NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:433.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Camping

Ruby sudah merencanakan bahwa dirinya akan menghabiskan waktunya seharian di rumah ini. Sayangnya ia tidak bisa. Sena menelponnya dan mengingatkan dia kalau mereka akan pergi camping yang di adakan oleh perusahaan Ha joon. Agencynya juga memaksa dia harus pergi.

Sebenarnya Ruby bisa menolak dengan alasan dirinya baru keluar dari rumah sakit akibat kecelakaan semalam. Tapi kondisi tubuhnya sudah tidak apa-apa. Rasanya tidak enak dia membohongi mereka.

Dengan malas, Rubi mengemasi beberapa pakaian ke dalam ranselnya. Lututnya masih terasa sedikit sakit, bekas benturan semalam belum sepenuhnya hilang. Tapi ia tahu, Sena tidak akan berhenti mengganggunya jika ia tidak muncul di acara camping itu. Terlebih lagi, acara itu disponsori langsung oleh Ha Joon. Ia menghela napas berat.

"Kenapa harus sekarang, sih …" gumamnya, menatap bayangan dirinya di cermin. Mata itu masih terlihat lelah. Tapi ia tak punya pilihan. Agensinya menekankan pentingnya menjaga citra baik agar bisa terus bekerja sama dengan perusahaan milik Ha Joon. Bayaran mereka dapatkan dari hasil kerjasama terbilang fantastis. Apalagi perusahaan itu adalah salah satu perusahaan bergengsi di Ibukota yang memiliki jumlah karyawan sangat banyak. Jelaslah agency Ruby tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan menjalin hubungan baik dengan perusahaan tersebut, terutama pendirinya.

Ruby di jemput oleh Sena dengan mobil pribadi wanita itu. Mereka sudah terlambat untuk ikut bersama karyawan mengenakan bus. Dalam perjalanan menuju lokasi perkemahan, Rubi duduk diam di kursi penumpang. Sena yang mengemudi tampak bersemangat, bercerita panjang lebar soal momen-momen indah yang bisa mereka manfaatkan di sana.

Rubi hanya menanggapi dengan anggukan kecil, pikirannya melayang ke kejadian semalam. Kecelakaan mobil yang hampir saja merenggut nyawanya, Ha Joon, serta sopir taksi itu. Untung Ha Joon cepat mengetahui kalau truk di depan mereka ada masalah, jadi mobil yang mereka naiki itu pun tidak jadi tabrakan dengan truk dan mereka semua hanya mengalami luka ringan.

"Ruby-ah,"

Ruby menoleh ke Sena. Perempuan itu fokus menyetir tetapi sekali-kali melirik ke kiri menatapnya.

"Kau suka Ha Joon?"

Pertanyaan tersebut sontak membuat Ruby kaget. Rubi memalingkan wajah, menatap keluar jendela, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat, namun ia berusaha terlihat tenang.

"Apa maksudmu?" tanyanya pelan.

Sena terkekeh.

"Soalnya aku perhatikan kamu kelihatan aneh setiap kali ada Ha Joon di depanmu.

"Aneh gimana?" Ruby mencoba bersikap tenang, padahal hatinya sudah tak karuan.

Sena melirik sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan.

"Kamu memang pendiam, tapi saat Ha Joon muncul, kamu jadi lebih diam, matamu juga berubah. Kadang seperti wanita yang merindukan orang yang dia sayang, kadang seperti … menyimpan sesuatu."

Ruby menunduk, memperhatikan tangannya yang menggenggam ransel di pangkuan. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana bisa ia menjelaskan kalau yang ia rasakan terlalu rumit untuk diceritakan? Dia juga belum terlalu mengenal Sena. Jadi untuk apa menceritakan masa lalunya bersama Ha Joon?

"Tidak Sena, kau saja yang terlalu banyak berpikir."

"Ayolah Ruby, Ha Joon adalah pria tampan yang punya segalanya. Wajar kalau banyak perempuan suka sama dia. Kalau kamu suka, aku bisa meminta bantuan Jae-min membuat kalian berdua dekat. Malam itu Ha Joon juga membela kamu dari perempuan yang menghina kampung halamanmu kan? Kalian pasti tidak sulit dekat. Aku juga lihat mata Ha Joon saat menatapnya. Sepertinya dia juga menyukaimu."

Ruby tersenyum tipis, meski matanya tidak benar-benar ikut tersenyum.

"Jangan terlalu cepat menyimpulkan, Sena," ucapnya pelan.

Sena mendesah, tapi tak memaksa. Suasana dalam mobil kembali hening, hanya diisi alunan musik dari radio. Ruby menyandarkan kepala ke jendela, membiarkan pemandangan berganti-ganti di hadapannya. Tapi pikirannya tertahan pada nama yang barusan disebut, Ha Joon.

Apa Ha Joon akan datang? Tidak.

Mungkin tidak setelah kecelakaan semalam. Sekitar satu jam perjalanan, mereka pun sampai di sebuah tempat yang cukup berhutan.

Ada banyak sekali pepohonan berdiri rapat, seolah menyambut kedatangan mereka. Udara di sana jauh lebih sejuk dibandingkan kota, menyegarkan paru-paru Ruby yang terasa sesak sejak pagi tadi. Di kejauhan, terlihat beberapa tenda besar sudah didirikan, dan karyawan perusahaan Ha Joon tampak sibuk menyiapkan perlengkapan tambahan.

