NovelToon NovelToon
From Duks Till Dawn

From Duks Till Dawn

Status: sedang berlangsung
Popularitas:30
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Seorang perempuan cantik dan manis bernama Airi Miru, memiliki ide gila demi menyelamatkan hidupnya sendiri, ditengah tajamnya pisau dunia yang terus menghunusnya. Ide gila itu, bisa membawanya pada jalur kehancuran, namun juga bisa membawakan cahaya penerang impian. Kisah hidupnya yang gelap, berubah ketika ia menemui pria bernama Kuyan Yakuma. Pria yang membawanya pada hidup yang jauh lebih diluar dugaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kening Penyembuh

“Hacih!” Bersin kecil Airi dan Ryuka secara bersamaan, ketika sedang berjalan santai setelah mengembalikan mobil serta perlengkapan camping yang kemarin mereka sewa.

Sungguh menggemaskan suara bersin mereka yang begitu mirip, bahkan cara mereka membersihkan cairan yang keluar dari hidung pun sama, hanya dilap sekilas menggunakan jari telunjuk tangan kanan.

Ryuka dan Airi hanya saling melempar tatapan polos satu sama lain, lalu tertawa kecil bersama setelahnya. Menyadari bahwa tak ada satupun diantara mereka yang membawa jaket.

“Padahal masih sore, tapi hawanya sudah dingin ya?” ucap Airi canggung, sedikit mencari topik pembicaraan.

“Entahlah. Kepalaku sedikit sakit, tulangku juga terasa linu. Mungkin masuk angin, apa kau juga merasakan hal yang sama?” jawab Ryuka jujur, lalu memastikan keadaan Airi.

“Ah, kepalaku juga sakit sih. Tapi ku kira itu karena terlalu banyak menangis di mobil tadi?” Airi mencoba mengingat kejadian di seberang toko kue penuh trauma.

“Apa matamu terasa panas? Udara terasa begitu menusuk hingga ke tulang?” tanya Ryuka layaknya dokter yang memeriksa pasien.

“Mata panas juga, faktor terlalu banyak menangis. Tapi soal udara yang menusuk, sepertinya aku juga sedikit meriang.” jawab Airi sembari menatap langit, baru menyadarinya.

Ryuka menatap khawatir terhadap Airi.

“Begitu? Sepertinya kita terlalu lelah camping kemarin,” terkanya.

“Ingin makan sup hangat sebelum pulang?” tawarnya penuh kekhawatiran.

“Tentu,” sahut Airi tanpa ragu, tersenyum manis.

Ryuka tersenyum gemas melihat respon gadis yang ia cintai. Mengusap lembut puncak kepalanya, lalu merangkul bahu Airi. Berharap dengan begitu, bisa memberikan sedikit kehangatan.

Mereka melanjutkan perjalanan, mencari pedagang kaki lima di pinggiran jalan yang menjual sup atau makanan berkuah hangat lainnya.

Hingga langkah mereka terhenti pada sebuah tempat yang hanya beratap tirai pelastik, dengan menu soto khas kota itu. Soto yang sangat nikmat bersama keripik kentang goreng sebagai topingnya.

Suasana kembali hening, namun kuah soto mengalirkan kehangatan. Airi dan Ryuka menyantapnya dengan penuh kenikmatan, sedang merasa kurang sehat untuk banyak berbicara.

Usai melahap habis soto dan membayarnya, langkah mereka kembali mendekati rumah Ryuka. Keduanya teramat merindukan tempat untuk beristirahat.

Di tengah perjalanan, Airi melemaskan tubuh. Kepalanya tersandar pada bahu Ryuka. Jelas hal itu membuat pria disebelahnya terkejut bercampur khawatir.

Ryuka menghentikan sejenak langkahnya, menatap lembut pada Airi.

“Sayang, ada apa? Sotonya kurang banyak? Kau masih lapar?” tanyanya penuh kepedulian.

“Entah. Kepalaku kian pening, pandanganku buram.” jawab Airi dengan suara yang hampir menghilang.

Mendengar itu Ryuka sedikit terbelalak panik, ia menyandarkan Airi sejenak pada tembok penuh lukisan di pinggir jalan, lalu menyentuhkan keningnya pada dahi gadis itu dengan lembut.

“Panas,” gumam Ryuka pelan.

“Kau demam!” ucapnya memberi pernyataan tegas.

“Eh?” Airi sedikit terkejut mendengar pernyataan tersebut.

Ryuka menghela napas berat, lalu berbalik badan dan sedikit berjongkok.

“Naiklah! Akan ku gendong kau hingga rumah,” perintahnya tegas.

“Apa tidak merepotkan?” tanya Airi merasa tak enak.

“Jika dalam kondisi seperti ini, tak perlu terlalu banyak berpikir! Naik saja, sebelum ku tinggal kau karena pingsan!” sentak Ryuka, terbawa perasaan khawatir yang membuatnya cepat marah.

Tanpa membuang waktu lagi, Airi segera naik pada punggung Ryuka juga melingkarkan tangannya pada leher pria bermasker hitam itu.

“Terima kasih, Ryuka. Aku merasa beruntung mengenal pria sepertimu,” bisik Airi pelan, tepat di telinga Ryuka.

Wajah Ryuka perlahan menjadi merah, dengan degup jantung tak beraturan ia berusaha fokus berdiri dan melanjutkan langkahnya.

“Tak perlu sungkan, sayang.” untuk pertama kalinya, Ryuka merespon ungkapan terima kasih dari Airi dengan kalimat yang lebih panjang.

Respon lembut dari Ryuka, memberikan ketenangan pada hati Airi. Merasa hangat dan nyaman dalam gendongan pria beraroma khas Cendana, gadis cantik itu perlahan mengatupkan kedua mata lalu terlelap jua.

Ryuka terus melangkah bersama berbagai lamunan, ritme napas Airi yang langsung menembus pori-pori kulit lehernya, menambah ketenangan bercampur debaran dalam dirinya.

Ia merasa bahagia bercampur bangga, mendengar pengakuan Airi akan rasa beruntung mengenalnya. Ada juga keyakinan dalam dirinya, bahwa ia sedikit menembus hati gadis yang dicintainya.

Jika hubungan mereka terus mengalami kemajuan seperti ini, tinggal tunggu saja harinya gadis itu akan memutuskan untuk menerima cinta Ryuka.

Iya. Cepat atau lambat, Ryuka sangat yakin bahwa ia akan menjadi tempat berlabuhnya hati Airi. Ia hanya perlu terus bersikap lembut dan penuh kepedulian, kan?

Larut dalam lamunan, tanpa sadar ia telah sampai pada tangga di halaman belakang rumahnya yang berujung pada puncak jendela kamarnya.

Masih bersama Airi dalam gendongan, ia menaiki tangga tersebut dengan perlahan dan amat hati-hati. Ryuka membaringkan gadisnya pada tempat tidur, lalu menempelkan Bye-Bye Fever untuk orang dewasa pada kening gadis itu.

Tak lupa juga ia membuka cardigan Airi dan membiarkannya tidur tanpa selimut. Meski penyebab demam adalah kedinginan, namun kondisi tubuh yang panas harus diturunkan oleh suhu yang dingin.

Ini tidak berlaku untuk kondisi tubuh yang meriang, jika sudah meriang justru harus dihangatkan hingga berkeringat.

Karena kasus Airi saat ini adalah demam, jadi cara menyembuhkannya adalah dengan membiarkan cuaca dingin menurunkan suhu tubuhnya.

Sedangkan Ryuka yang sebenarnya juga sedikit meriang, ia inisiatif mengenakan baju hangat dan membawa setiap selimut dari kasur untuk menghangatkan tubuhnya pada sofa.

Seorang dokter tak mungkin bisa menyembuhkan pasien jika dirinya sendiri sedang sakit, kan? Itulah sebabnya Ryuka memilih untuk menyembuhkan dirinya juga, agar bisa fokus menyembuhkan Airi.

Sebelum tidur, Ryuka sempat membuka laci meja kerja disebelah tempat tidurnya. Memandang sendu bergantian pada isi laci dan Airi yang sedari tadi terlelap.

Manik indahnya berbinar, menyiratkan rasa penyesalan yang mendalam entah karena apa. Ia menghela napas berat, mempertimbangkan sesuatu.

Di satu sisi, ia tak tega melihat Airi terus tersakiti oleh permainannya. Di sisi lain, ia masih ingin terus berada di dekat Airi.

“Baiklah, kurasa cukup main-mainnya!” gumamnya pelan.

“Besok jika kondisinya sudah lebih sehat, aku akan mengungkapkan segala kebenarannya.” lanjutnya bertekad sebelum menutup kembali laci.

Ryuka melangkah berat menuju sofa di sudut ruang kamarnya dekat pintu, berbaring lemas setelah mengenakan selimut, lalu terpejam sebelum akhirnya terlelap jua.

Esok paginya, ia dibangunkan oleh suara bising dari perempuan heboh. Siapa lagi jika bukan Airi? Sejak pagi gadis itu sudah mengomel tak jelas dan memulai pertengkaran.

