Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Ardi mencengkeram hijab Zahira dengan kasar, mencoba menariknya paksa dari kepala gadis itu. Tapi Zahira mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempertahankan kerudungnya, memegang erat ujung kain sambil terus meronta.
“Lepaskan! Jangan sentuh hijabku!” jerit Zahira dengan air mata membanjiri wajahnya.
Namun jeritannya hanya menyulut amarah Ardi. Nafasnya memburu, sorot matanya memerah seperti binatang buas yang kehilangan kendali. Ia menggertakkan giginya, dan dalam sekali hentakan, ia menarik tubuh Zahira dengan kekuatan penuh hingga gadis itu kembali terhempas ke lantai.
Brak!
kepala Zahira membentur meja di ruang tengah, sudutnya menghantam keningnya. Dengan seketika darah segar mengalir dari keningnya. Ia meringis, mengerang pelan menahan rasa sakit, namun tetap berusaha duduk dan melindungi hijabnya yang mulai terlepas sedikit.
Ardi melangkah cepat, menendang meja di sampingnya hingga bergeser dengan suara dentuman keras. Ia berjongkok, meraih kepala Zahira kasar dan memaksa wajah gadis itu menatapnya.
“lo pikir hijabmu bisa menyelamatkan hidup lo?” bentaknya, seraya menampar pipi Zahira keras—kepala gadis itu terpelanting ke samping. Napasnya terengah, darah mulai mengalir dari sudut bibirnya.
"Hahahha, Lo belum tau siapa gue, setelah malam ini, gue pastikan Lo bakalan takut kehilangan gue, dan Lo bakalan terus-menerus mengejar ngejar gue, hahahha" Ardiansyah tertawa menggelegar seperti hantu.
Zahira mengangkat tangan, mencoba menghalau Ardi, tapi pria itu menarik tangan Zahira ke atas, menahannya dengan satu tangan, dan tangan satunya kembali berusaha merobek hijab Zahira.
Zahira terus meronta, namun Ardi seperti kerasukan. Ia menyikut dada Zahira hingga napasnya tersengal. Ia mengangkat tubuh Zahira, lalu menghantamkan punggung gadis itu ke dinding dengan brutal. Kepala Zahira terbentur, pandangannya mulai berkunang.
Tubuhnya lemas, tapi jemarinya tetap mencengkeram hijabnya—sisa-sisa kekuatan yang tersisa dipertahankan untuk menjaga kehormatan dirinya.
Ardi menariknya lagi, kasar, gila, dan semakin kehilangan kendali. Ia menyumpah, menyebut nama-nama kotor, dan menyalahkan Zahira atas semua masalahnya.
“Tadinya gue ingin bermain secara lembut dengan Lo Ra, sama seperti perlakuan gue ke wanita wanita sebelum Lo. Tapi, gue jadi berubah fikiran, sebab ternyata Lo jauh lebih buruk dari semua wanita wanita yang sudah gue temui," ujar Ardiansyah dengan nada pelan, tapi berhasil membuat Zahira semakin ketakutan.
"Lo membuat gue dipanggil guru BK tadi pagi! lo pikir gue akan diam saja?! Malam ini lo akan tahu rasa!” teriaknya sambil memaksa Zahira untuk menyerah.
"Lepasin aku, Ardi, lepasin aku..." Isak Zahira, "aku salah, maafin aku," ucap Zahira meminta maaf meski ia tidak salah, berharap Ardi luluh dan menyudahi aksi gilanya.
"lepasin?" tanya Ardiansyah dengan lembut.
Zahira mengangguk pelan.
"Enggak? Enggak bakalan gue lepasin loh, gue bakalan buat Lo melayang malam ini, hahah," ujar Ardiansyah tertawa mengejek.
Zahira semakin menangis, namun Zahira tak berhenti berdoa dalam hati. Hatinya yang remuk hanya bisa bergantung pada kuasa Tuhan, berharap ada keajaiban, kehadiran seseorang, atau apapun yang bisa menyelamatkannya dari kegilaan Ardi yang kini benar-benar menjadi iblis dalam wujud manusia.