Sena turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Ruby.

"Ayo," ucapnya sambil tersenyum.

Ruby mengangguk dan keluar dari mobil dengan hati-hati. Lututnya masih agak nyeri, tapi ia berusaha tak terlihat lemah. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena alasan yang salah. Beberapa orang menyapa mereka ramah, dan Ruby hanya membalas dengan senyum tipis. 

Baru beberapa langkah menuju area utama perkemahan, langkahnya terhenti. Matanya langsung menangkap sosok yang tak asing berdiri di dekat api unggun yang belum dinyalakan. Tinggi, tegap, dengan jaket hitam dan rambut yang tertiup angin,

Ha Joon.

Laki-laki itu datang juga ternyata. Dia pikir tidak.

Ha Joon pun menoleh seolah tahu dirinya sedang diperhatikan. Tatapan mereka bertemu. Untuk sesaat, dunia seolah berhenti. Tak ada suara, hanya mata mereka yang saling berbicara tanpa kata.

Ruby buru-buru memalingkan wajah. Aduh, dia ketahuan. Ketahuan menatap pria itu diam-diam. Ia melihat Ha Joon berdiri, melangkah ke arahnya. Jantungnya kembali berpacu cepat. Sialan. Kenapa selalu seperti ini kalau ada pria itu?

Ha Joon berhenti sebentar di dekatnya, tetapi tetap menjaga jarak agar tidak ada orang yang curiga.

"Ikut aku." Setelah bicara singkat dengan nada memerintah, lelaki itu melanjutkan langkahnya dengan tubuh tegap.

Rubi sempat terpaku. Kata-kata "ikut aku" masih menggema di telinganya, membuat langkahnya ragu. Untuk Sena tidak berdiri bersamanya dan orang-orang lain sibuk mengatur barang-barang mereka. Di tambah dengan hari yang makin gelap, tidak ada yang melihat interaksi sesaat mereka.

1
Zainab Ddi
keren ruby bales dengan kata2 aja cukup
*Septi*
karena Jin young lebih tau Ruby dari pada kamu...
*Septi*
kalau ha Joon pernah bilang kaya gitu, harusnya sadar diri dari awal
*Septi*
ko kamar pasien?
wiemay
udahlah eun joo
menyerah aja
LB
🤦🤦🤦 Eun joo, makin sakit kan Kamu, makanya nggak usah pancing² ha Joon,nanti keluar lagi kalimat yang lebih kejam,kejang kamu 😒.
pokoknya kamu hanya teman, jangan bertindak terlalu jauh mengurusi rumah tangganya, mengatur hidup ha Joon karena itu bukan ranah mu, ingat itu 😤
Rita
supaya kmu sadar kenyataan bukan ngeyel
Rita
good
Rita
nah lho smkin sakit
Rita
makanya menjauh dr skrg
Rita
dih da tau ha joon cm anggep kmu biasa
Rita
tuh sakit sndri kan berharap kmu terima kenyataan ya
Rita
dengerin resapin jgn ngeyel
Srie Handayantie
kepala batuu, udh dibilanginn baik2 malah kukuh sama pemikiran diri sndiri yg salah itu, yaudh jgn salahkan siapapun nanti kalau hajoon membencimu salah sndiri itu
Dwi Winarni Wina
eun joo keras kepala dan ngeyel bingit berkata ruby wanita jahat dan licik, pernah menyakiti hajoon, eun joo blm mengenal euby dgn baik makanya berkata ruby sangat jahat dan licik...

Ruby dulu menyakiti hajoon ada alasannya dan diancam sm Daniel, eun joo telah menyinggung hajoon menjelek2kan ruby pasti hajoon menjauh dan menjaga jarak sm un joo demi kebaikan bersama....

eun joo lupakan hajoon cukup berteman aja akam lbh baik, carilah pria sangat tulis mencintaimu....
anonim
Eun Joo ini berhati busuk - tidak mengenal Ruby lebih jauh - merasa dirinya yang pantas untuk Ha Joon - mimpi ajah kau Eun Joo
Sri Aminah
Ruby diem aja gak bercerita ke Ha Joon yg sebenarnya
anonim
mamfuuuuusss kau Eun Joo diputus sebagai temannya Ha Joon - mang enak - rasakan tuh akibat hatimu yang tidak baik - akhlakmu minus - menyalahkan Ruby - menilai Ruby negatif dengan harapan Ha Joon berpaling dari Ruby - harapanmu seperti pepesan kosong- Eun Joo
Dwi Winarni Wina
Baguslah hajoon bertindak tegas sm eun joo, biar gak mengharapkanmu lagi hanya ruby sangat dicintai hajoon...
Selama ini persahabatan hajoon sm eun joo disalah artikan, diam-diam eun joo menyukai hajoon...

eun joo merusak persahabatannya dgn kata-kata cinta, pdhal selama ini hajoon anggap eun joo sahabat baiknya saling mengerti...

Rasakan eun joo hajoon menjauh darimu demi kebaikan bersama....
nyaks 💜
semakin kau menjatuhkan Rubby,,malah kau yg makin terlihat jahat Eun joo...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!