NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru

Titisan Darah Biru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Dendam Kesumat / Ilmu Kanuragan
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Mahesa Sura yang telah menunggu puluhan tahun untuk membalas dendam, dengan cepat mengayunkan pedang nya ke leher Kebo Panoleh. Dendam kesumat puluhan tahun yang ia simpan puluhan tahun akhirnya terselesaikan dengan terpenggalnya kepala Kebo Panoleh, kepala gerombolan perampok yang sangat meresahkan wilayah Keling.


Sebagai pendekar yang dibesarkan oleh beberapa dedengkot golongan hitam, Mahesa Sura menguasai kemampuan beladiri tinggi. Karena hal itu pula, perangai Mahesa Sura benar-benar buas dan sadis. Ia tak segan-segan menghabisi musuh yang ia anggap membahayakan keselamatan orang banyak.


Berbekal sepucuk nawala dan secarik kain merah bersulam benang emas, Mahesa Sura berpetualang mencari keberadaan orang tuanya ditemani oleh Tunggak yang setia mengikutinya. Berbagai permasalahan menghadang langkah Mahesa Sura, termasuk masalah cinta Rara Larasati putri dari Bhre Lodaya.


Bagaimana kisah Mahesa Sura menemukan keberadaan orang tuanya sekaligus membalas dendamnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Murid-murid Padepokan Gunung Lawu ( 1 )

****

Mahesa Sura melangkah keluar pasar besar Kotaraja Lodaya. Beberapa hari terakhir Rara Larasati terus saja mendekati nya. Meskipun ia mati-matian berusaha untuk tidak menerima perasaan putri raja Lodaya itu, tetapi gadis cantik itu lebih licik dari yang terlihat.

Dengan berbagai cara, ia menunda pembayaran upah mengantar yang ia janjikan bagi Mahesa Sura. Juga memberikan beberapa tugas tak masuk akal buat Mahesa Sura yang membuat sang pendekar mau tidak mau harus tinggal. Bungkam nya Kemuning meskipun sudah disiksa habis-habisan oleh para bawahan Tumenggung Dandang Pengaron juga menjadi salah satu penentu tinggal nya Mahesa Sura di Lodaya.

Tadi pagi, Rara Larasati meminta tolong pada Mahesa Sura untuk membelikan sepotong daging rusa karena sedang ingin makan daging itu maka Mahesa Sura pun mau tidak mau menuruti permintaan Rara Larasati daripada diganggu terus-menerus.

"Untung ada ya Sura. Kalau tidak bisa-bisa kita harus berburu sendiri ke hutan untuk mendapatkan daging rusa ini", oceh Tunggak yang ikut menemani langkah Mahesa Sura ke pasar besar pagi hari itu. Dia menenteng sepotong kaki belakang rusa yang sudah dikuliti.

"Lama-lama aku merasa bahwa aku ini adalah pesuruh putri raja itu, Nggak", omel Mahesa Sura sembari melangkah dengan menjinjing seikat kacang panjang. Tunggak tersenyum simpul mendengar gerutu kawan nya itu.

"Lha mau bagaimana lagi, Sura? Kita juga masih harus menunggu jawaban dari perempuan jalang itu agar tahu dimana letak Lembah Seribu Bunga yang katanya terletak di wilayah Kertabhumi itu", balas Tunggak sekenanya.

Saat keduanya masih asyik mengobrol sambil berjalan menuju ke arah Istana, seorang lelaki muda bertubuh kekar dengan ikat kepala hitam berjalan mendekati mereka.

"Permisi Kisanak.. Apa boleh aku mengganggu sebentar?!"

Mahesa Sura dan Tunggak langsung menghentikan obrolan nya dan menoleh ke arah lelaki muda itu. Keduanya langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Mau apa? Kami sedang ada urusan, tidak punya waktu lama lama", sahut Tunggak acuh tak acuh.

"Saya mendengar kabar bahwa ada seorang pendekar hebat yang membantu pemerintah Kerajaan Lodaya menumpas pemberontakan Singhakerta. Kalau boleh tahu, dimana pendekar itu tinggal? ", tanya lelaki muda berikat kepala hitam itu dengan sopan.

Mahesa Sura dan Tunggak saling pandang mendengar pertanyaan orang itu. Seketika timbul kecurigaan pada hati mereka berdua. Mahesa Sura menatap orang itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Memangnya ada urusan apa kau mencari pendekar itu Kisanak?", tanya Mahesa Sura segera.

Sadar bahwa dia sedang dicurigai, lelaki berikat kepala hitam yang tak lain adalah Banyak Cemeng itu langsung tersenyum untuk menghilangkan prasangka buruk dari mereka.

"Saya hanya penasaran dengan dia. Setahu saya, ada beberapa pendekar tangguh dalam kelompok Singhakerta termasuk Lowo Ijo dan Mpu Gedor. Bisa membunuh mereka sudah pasti memiliki ilmu kanuragan yang tidak bisa dianggap remeh. Saya penasaran ingin berkenalan dengan nya", lanjut Banyak Cemeng tetap dengan suara sopannya.

"Tentu saja dia pend..... haeeeeppppphh ", belum sempat Tunggak melanjutkan omongan nya, Mahesa Sura menjejali mulut nya dengan kacang panjang.

" Maaf kami tidak tahu orang itu Kisanak. Permisi..", pungkas Mahesa Sura sembari menggelandang tangan Tunggak ke arah balai tamu kehormatan yang ada di samping kompleks istana. Banyak Cemeng mengerutkan kening nya dengan sikap aneh Mahesa Sura ini.

Dari arah belakang, muncul Pusparini dan Arya Langkir yang segera mendekati nya.

"Ada apa Kakang Banyak Cemeng? Kenapa kau terlihat bingung begitu? ", Banyak Cemeng segera menoleh ke arah Pusparini dan Arya Langkir yang bertanya dan menghela nafas panjang sebelum berbicara.

" Orang berbaju wulung itu sungguh aneh. Tadi kawannya yang bogel itu seperti mau berkata sesuatu tetapi ia langsung menghentikannya. Sepertinya ia sedang berusaha untuk menutupi sesuatu "

"Apa jangan-jangan dia orang yang kita cari? Bagaimana penampilannya Kakang? ", tanya Pusparini segera.

" Muda, tampan, sorot matanya dingin seperti seekor elang dan ada sebuah tahi lalat kecil di dagu kiri nya", urai Banyak Cemeng dengan teliti. Wajah Pusparini langsung pucat seketika. Ciri-ciri itu persis sama dengan ciri-ciri orang yang menghabisi nyawa kedua saudara seperguruan nya.

"Dia adalah orang itu, Kakang Cemeng. Dia orang yang menghabisi nyawa Kakang Rimang dan Jalak Aren! "

Banyak Cemeng dan Arya Langkir terkejut bukan main mendengar penuturan Pusparini. Keduanya langsung bergegas mengejar ke arah perginya Mahesa Sura dan Tunggak. Pusparini mengikuti di belakangnya.

Dari kejauhan mereka melihat Mahesa Sura dan Tunggak masuk ke gerbang istana. Jelas mereka tidak mungkin lagi untuk mengejarnya.

"Brengsek!! Dia berhasil lolos. Pusparini, kumpulkan saudara saudara kita yang lain. Bersiap untuk menyergapnya begitu ia keluar dari dalam istana Lodaya", mendengar perintah Banyak Cemeng, Pusparini menganggukkan kepalanya dan bergegas pergi. Sementara itu, dari balik pintu gerbang istana Mahesa Sura dapat melihat jelas sikap mereka bertiga.

'Ada yang bosan hidup rupanya. Aku mau tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan', batin Mahesa Sura.

Hampir seharian Pusparini, Banyak Cemeng, Kuda Sembrani, Arya Langkir dan Mahesa Panggung mengintai balai tamu kehormatan Istana Kotaraja Lodaya. Hasilnya Mahesa Sura sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Hal ini membuat mereka berlima dilanda kebosanan karena menunggu. Tinggal Banyak Cemeng saja yang bertahan sampai ia melihat Mahesa Sura keluar dari istana menuju ke arah selatan saat matahari telah condong ke arah barat.

Melihat orang yang mereka incar keluar dari sarangnya, Banyak Cemeng cepat mengumpulkan saudara seperguruannya dan mengejar ke arah perginya Mahesa Sura. Sampai di kaki bukit hutan jati di selatan Kotaraja Lodaya, mereka tak juga menemukan orang yang mereka cari.

"Bangsat, cepat sekali orang itu hilangnya! Apa dia punya ilmu menghilang?! ", umpat Mahesa Panggung sambil celingukan kesana kemari.

" Julukannya adalah iblis, Kakang Panggung. Tentu saja ia akan hilang dan muncul dengan cepat. Sial sekali kita ", imbuh Kuda Sembrani yang tak kalah kesal. Saat mereka sedang mengumpat dan memaki-maki orang yang mereka cari, tiba-tiba...

" Apa kalian sedang mencari ku?! "

Kelima murid Padepokan Gunung Lawu itu terkejut mendengar suara yang muncul. Mereka langsung celingukan kesana kemari dan melihat orang yang sedang mereka cari melayang turun dari atas pucuk pepohonan.

"Iya, dia orangnya Kakang sekalian. Dia orang yang membunuh kakang Gagak Rimang", teriak Pusparini sesaat sebelum Mahesa Sura mendarat di tanah.

