NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Menyembunyikan Anakku Dari Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Cerai / Janda / Duda / Cintapertama
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Alina harus menerima kenyataan kalau dirinya kini sudah bercerai dengan suaminya di usia yang masih sama-sama muda, Revan. Selama menikah pria itu tidak pernah bersikap hangat ataupun mencintai Alina, karena di hatinya hanya ada Devi, sang kekasih.

Revan sangat muak dengan perjodohan yang dijalaninya sampai akhirnya memutuskan untuk menceraikan Alina.

Ternyata tak lama setelah bercerai. Alina hamil, saat dia dan ibunya ingin memberitahu Revan, Alina melihat pemandangan yang menyakitkan yang akhirnya memutuskan dia untuk pergi sejauh-jauhnya dari hidup pria itu.

Dan mereka akan bertemu nanti di perusahaan tempat Alina bekerja yang ternyata adalah direktur barunya itu mantan suaminya.

Alina bertemu dengan mantan suaminya dengan mereka yang sudah menjalin hubungan dengan pasangan mereka.

Tapi apakah Alina akan kembali dengan Revan demi putra tercinta? atau mereka tetap akan berpisah sampai akhir cerita?

Ikuti Kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Dijodohkan?!

Drttt!

Leon yang tengah sibuk memeriksa dokumen mendengus kesal saat ponselnya bergetar.

“Siapa sih? Ganggu aja…” gerutunya pelan.

Mama? gumamnya pelan. Keningnya langsung berkerut. Jarang sekali Leni menelpon. Kalau pun menelpon, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan.

"Ada apa?" tanya Leon datar setelah mengangkat panggilan itu.

“Leon, malam ini datang ke resto biasa ya. Mama tunggu,” ucap wanita itu dengan suara lembut.

"Ada acara apa?"

“Datang aja. Pakai pakaian yang rapi, jangan pakai kaos.”

"Kasih tahu dulu acaranya apa. Aku nggak mau datang kalau Mama nggak jelas ngomongnya."

“Enggak! Mama nggak kasih tahu. Pokoknya kamu harus datang. Kalau enggak, Mama seret kamu!” ancamnya jelas tak membuka ruang untuk Leon menolak.

Leon menghela napas, akhirnya mengiyakan, lalu menutup ponselnya begitu saja.

“Apalagi yang Mama rencanakan kali ini…” gumamnya curiga.

Tiba-tiba, pikirannya seolah menangkap sesuatu.

“Jangan-jangan Mama mau jodohin aku!?” katanya, tubuhnya langsung menegang.

Ia menggeleng cepat. “Aku nggak akan menerimanya,” bisiknya, kali ini dengan tangan mengepal.

Baginya, ibunya terlalu kolot. Apa Leni pikir dengan menjodohkannya, Leon bisa begitu saja melupakan dan menjauhi Alina? Tidak! Sampai kapan pun, dia tidak akan menikahi perempuan yang tidak ia cintai, dan yang juga tak mencintainya.

••••••

"Besok saya akan meninjau lokasinya langsung," kata Revan.

"Baik, Pak Revan. Hari ini tim kontraktor sudah menyelesaikan pengecekan struktur awal dan mulai mempersiapkan lahan untuk tahap berikutnya. Kami akan kirimkan laporan lengkapnya malam ini," ujar suara dari seberang telepon.

"Hm, baik," balas Revan singkat, sebelum menutup panggilan.

Ia meletakkan ponselnya di meja dengan kasar. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore dan perutnya terasa sangat lapar. Siang tadi dia belum sempat makan, apalagi tadi pagi hanya sempat menyentuh sedikit roti dan kopi.

Ceklek!

Pintu ruangannya terbuka, memperlihatkan Devi yang masuk sambil membawa sebuah nampan berisi makanan.

"Pas banget. Perut aku lapar," kata Revan sambil melirik nampan itu.

“Ck, harusnya tadi kamu makan waktu istirahat, bukan malah sibuk rapat terus sampai lupa waktu,” gerutu Devi sambil mendekat.

“Sini, makan,” ujarnya, lalu duduk di sofa.

Revan berdiri, berjalan menghampiri, tapi bukannya duduk untuk makan, dia malah langsung merebahkan tubuh dan menyandarkan kepalanya di paha Devi.

“Pijitin bentar kepala aku,” pinta Revan pelan.

Devi menghela napas, tapi tetap menuruti. Jari-jarinya yang lentik mulai memijat perlahan kepala Revan.

Revan memejamkan mata. Sentuhan itu membuat kepalanya terasa jauh lebih rileks.

“Udah,” ucapnya beberapa saat kemudian, lalu bangkit dari posisi berbaring.

“Kamu udah makan?” tanyanya, menatap wajah Devi.

