Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 [ Akankah Pertahanan Arvan akan kuat ? ]
Makan malam telah disiapkan, sudah ada berbagai menu yang sangat lezat, disana pula sudah ada Arvan, Nenek, Cantika dan juga Lala, namun kali ini yang membuat suasana berbeda posisi Alexa yang telah tergantikan oleh Tyara.
"Apa Nenek tau? Cantika sangat bahagia Tante Kyara bisa tinggal bersama kami, sejak ada Tante Kyara, Cantika dan Lala jadi memiliki teman dan tidak bosan di Rumah,"ujar Cantika menyuarakan pendapatnya.
"Tak hanya kamu sayang ...tapi Nenek sendiri juga sangat bahagia disini ada Tante Kyara,"balas Nenek ikut memuji Kyara-Tyara, Tyara sendiri hanya mampu tersenyum.
"Alangkah baiknya nenek jangan semudah itu berfikir Kyara wanita yang baik, bisa saja dia baik karena ada maksud lain kan?"seru Arvan yang menimpali.
"Tidak peduli apa pendapat kamu, karena niatku aku tidak memiliki niat jahat seperti yang kamu pikirkan, sebaliknya kadang hubungan yang kelihatannya harmonis itu juga belum tentu kenyataanya hubungan itu baik kan?"
Berganti ekpresi menajam Arvan terpaut kearah Tyara.
"Apa maksudmu?"seru Arvan serasa tak terima.
"Aku sering melihat banyak hubungan rumah tangga hanya didepannya saja yang harmonis, tapi dibelakang hubungan itu tidak se'harmonis itu? Bahkan ada juga yang sudah menikah lama, tapi ia masih tak dianggap! Aku bercerita karena ini murni temanku yang mengalami,"ujar Kyara mencoba mencari alasan.
"Apa dia menyindirku? Tapi darimana ia tau kalau hubungan rumah tanggaku bersama Alexa juga hanya terlihat baik didepan, tapi dibelakang malah sebaliknya?"batin Arvan terheran-heran.
Sedikit tak percaya, tapi Arvan yakin Kyara bukanlah wanita yang gampang dibodohi.
"Alangkah baiknya kita jangan banyak ngobrol nanti takutnya menganggu aktifitas makan kita,"tutur Nenek.
Mereka lalu kembali fokus menikmati menu makan malam yang telah disiapkan, jika Nenek dan kedua anak perempuan menikmatinya, tidak dengan Arvan dan juga Kyara tatapan keduanya kian menajam seakan-akan ingin saling menyerang, tiba-tiba ...
"Wanita ini sudah kehilangan akal! Bahkan dihadapan nenek ia berani menggodaku dengan cara menjijikkan seperti ini?"batin Arvan tak suka, ekpresinya berubah kecut sadar kaki Tyara dengan beraninya memainkan dan mengelus kakinya.
Suara keras terdengar dan mengejutkan Nenek detik itu juga ketika Arvan meletakkan sendok di piringnya dengan kerasnya.
"Kenapa Van?"tanya Nenek.
"Aku sudah kenyang, aku masuk dulu."
Membuang muka tajamnya kearah Tyara, Tyara berpura-pura tak mengerti padahal ia paham kegelisahan apa yang dialami Arvan saat ini.
"Ada apa dengan anak itu? Biasanya ia paling lama ketika sedang makan?"heran Nenek.
"Baiklah berhubung Bibik hari ini pulang cepat, biar Kyara yang mencucinya,"kata Kyara.
"Baiklah, nanti Selesai mencuci temui Nenek dikamar mereka ya?"
"Iya Nek."
Merapikan piring-piring kotor yang hendak ia bawa ke dapur, melihat langkah kaki Nenek berserta anak-anak memasuki kamar pribadi si kecil, nampak jelas senyuman licik amat terpancar diwajah cantik Tyara.
Berjalan menuju ke dapur, selesai mencuci piring-piring kotor tatapan Tyara memandang arah dimana ada Arvan disana.
"Ngapain kamu disini?"tegur Arvan seketika membuang muka dan melayangkan tatapan tak suka terhadap Kyara.
"Kenapa kamu jadi panik gini? Apa kamu sungguh cemas ataukah ada hal lain yang kamu takutkan?"
