Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Aku akan ikut dengan Kakak Kim. Kakak, pulanglah. Aku tidak ingin kembali ke rumah. Selama puluhan tahun kalian mengabaikan aku. Dan setelah tahu sifat asli Cici, dengan mudahnya kalian ingin aku ikut kalian? Sudah kukatakan, aku akan membuktikan pada kalian kalau aku akan berhasil," ujar Flower, suaranya bergetar penuh luka namun tegas. Matanya menatap lurus pada Wilson, menyimpan dendam dan kekecewaan yang telah lama ia pendam.
Wilson terdiam, dadanya sesak menahan perasaan bersalah. Ia menunduk sejenak sebelum akhirnya bersuara, "Flower..." ucapnya lirih, seolah berharap gadis itu berubah pikiran.
Namun kemudian suaranya menjadi lebih tegas, berbalut kekhawatiran, "Bagaimanapun, tidak baik tinggal bersama orang luar. Seorang anak gadis tinggal bersama seorang pria yang tidak ada hubungan darah... apa kata orang?"
Kim yang berdiri di sisi Flower melangkah maju, tubuhnya tegap seolah menjadi benteng bagi gadis itu. Tatapannya menusuk, tajam dan penuh perlindungan.
"Flower adalah keluargaku juga. Tidak ada yang akan bicara buruk soal dia. Aku bisa melindunginya dengan baik," ujarnya mantap. Suaranya tenang namun penuh ketegasan, memberi sinyal bahwa ia tidak akan mundur sedikit pun.
Flower melirik Kim dengan pandangan penuh rasa terima kasih, lalu menggenggam ujung bajunya dengan erat. Dalam diam, ia tahu—untuk pertama kalinya dalam hidup, ada seseorang yang benar-benar ingin melindunginya.
"Kakak, pulanglah. Biarkan aku mandiri. Bukankah ini yang kalian inginkan selama ini?" ujar Flower lirih, tapi penuh keteguhan. Ia menunduk sejenak, lalu melangkah pergi tanpa menoleh lagi.
Kim menyusul langkah Flower tanpa ragu, tubuhnya seperti perisai yang siap melindungi gadis itu dari dunia yang pernah menyakitinya.
Wilson hanya bisa menghela napas kasar. Matanya menatap punggung adik perempuannya yang perlahan menjauh, terasa seperti sebuah kenangan yang tidak bisa ia ulangi. Penyesalan menghantam dadanya, menyesakkan. Ia sadar, waktu tak bisa diputar kembali, dan semua perlakuannya terhadap Flower—sikap acuh, pengabaian, kata-kata tajam—kini berbalik menjadi luka yang tak mudah disembuhkan.
Keesokan harinya.
Bandara penuh sesak dengan para penumpang dan pengantar. Di antara kerumunan itu, Kim berdiri tegak, mengenakan kemeja putih yang rapi, matanya mencari-cari sosok yang ditunggunya.
Tak lama, seorang gadis cantik dengan rambut ikal panjang berlari kecil menghampirinya. Senyum cerah mengembang di wajahnya yang manis sebelum ia memeluk Kim erat-erat.
"Sudah lama tidak bertemu, aku sangat merindukanmu!" ucap gadis itu dengan nada manja, suaranya terdengar begitu akrab dan hangat.
Kim tersenyum kecil, membalas pelukan itu dengan ramah. "Shelly, kamu sudah lapar? Mari kita makan dulu, baru bahas tentang hubungan kita!" ajaknya ringan. Ia menggandeng tangan Shelly, dan mereka berjalan berdampingan, begitu dekat, seperti pasangan yang sedang jatuh cinta.
Sementara itu, di sisi lain kota, Flower sedang berada di sebuah toko jam tangan. Ia berdiri di depan etalase kaca, memandangi deretan jam tangan pria yang elegan dan maskulin. Jemarinya menyentuh kaca dengan lembut, matanya berbinar-binar.
"Kakak Kim sudah banyak membantuku. Aku ingin menghadiahkan sesuatu untuknya sebagai tanda terima kasih," batinnya tulus. Ia tersenyum kecil, membayangkan wajah Kim saat menerima hadiah itu.
Setelah memilih satu jam tangan dengan tali kulit cokelat gelap dan desain klasik, Flower pun melangkah keluar dari toko dengan hati riang. Tapi senyumnya seketika menghilang ketika matanya menangkap pemandangan di seberang jalan.
Kim baru saja turun dari mobil, diikuti oleh seorang gadis cantik yang langsung menggamit lengannya. Mereka berjalan berdampingan, tertawa, dan saling bergandengan tangan. Gadis itu tampak bahagia, dan Kim… tak terlihat menolak kebersamaan itu.
Flower terdiam di tempat. Langkahnya terpaku. Kotak hadiah dalam genggamannya terasa berat tiba-tiba, seperti beban yang menghantam jantungnya.
"Apakah... Kakak Kim sudah punya pacar?" gumamnya lirih, seolah tak percaya pada apa yang baru saja ia lihat. Senyum yang tadi mengembang kini menghilang, digantikan oleh sorot kecewa di matanya yang sendu.
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