" Oh jadi kau perempuan yang aku lepaskan tempo hari ya? Ah harusnya aku juga menghabisi mu seperti kelompok Kebo Panoleh dulu", balas Mahesa Sura dengan santainya.

"Jahanam! Jadi rupanya kau orang yang membunuh paman ku Kebo Panoleh. Baik hari ini dendam lama dan dendam baru kita hitung sekalian. Kau harus mati di tangan ku!!! ", teriak Mahesa Panggung sembari mencabut pedang nya. Tanpa menunggu saudara-saudaranya bergerak, Mahesa Panggung menerjang lebih dulu ke arah Si Iblis Wulung.

Shhrreeeeetttttt..!!

Tindakan gegabah Mahesa Panggung ini sontak membuat keempat murid Padepokan Gunung Lawu kaget karena ini diluar perencanaan mereka. Pusparini sudah memperingatkan mereka bahwa orang yang membunuh Gagak Rimang adalah pendekar berilmu tinggi dan mereka berlima harus bekerjasama jika ingin mengalahkan nya.

Dengan segera, keempat murid Padepokan Gunung Lawu mencabut pedang mereka masing-masing dan ikut menyerbu ke arah Mahesa Sura.

Shhrreeeeetttttt whhhuuuuutttt...

Blllaaaaaaarrrrrrrr!!!!

Dua puluh jurus berlalu dengan cepat.....

Meskipun hanya berbekal tangan kosong, namun nyatanya Mahesa Sura mampu mengimbangi kekuatan tempur keempat murid Padepokan Gunung Lawu. Dia bahkan sudah menyarangkan pukulan dan tendangan pada Mahesa Panggung dan Kuda Sembrani yang memang paling rendah tingkat ilmu nya dibandingkan dengan yang lain.

Tetapi gegara hantaman tinju pada punggung Kuda Sembrani, baju Mahesa Sura robek terkena sabetan pedang Pusparini. Dan ini membuatnya geram setengah mati. Maka dengan cepat ia menghantam tanah dengan tangan kanannya yang berlapis Ajian Gempur Bumi.

Bhhuuuuuuummmmmmm!!!!!

Gelombang kejut seperti gempa menyebar ke segala arah. Membuat Pusparini, Mahesa Panggung dan Kuda Sembrani kehilangan keseimbangan. Saat itulah Mahesa Sura melesat cepat ke arah Kuda Sembrani dan langsung mengayunkan tinju nya ke arah lelaki bertubuh kekar itu.

Blllllaaaaaaaaammmmmmm!!!

Aaaaauuuuuggggghhhhh....!!!!

Tubuh Kuda Sembrani mencelat jauh ke belakang dan berguling-guling di tanah. Saat tubuhnya berhenti berguling, ia langsung muntah darah segar.

Melihat Mahesa Sura hendak menghabisi nyawa Kuda Sembrani, Arya Langkir dan Banyak Cemeng yang tidak begitu terpengaruh dengan getaran tanah langsung bergerak menghadang pergerakan Mahesa Sura dengan menyabetkan pedang mereka.

Shhrreeeeetttttt shhrreeeeetttttt!!!!

Serangan cepat kedua murid Maharesi Jaladara ini cukup membuat Mahesa Sura berkelit dan bergerak menjauhi mereka.

Dengan penuh kecemasan, Banyak Cemeng langsung bertanya kepada Kuda Sembrani yang terlihat pucat bibirnya,

"Kuda Sembrani, kau baik-baik saja??! "

1
Windy Veriyanti
Mahesa Sura nyantai dulu...sambil melihat situasi dan menikmati jalannya pertarungan...😉
Tarun Tarun
jgn ksh kendor upnya kg ebez
Ali Khadafy
cersil kang ebezz ga kaleng² cm syg ga bisa update tiap hari
saniscara patriawuha.
bantaiiii habissss manggg Belongggggg,,, ojooo kendorrrrr.....
Batsa Pamungkas Surya
hemat energi hemat makanan nie si Sura
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
ibarat kendaraan menghemat bensin biar gak mogok dijalan 😅
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾: makanya cari kendaraan jangan yg boros bensin doongg.. ish ish 🙄🙄
total 1 replies
arumazam
mati semua
arumazam
iblis wulung
arumazam
jago bener
arumazam
adu sakti lagi
arumazam
perang
arumazam
wah jd pembunuh bayaran nih
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Pelabuhan Tanjung Emas yang sekarang di semarang kah kang Ebez 🤔
arumazam
cadassd man
arumazam
sadis
arumazam
bantai bos
arumazam
bikin macet dikit,jgn tll dingin ama cewek
arumazam
ini baru jih,gahar hajar bantai
arumazam
adu sakti
arumazam
mantapppp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!