Lagi-lagi Tyara memainkan rayuannya, belum ada balasan yang diterima, cengkraman tangannya diraih oleh Arvan, dipojokkan hingga tubuh Tyara mentok tembok, dicengkeram pura rahang Tyara dengan kasar entah apa tindakan Arvan kali ini akan membuat Tyara semakin takut, ataukah malah semakin tertantang.
"Ini peringatan, aku paling tidak suka sama yang namanya pelakor! Berani merusak rumah tanggaku maka tau sendiri resiko besar apa yang akan kau dapatkan, kau paham!"ancam Arvan.
"Kamu tidak perlu menyembunyikan terlalu lama, akan betapa tertekannya rumah tangga yang kau jalani,"
"Apa maksudmu?"tegas Arvan.
"Jika kebanyakan suami akan sangat mencintai Istrinya, aku tau sebaliknya itu tidak ada didalam dirimu kan? Kamu tidak pernah mencintainya kan?"
"Apa urusanmu? Apa anda berani se'lancang ini ikut campur urusan pribadiku?"tegur Arvan yang kian memanas, wajahnya memerah tanda jika ia sangat tak suka kehidupan pribadinya ada seseorang yang dengan beraninya telah diusik.
Alih-alih merasa takut atas ancaman Arvan, kini Tyara tambah kian berani, tangannya mulai nakal membel4i dada kekar Arvan, hal ini bukan sekali terjadi, tapi sudah kedua kalinya, diusap perlahan hingga sampai pada bibir Arvan lelaki itu dengan sigap menangkap, mencengkram tangan sang Wanita.
"Anda terlalu lancang! Apa seperti ini caramu mengoda setiap lelaki yang kau incar hanya demi uang? Anda sungguh berani keluar batas?"
"Aku tau kelemahan setiap lelaki ada pada pertahannya, jika pertahannya kokoh bisa diyakini ia tidak akan mungkin tergoda, tapi jika sebaliknya pertahanan itu roboh, besar kemungkinan hubungan terlarang itu terjadi ya kan? Apalagi jika kedua pihak sama-sama saling mencintai? Apa mungkin kamu tidak memiliki keinginan itu terhadapku? Sungguh tidak menginginkanku?"
"Stop! Ini terakhir kalinya aku menegaskan pada anda! Berani berulah kembali anda akan sangat menyesal!"
"Tapi sepertinya tidak akan ada penyesalan dalam diriku?"
"Wanita itu sudah sangat lancang dan aku sudah menduga dia bukanlah wanita baik-baik aku harus berbuat sesuatu,"batin Arvan tak henti-hentinya memberikan tatapan amat tak mengenakkan.
"Apakah kamu memikirkan cara agar aku pergi dari sini?"
"Hal yang perlu kau ketahui prioritas utamaku adalah Keluarga, kau salah jika kau sangat yakin aku akan terjerat akan rayuanmu, kalaupun kau sampai menunjukkan ket3lanjanganmu di hadapanku, aku tegaskan aku tidak akan pernah tersentuh oleh jeratan mu ...paham!"
"Tapi sepertinya kata-kata itu hanyalah omong kosong!"
"Apa maksudmu?"
"Ini buktinya."
Satu kecupan dengan lancangnya Tyara layangkan tepat mengenai bibir Arvan, sekejap lelaki itu berkedip, tak mempercayai seberani dan senekat ini Wanita ini mengejarnya.
"Berani anda mencium ku?"
"Jika hanya sekedar mencium itu hal biasa, bahkan kalau lebih akupun bersedia, tapi sekarang belum waktunya sayang ...."
Ditepuk-tepuk pipi Arvan, dengan gampangnya Tyara pergi seolah-olah tak ada hal yang terjadi.
"Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama ... secepat mungkin aku harus berbuat sesuatu,"batin Arvan.
Keluarnya Tyara dari ruangan Arvan, sambil berfikir Tyara tak percaya apa yang menghasutnya tiba-tiba bisa memberikan kecupan terhadap Arvan.
"Apa kamu sudah gila? Bukankah niatmu hanya bermaksud mengoda? Tapi kenapa malah kamu menciumnya? Kamu sudah kehabisan akal!"batinnya sambil mengumpat.
..... ......... Bersambung ..................