Devi mengangguk pelan.

“Besok malam ikut aku ke pesta,” ujar Revan tiba-tiba.

“Pesta apa lagi?” Devi mengerutkan dahi.

“Kolega bisnis… nggak tahu juga, Papa nyuruh datang. Padahal sebenarnya aku males,” jawab Revan sembari mengangkat bahu.

“Mau ya, yang?”

“Ck, mana bisa aku nolak kamu,” sahut Devi dengan nada gemas, lalu menguyel-uyel pipi Revan.

Revan terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Devi singkat.

Matanya menatap dalam, menelusuri wajah gadis itu.

“Kamu jauh lebih cantik dari dia. Tapi dengan pedenya dia dulu bilang kalau dia lebih cantik dari kamu,” ucap Revan.

“Siapa maksud kamu?”

Revan menggeleng pelan. “Lupain aja,”

“Sekarang suapin aku, Nyonya Nandikara,” lanjut Revan dengan nada manja.

Devi tersenyum kecil, lalu mulai menyuapkan nasi ke mulut Revan. Sesekali Revan menyambar bibir gadis itu atau menggoda dengan lirikan dan komentar nakal yang membuat Devi gemas.

••••••

Alina pulang ke rumah dengan langkah lesu. Begitu membuka pintu, suasana rumah tampak gelap dan sepi.

“Dimana bocah itu?” gumamnya pelan.

“Aeris! Mama pulang! Mama ada bawain martabak manis kesukaan kamu!” teriaknya sambil melepas sepatu.

“Aeris!!” panggilnya lagi.

Tak ada sahutan.

Jantungnya berdegup cepat. Ketakutan mulai menyelusup.

“Jangan-jangan… Aeris diculik?”

“BWAAA!!!”

“AAAH! Tuyul! Tuyul!!”

Alina sontak melompat ke atas kursi begitu melihat sesosok kecil muncul tiba-tiba dari arah kamarnya. Teriaknya melengking. Tapi tak lama, suara tawa meledak dari ‘tuyul’ itu.

“Galak-galak bisa takut juga ya!” kata bocah itu sambil terbahak.

Alina mendecak kesal. Matanya menyipit tajam melihat Aeris berdiri dengan wajah penuh bedak tebal dan coretan hitam di sekeliling mata—persis seperti... tuyul.

“Bedak Mama lagi yang kamu pake!?”

“Ember,” jawab Aeris santai.

Alina turun dari kursi dan segera masuk ke kamar. Ia menyalakan lampu—dan langsung menyesal.

Kamarnya berantakan parah. Makeup berserakan, palet eyeshadow patah, lipstik tanpa tutup, dan... bedaknya?

“Aerisssss!!” teriak Alina histeris.

Ia memungut bedaknya dan memeluknya. Air matanya nyaris jatuh melihat isinya tinggal seperempat.

Tanpa tenaga, Alina menjatuhkan diri ke atas kasur.

“Capek... sumpah. Rasanya pengen kayang di rel kereta.”

Aeris tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar. Alina langsung menoleh, matanya memancarkan aura kejam.

Dia bangkit dan berdiri sambil berkacak pinggang.

“Kamu ini bandel banget dibilangin! Mama udah bilang jangan acak-acak kamar Mama! Kamu pikir Mama punya waktu buat bersihin beginian, hah!? Mama kerja seharian, pulang-pulang pengennya istirahat, kamu malah bikin Mama emosi!”

“Mama capek tahu nggak? Habis kerja, cari uang buat kamu... buat kita. Tapi kamu malah bikin ulah, acak-acak kamar, pake bedak mahal Mama!” kata Alina lagi, nadanya naik turun lelah.

Tapi bukannya tersinggung, Aeris justru menjawab santai.

“Mama pikir deh... Aeris dari pagi sampai jam lima sore cuman di rumah aja. Nggak boleh keluar, nggak boleh ke dapur. Aeris diem doang, bosen tahu nggak?”

“Mau ikut ke kantor Mama—kata Mama nggak usah. Mau sekolah—sekolah apaan? Orang Aeris udah dikeluarin! Aeris kesepian plus gabut, Mama!” katanya lagi.

Alina memejamkan matanya sebentar, lalu menarik napas pelan. Dia menunduk, menyejajarkan dirinya dengan tinggi Aeris, lalu menangkup kedua pipi bocah itu.

“Maaf, sayang... maafin Mama. Tapi kalau Mama nggak kerja, kita mau makan apa?”

“Besok Mama cariin sekolah buat kamu, ya. Beneran.”

“...dan weekend jalan-jalan, pokoknya!”

“Iya... iya. Serah deh,” kata Alina sambil menghela napas lagi.