Ardiansyah berusaha mencium Zahira, tapi Zahira terus berusaha menghindar.
Sementara Ardi terus menindih dan mengancam Zahira yang tak berdaya, di luar rumah suara langkah tergesa terdengar menghampiri. Tidak terdengar oleh Ardi yang telah dikuasai amarah dan nafsu.
Zayn berdiri di depan pintu kontrakan Zahira, dadanya naik turun. Entah kenapa, perasaannya sejak tadi tak tenang. Ia merasa bersalah karena tak mengangkat telepon Zahira sebelumnya. Hatinya gelisah, dan ia pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri rumah Zahira.
Namun begitu sampai di depan, ia curiga—tak jauh dari halaman rumah Zahira terparkir sebuah sepeda motor besar yang pada umumnya hanya dikendarai oleh kaum pria. Dan Zayn mengece rumah Zahira, lampu menyala, tapi pintu terkunci dari dalam, dan suasana sekitar terlalu sepi. Hening. Tidak seperti biasanya.
“Zahira... Zahira!” panggilnya sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban.
Ia menempelkan telinga ke pintu. Di dalam sana, samar-samar terdengar suara gaduh. Suara perabot jatuh. Tangisan tertahan. Jantung Zayn langsung berdegup lebih kencang.
“Zahira?! Zahira!!” teriaknya lebih keras, matanya membulat saat mendengar jeritan lirih dari dalam.
“Tolong... Zayn...”
Tanpa pikir panjang, Zayn mundur beberapa langkah, lalu menendang pintu dengan seluruh kekuatannya.
“BRAK!!”
Pintu terbuka paksa, dan Zayn mendapati pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Zahira terpojok di dinding, tubuhnya lemah, kerudungnya sudah setengah terbuka, wajahnya memar, dan Ardiansyah berdiri di hadapannya dengan napas terengah, tangan masih mencengkeram hijab Zahira.
“BAJINGAN!!!”
Zayn melesat ke arah Ardi seperti anak panah dilepas dari busur. Ia menghantam wajah Ardi dengan pukulan telak yang membuat pria itu tersungkur ke belakang, menghantam meja yang sudah miring.
Ardi terkejut, namun belum menyerah. Ia bangkit, mencoba melawan. Tapi Zayn lebih dulu menghantamkan siku ke perutnya, lalu menendang lutut Ardi hingga tubuhnya kembali jatuh ke lantai.
“Lo pikir lo siapa? Menyentuh Zahira seenaknya?" teriak Zayn, matanya merah, suaranya bergetar karena marah dan syok.
Ardi yang kini terdesak mencoba kabur, tapi Zayn menarik kerah bajunya dan kembali memukul wajahnya. Darah mengalir dari hidung Ardi.
“Kalau Lo masih bernapas setelah malam ini, itu karena aku masih punya hati!” ucap Zayn geram, lalu menendang Ardi sekali lagi, membuat pria itu benar-benar tak mampu bangkit lagi.
Zayn pun bergegas ke arah Zahira yang masih gemetar di sudut ruangan. Ia segera melepas jaketnya dan menyampirkannya ke bahu Zahira, menutupi tubuh dan kerudung gadis itu dengan hati-hati.
“Zahira, ini gue… Zayn. Lo aman sekarang, ada gue,” ucapnya lembut, menatap Zahira yang masih tersedu, matanya sembab, tubuhnya menggigil.
Zayn menunduk, menahan amarah dan air mata yang nyaris tumpah. Ia menyesal karena telat. Menyesal karena sempat menyepelekan panggilan Zahira tadi.
“Maaf gue telat… Maafin gue.. Tapi lo aman sekarang. Gue ada di sini…” ucapnya lagi.
Zahira tak mampu menjawab. Ia hanya menangis dan menyandarkan tubuhnya ke dada Zayn yang kini memeluknya erat.
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain