... Udah dong! Jangan nangis lagi!"
Melihat kedatangan Laura, Mila langsung berkata, "Gimana? Pasti mas Brian langsung suruh aku masuk kan? Terus mas Brian udah mau pulang kan?"
Laura tertegun mendengar pertanyaan itu, ia hanya mengangguk pelan mengiyakan wanita itu.