“Waaah..! Pencuri selimut!” teriak Airi dengan lantang.

Ryuka membuka matanya secara perlahan, sembari mengambil posisi duduk.

“Apaan sih, pagi-pagi sudah ribut!?” tanyanya sedikit kesal.

“Ryuka jahat sekali! Membiarkan gadis yang sedang sakit, tidur semalaman dalam keadaan dingin tanpa selimut!” rengek Airi sembari menunjuk ke arah Ryuka.

“Hah!? Sakitmu itu demam, jadi memang harus didinginkan agar suhu tubuhnya kembali normal!” sentak Ryuka menjelaskan, masih dikendalikan rasa kesal.

“Alasan tak logis macam apa itu!? Demam kan, karena kedinginan!” Airi tak mau kalah.

“Tapi menyebabkan suhu tubuh menjadi panas! Ini ibarat jika suhu diluar sedang panas, kita akan berdiri didepan kipas angin agar terasa lebih adem. Logis, kan!” elak Ryuka, berusaha mencari pembenaran.

“Tapi, tapi, tapi, tapi…! Apapun yang dingin itu, tidak baik untuk kesehatan!” Airi masih keras dengan pemikirannya.

Ryuka menghela napas pasrah, memutar kedua bola matanya malas. Mulai kehabisan cara untuk mengajari gadis polos yang tak mengerti apapun ini.

Ia melangkah berat mendekati Airi yang sedari tadi berdiri dihadapannya.

“Sekarang begini saja, deh,” ucap Ryuka mulai mendapat ide.

Ryuka mulai meraba lembut pinggang Airi.

“Dari pada terus berdebat berdasarkan teori,” ucapnya kemudian.

Kini Ryuka menyentuhkan keningnya pada dahi Airi yang entah sejak kapan sudah tanpa Bye-Bye Fever, memberi debaran dan rona merah pada gadis cerewet itu.

“Mari kita buktikan dengan fakta lapangan,” usulnya.

Airi mulai kehilangan fokus pada pembicaraan, pikirannya tidak jernih jika mendapat perlakuan seperti ini.

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih sehat?” tanya Ryuka lembut, hampir saja mengecup pipi Airi namun ia sedikit menahan diri.

“Su- sudah. Bahkan, le- lebih sehat dari sebelum sakit!” jawab Airi gugup.

Entah mengapa sentuhan kening Ryuka pada dahinya, seakan memberikan energi tambahan.

Ryuka kembali mengambil jarak batas aman, menghela napas lega.

“Lihat? Terbukti kan, bahwa yang kulakukan pedamu itu menyembuhkan?” ucapnya bangga.

“Tapi bukan karena rasa dingin!” elak Airi, sedikit menyentak.

“Bukan karena rasa dingin!? Lalu, apa yang menyembuhkanmu?” tanya Ryuka dengan polos, tak mengerti.

Tanpa menjawab Airi menyentuh kening Ryuka dengan jari telunjuknya, wajahnya memerah malu sembari mengalihkan pandangan.

Sontak rona merah itu menular pada Ryuka, ikut terbawa malu dan gugup. Ia memahami apa yang dimaksud Airi, meski belum mengerti mengapa keningnya bisa memberi dampak sebesar itu pada kesehatan gadis dihadapannya.

‘Lebih sehat dari sebelum sakit’ katanya? Apa ini seperti mengisi ulang energi hidup yang sudah hampir habis? Jangan bercanda! Niat Ryuka melakukan itu hanya untuk memastikan suhu tubuh Airi, tak ada magis didalamnya!

Tak ingin larut dalam rasa gugup, Ryuka mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Sudahlah. Apapun alasannya, aku senang melihatmu sudah sehat sekarang,” ucapnya jujur.

Airi mengangguk gugup. “Semua ini berkat pertolonganmu. Terima kasih, ya.” jawabnya dengan lembut.

“Apapun untukmu, sayang,” sahut Ryuka hangat, sembari menyentuh lembut surai Airi.

“Ah iya, berhubung kamu sudah sehat…” lanjutnya tiba-tiba. Airi menatapnya penuh tanya.

“Aku ingin mengakui sesuatu padamu, dan ku harap kau tidak akan membenciku setelah mengetahui fakta ini,” ucap Ryuka, kian menambah rasa penasaran pada hati Airi.

Airi menghela napas berat, mempersiapkan diri menerima fakta apapun yang akan diungkapkan oleh Ryuka. Begitupun Ryuka menghela napas berat sebelum mengakui kejujurannya.

“Sebenarnya, aku…” lanjut Ryuka hendak mengakui kebenaran.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!