NovelToon NovelToon
Menjadi Simpanan Om Davendra

Menjadi Simpanan Om Davendra

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Romansa
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

(35 Bab)
Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Beep.

Bunyi pintu menutup, Deon langsung pulang ke apartemennya sejak berpisah dari Allea.

"Deon, kau sudah pulang.. Allea mana?" tanya Monica saat pria itu berjalan melewati meja makan. Dia tampak sedang sibuk menata piring sementara Gea sedang mengisi mangkuk penuh sop di dapur.

Pria itu tak langsung menjawab, dia langsung duduk dan mengambil air mineral di atas meja. Satu tegukan besar, satu gelas air penuh habis. Deon menghela nafas panjang dan menggeleng. "Entahlah, tanya saja suami bibi. Kemana dia membawa Lea pergi," ketus Deon beranjak pergi.

Brak. Deon masuk ke kamarnya dan membanting pintu, dia langsung pergi tanpa menunggu balasan dari bibinya. Monica tercengang melihat sikap Deon yang tidak biasanya, dia berbagi tatapan dengan Gea yang mendekatinya dengan semangkuk besar sup. Tapi wanita itu juga tak bisa menebak apa yang terjadi.

Di tempat lain—..

Kafe kecil di sudut kota, aroma kopi bercampur dengan wangi kue manis mengisi udara. Allea duduk di kursi paling pojok, menatap kosong pada minuman di depannya—matcha latte yang bahkan belum disentuh. Di seberangnya, Davendra tampak tenang, menyesap espresso hitamnya dengan santai, meski sorot penuh tanda tanya menuntut jawaban.

“Jadi, mau menjelaskan apa yang terjadi tadi pagi?” tanya Davendra, suaranya datar, namun mengandung tekanan yang sulit diabaikan.

Allea menunduk, merasa enggan untuk menjawab. Tapi tak akan ada yang selesai jika dia tetap diam. "Apa lagi yang harus aku jelaskan? Aku sudah menjelaskannya tadi pada bibi Gea dan tante Monica, kan?"

"Yang sebenarnya," Davendra mengetukkan jarinya ke meja. "Kau dan Deon punya hubungan apa?"

"Hanya—teman," jawab Allea cepat, meski dirinya sendiri tidak sepenuhnya yakin dengan batasan yang ada antara mereka untuk bisa di katakan.

“Teman?” ulang Davendra, seolah mempertanyakan ucapan Allea yang terdengar seperti kebohongan. Davendra mengangkat alisnya tak percaya.

Pria itu kembali menyesap kopinya sebelum meletakkan cangkirnya dengan pelan. Tatapannya tajam, seperti sedang menguliti pikiran Allea lebih dalam lagi.

Beberapa saat berlalu dalam keheningan. Lalu, tiba-tiba, pertanyaan berikutnya meluncur seperti pisau tajam.

“Apa kau tidur dengannya?”

Allea terkejut. Kepalanya langsung terangkat, matanya melebar.

"Apa?"

"Aku bertanya, apa kau sudah tidur dengannya?" ulang Davendra dengan nada lebih tenang, tapi tetap penuh tekanan.

"Tentu saja tidak!" seru Allea, merasa sedikit terhina dengan pertanyaan itu.

Davendra tidak bereaksi langsung. Dia hanya menatapnya lebih dalam, seolah ingin menemukan tanda kebohongan di wajah Allea. Tapi belum menemukannya.

"Lalu suara tadi pagi? Apa teman yang kau maksud Deon?"

"Y—Eh tidak. Maksudku... itu temanku, Sarah, kau juga bertemu dengannya tadi."

"Emm berarti dia pergi pagi-pagi sekali ya," balas Davendra seolah percaya. Tapi jujur dia masih tak bisa mempercayai nya. "Lea, aku tanya sekali lagi. Kau tidur dengannya atau tidak!?"

Jantung Allea berdetak lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara pria itu—sesuatu yang membuatnya merasa terjebak dan menuntutnya untuk menjawab dengan jujur kali ini. Allea meremas tangannya di bawah meja, ingin menjawab, ingin mengatakan yang sebenarnya. Namun, lidahnya terasa kelu.

Drrtt. Drrtt.

Ponsel Davendra bergetar di dekat cangkir kopinya. Nama di layar itu… Monica. Davendra menatap Allea dan layar ponselnya bergantian sebelum akhirnya mengangkat panggilan.

"Halo," suaranya terdengar tenang.

"Sayang, kau dimana?" tanya Monica di seberang sana. "Kenapa belum kembali? Deon bilang kau bersama Allea..?"

Davendra melirik Allea lagi sebelum menjawab, "Iya, dia bersamaku. Kami masih dalam perjalanan pulang."

Allea mengalihkan pandangannya ke sekelilingnya, mencari objek yang bisa dia tatap lama untuk memudarkan ketegangannya, namun ia merasa aneh mendengar kebohongan yang begitu mudah meluncur dari bibir pria itu.