“Mama... boleh nanya nggak?” tanya Alina tiba-tiba.

“Apa?”

“Kamu berapa kali ketemu sama Om Toilet?”

“Dua kali, Ma. Satu di toilet, satunya lagi di mall... eh, tiga ding, pas acara ulang tahun itu juga!”

Alina mengangguk pelan. Berarti yang dilihat Aeris di toilet waktu itu memang Revan...

“Tapi... di mall?” gumam Alina setengah bingung.

Tanpa diminta, Aeris langsung menjelaskan lebih lanjut.

“Waktu itu pas Aeris jalan-jalan, Aeris nabrak Om itu. Eh, tas Aeris jatuh. Mau nanya nama Om, eh tiba-tiba Om Leon datang. Mama tahu nggak, mereka berdua tuh kayak musuhan gitu... kayak Aeris sama Rio.”

“Terus pas Om Toilet nanya Aeris anak siapa, Om Leon langsung jawab: ‘Anaknya Om Leon.’”

“Hah?”

“Eh, tapi pas di mobil, Om Leon bilang Aeris nggak boleh kasih tahu Mama,” lanjut Aeris sembari menutup mulutnya.

“Om Toilet itu... sama cewek?” tanyanya lagi.

“He-eh. Eh, ada lagi Ma! Semalam pas Aeris ikut ke kantor Mama, Aeris ketemu Om Toilet lagi. Dia sama cewek itu juga. Tapi Aeris langsung sembunyi, soalnya Aeris nebak itu yang jadi di...rektur baru di perusahaan Mama.”

"Makanya Aeris semangat mau bilang—“kejutan!” katanya “Apa bener dia direktur barunya, Ma?”

Alina tersentak.

“Bu... bukan. Bukan dia. Dia cuman mampir doang... mungkin semalam,” jawabnya cepat-cepat.

“Oh gitu ya,”

“Gih sana, cuci muka dulu. Habis itu makan martabak,” lanjut Alina.

Aeris langsung menuju kamar mandi.

Sementara itu, Alina duduk lemas di tempatnya, tangannya naik memijit pelipis.

“Pening…”

1
rian Away
REVAN HARUS MATI .. REVAN HARUS DIBUNUH
rian Away
aeris anak haram 🤭
Sunaryati
Ada waktunya kamu bahagia Alina, dan gantian Revan yang hancur
shenina
huhhh sempat2 nya fitri bisa punya ide seperti itu untuk anak nya.. udah keliatan kalau matre, ya jelas lah siapa yg g mau bisa dapatkan menantu kaya raya
shenina
hihh najis 🤮🤮🤮 g rela kalian bahagia.. g sudi sampai al balikan dgn revan..
shenina
sabar alina.. kamu wanita mahal.. ikhlaskan ajaa
shenina
berjuang demi mendapatkan restu sampai titik darah penghabisan
shenina
anj kau revan..😏 dua manusia yg g punya hati
shenina
gak rela alina balikan dgn revan
shenina
hadeuh drama si devi
shenina
emang gak ada nama di dalam kartu undangan birthday ya..ibu kamelia dan mama ny revan k mantan besan.. masa g kenal lagi
shenina
alina yg malang 🤧
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
shenina
kasihan Aries 🥺
shenina
udah bagus mereka g usah ketemu lagi 😮‍💨
Sunaryati
Baik Alina atau kamu yang jadi istri Revan tidak akan bahagia, karena mama Revan suka sama Alina tapi Revan yang tidak suka, sedangkan Devi tidak disukai dan tak dapat restu mamanya Revan itu sangat baik karena restu ibu yang baik sama dengan ridza Tuhan. Jika kalian tetap nikah tanpa restu tidak akan bahagia. Kamu pede banget mau merawat anak Alina dan Revan, memangnya Alina mengizinkan dan Aries mau?
Sunaryati
Thoor buat Aries jangan seperti itu kasihan Alina, jadikan Aries anak yang sayang mamanya, nurut dan santun, jangan suka mengacak barang dan mik up Alina. Jangan kata- kata Aries yang seperti orang dewasa saja. Jika Aries seperti penilaian Mantan mertua dan suami laknatnya Alina tidak bisa mendidik anak.
Sunaryati
Tidak akan dapat restu jika ternyata Aries anak Revan , di bab lalu emak menyarankan di restui namun tanpa anak. Tapi karena sejak Devi sudah jika mereka pasangan suami istri dan tetap menyambut cinta Revan, emak cabut dukungannya, Revan tak menikahi Devi, dan Alina juga tidak mau kembali pada Revan.
rian Away: ngetik apaan
total 1 replies
Sunaryati
Semangat Alina, penghinaan yang dilakukan Revan sejak pasti ada balasan, ikhlas saja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!