Begitu panggilan berakhir, ia langsung bertanya, "Apa itu Tante Monica?"

Davendra tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Allea dalam-dalam sebelum berkata, "Habiskan minumanmu, setelah itu kita pergi."

Sejak telepon itu, Davendra tak bertanya apapun. Dai sungguh membiarkan Allea menikmati minumannya. Dan dalam waktu kurang dari lima menit mereka pun meninggalkan kafe setelah menghabiskan minuman yang mereka pesan.

Di luar, hujan mulai turun perlahan, Davendra mengemudikan mobilnya dengan tenang menuju apartemen Deon. Udara di dalam mobil masih terasa berat, karena pembicaraan mereka belum benar-benar berakhir sebelumnya. Allea bersandar di kursi, menatap ke luar jendela dengan perasaan campur aduk.

Kenapa dia tidak bertanya lagi, dia tidak curiga lagi, kan.. Batin Allea.

Tak lama. Davendra memarkir mobilnya dengan rapi di parkiran bawah gedung apartemen bertingkat. "Naiklah dulu, aku ingin menelpon seseorang," ucapnya

Allea mengangguk dan turun tak penasaran sedikitpun. Lagipula apa yang dilakukan pria itu tak ada hubungannya dengannya. Malah itu lebih baik daripada dia harus masuk berdua dan berdiri berdampingan di depan istri pria itu.

Ting!

[Kau dimana?]

Deon mengirim pesan padanya, dia membaca pesan itu saat melangkah masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai 3.

[Lift]

Balasnya singkat. Sebenarnya dia tak marah pada pria itu, dia tahu jelas jika Deon tak akan tidur dengan wanita lain. Dia mengenalnya dengan baik. Tapi hanya saja dia merasa kesal melihat semua kondom itu, rasanya salah benda seperti itu dan sebanyak itu ada mobil Deon.

Begitu tiba di depan pintu apartemen, Allea menekan angka untuk membuka kunci pintu.

“Kau tahu sandinya?” tanya Davendra tiba-tiba, dia menatap Allea curiga.

Cepat sekali dia sampainya disini, batin Allea heran pria itu tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Allea menatapnya sekilas sebelum mendorong pintu dan masuk lebih dulu. “Ya, sesekali aku membantunya mengambil barang.”

Jawaban itu membuat Davendra mengernyit. Bukan itu yang ingin ia ketahui, tapi untuk sekarang ia akan memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

Aroma makanan langsung menyambut mereka berdua saat masuk. Namun Allea melangkah cepat begitu masuk, sehingga tak akan terlihat seperti berdampingan. Monica dan Gea tersenyum, mereka sudah menyiapkan makan siang.

Di atas meja sudah tersedia beberapa hidangan sederhana—pasta dengan saus krim, sop iga dan roti bawang putih.

Tak lama, Deon keluar dari kamar. Ia langsung duduk dan menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi malas, tetapi sekilas tatapannya tajam saat melihat Davendra yang berdiri tak jauh di belakang Allea.

Deon menatap Allea dengan penuh arti. “Kau pergi kemana sebelum ini? Seingat ku tidak sampai setengah jam pulang dari kampus, kan? ” tanyanya dengan nada santai namun jelas menyembunyikan sesuatu di balik pertanyaannya.

"Macet," jawab Allea sambil mengambil garpu dan menusukkan ke dalam pasta tanpa mengangkat kepala.

"Oh macet, ya." lanjut Deon menatapnya sekilas sebelum meletakkan sop iga di piringnya. "Aku kira seseorang mengajakmu pergi makan siang berdua tadi, untung saja tidak ya.. bibi dan Tante Gea pasti akan sedih kalau begitu kan?" tambahnya sebelum menatap Monica dan Gea bergantian dengan penuh perhatian, seakan-akan sangat berterimakasih dengan makanan yang telah disajikan.

"Deon! Makan saja makanan mu," cetus Davendra tiba-tiba ikut bicara.

Namun, Deon hanya tertawa kecil, jelas sekali dia menikmati bagaimana suasana di antara mereka menjadi sedikit tegang—bagi Allea dan Davendra.

...----------------...

1
sunshine wings
Apa benar anaknya Deon? 🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
😭😭😭😭😭
Siti Amyati
serakah ,TPI tetep kalah semuanya pergi kasihan
Jung Hasanah
ribet allea. paling bener sama deon
Jung Hasanah
Deon ini pria yg sangat langka
Jung Hasanah
bingung kan
allea cocok sama davendra tp jg cocok sm deon
sunshine wings
Duh aku kepikiran author..
Gimana caranya Om Darendra menjaga dan melindungi Allea seperti janjinya pada Viona sedangkan dia sendirilah yg memakainya..
Rangkaian puzzle² ini masih blom bisa disusun.. huh!
sunshine wings
Gimana bilangnya ya.. akan sampe kemana hubungannya Om Dav sama Lea?
sunshine wings
Luar biasa
Elvinzam 2322
lanjut kak upnya tambah banyak lgi 🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!