NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25 : The Battle of Incheon Bridge

Fajar di Incheon tidak membawa cahaya, melainkan gradasi abu-abu yang menakutkan. Incheon Bridge, jembatan megah yang membentang di atas laut, kini tampak seperti tulang punggung raksasa yang terjebak di tengah pusaran kegelapan. Kabut hitam yang tebal, The Void Mist menyelimuti kabel-kabel pancang jembatan, sementara di kejauhan, sirine dari kapal-kapal penjaga pantai yang ditinggalkan meraung pilu.

Van lapis baja yang dikemudikan oleh Jay berhenti dengan rem mendecit di pintu masuk jembatan. Di depan mereka, ribuan sosok bayangan, The Void Walkers sedang merayap, menghalangi jalan menuju menara utama jembatan tempat SIGMA memasang pemancar frekuensi "The Pulse".

"Jake, status?" tanya Sunghoon sambil memeriksa amunisi pada senapan kejutnya.

"Sinyal pemancar itu mengunci energi sembilan pecahan yang kita bawa," suara Jake terdengar pecah di earpiece. Ia berada di kursi belakang van, dikelilingi oleh layar hologram yang ditenagai baterai darurat. "Begitu kalian melangkah keluar, kalian akan menjadi magnet bagi setiap monster di radius lima kilometer. Dan ingat... Dr. Aris sudah menempatkan penembak jitu SIGMA di puncak menara. Mereka akan menembak apa pun yang terlihat memiliki pendar energi Genesis."

Wonyoung menarik napas panjang. Ia mengencangkan pelindung lengannya. "Jadi kita terjepit di antara monster yang lapar dan manusia yang ingin menghapus kita. Skenario yang sempurna untuk hari Selasa."

Yujin dan Gaeul keluar dari pintu samping, masing-masing memegang tonfa listrik dan granat cahaya. "Kami akan membuka jalur di sisi kiri. Sunghoon, Wonyoung, kalian harus lari lurus ke arah pemancar itu. Jangan berhenti, apa pun yang terjadi."

Pertempuran Dimulai.

Pintu van terbuka, dan hawa dingin yang tidak alami langsung menyerang paru-paru mereka. Yujin melempar granat cahaya pertama. BANG! Kilatan putih membutakan barisan depan monster, memberi celah bagi tim untuk bergerak.

"Lari!" teriak Sunghoon.

Wonyoung melesat. Tanpa kekuatan Starlight Step, setiap langkahnya terasa berat di atas aspal yang licin karena hujan. Ia melepaskan anak panah karbon satu demi satu, menjatuhkan monster-monster yang mencoba melompat dari pagar jembatan.

Di sampingnya, Sunghoon bergerak seperti badai yang terkendali. Ia menggunakan gaya bertarung CQC (Close Quarters Combat) yang dipadukan dengan teknik pedang kuno, meski kini ia hanya menggunakan belati perak SIGMA. Setiap gerakannya efisien menusuk, memutar, dan menendang. Ia tidak lagi membuang energi untuk menciptakan es; ia menggunakan momentum tubuh manusianya untuk menjatuhkan lawan yang jauh lebih besar.

"Wonyoung, jam satu!" Sunghoon berteriak sambil melempar belati cadangannya ke arah monster yang hampir menerkam Wonyoung dari balik mobil yang terbakar.

Wonyoung berguling, mengambil belati itu, dan tanpa ragu menusukkannya ke inti bayangan monster tersebut. "Terima kasih, Hoon-ah!"

Mereka sampai di tengah jembatan, namun langkah mereka terhenti oleh dentuman keras. Sebuah helikopter SIGMA muncul dari bawah jembatan, lampunya yang menyilaukan mengunci posisi mereka.

"Subjek terdeteksi," suara dingin dari pengeras suara helikopter bergema. "Gunakan peluru isotop. Eksekusi sekarang."

TASS! TASS! TASS!

Peluru-peluru perak menghujam aspal di sekitar mereka.

"Sembunyi di balik pilar!" perintah Sunghoon. Ia menarik Wonyoung ke balik struktur beton raksasa jembatan.

"Mereka gila!" seru Jay yang baru saja sampai bersama Yujin. "Mereka menembaki kita di tengah ribuan monster! Mereka tidak peduli jika jembatan ini runtuh!"

"Itulah rencananya," ucap Jake dari komunikasi. "SIGMA ingin melenyapkan bukti. Monster dan Hunter dalam satu ledakan besar. Aku mendeteksi adanya muatan peledak yang dipasang di bawah fondasi jembatan. Kalian punya waktu lima menit sebelum Dr. Aris menekan tombol peledak!"

Wonyoung menatap Sunghoon. Mata mereka bertemu di tengah kekacauan suara tembakan dan raungan monster. Ketakutan yang mereka bicarakan di telepon semalam kini berada di depan mata, namun di dalam ketakutan itu, ada sebuah kejelasan yang mutlak.

"Kita harus melakukan Human Sync sekarang," ucap Wonyoung. "Gunakan sembilan pecahan itu untuk menciptakan gelombang kejut yang akan mematikan pemancar dan melumpuhkan sistem elektronik helikopter itu."

"Tapi kita butuh semua member!" seru Yujin.

"Kami di sini!" Leeseo, Ni-ki, Gaeul, dan member lainnya keluar dari van kedua yang baru saja tiba, dilindungi oleh Han.

Keenam belas pemuda dan pemudi itu membentuk lingkaran di tengah jembatan, mengabaikan monster yang merayap mendekat dan helikopter yang bersiap menembak lagi. Mereka mengeluarkan pecahan Vinyl masing-masing.

"Genggam tangan orang di sebelahmu!" perintah Sunghoon.

Wonyoung menggenggam tangan Sunghoon di satu sisi dan tangan Yujin di sisi lain. Mereka menutup mata.

"Jangan cari sihir di nadi kalian," bisik Han dari tengah lingkaran. "Cari suara detak jantung teman di sebelah kalian. Sinkronkan napas kalian dengan angin laut ini."

Pukul 05:45 pagi.

Detak jantung Wonyoung mulai melambat, selaras dengan detak jantung Sunghoon. Ia bisa merasakan rasa sakit di bahu Sunghoon, kecemasan Leeseo, dan tekad baja Jay. Gelombang emosi manusia yang murni ini mulai mengalir melalui tangan mereka, masuk ke dalam sembilan pecahan piringan hitam.

Piringan-piringan itu tidak bersinar terang seperti dulu. Mereka berpendar redup, namun frekuensi yang mereka keluarkan sangat kuat—sebuah getaran rendah yang membuat udara di sekitar mereka bergetar.

The Human Sync: Resonance of the Soul.

"SEKARANG!" teriak Wonyoung.

Sebuah gelombang transparan keluar dari lingkaran mereka. Gelombang itu tidak menghancurkan secara fisik, namun ia membawa "Kebenaran Manusia". Setiap monster Void yang terkena gelombang itu seketika membeku, kehilangan bentuk bayangannya dan menguap menjadi udara bersih.

Helikopter SIGMA yang berada di dekat mereka mendadak kehilangan kendali. Sistem navigasi elektroniknya terbakar oleh lonjakan energi organik dari Sync tersebut. Helikopter itu oleng dan jatuh ke laut jauh di bawah jembatan.

Di puncak menara jembatan, pemancar "The Pulse" meledak, mengeluarkan kembang api listrik yang indah.

Suasana mendadak sunyi. Ribuan monster telah lenyap. Helikopter SIGMA telah jatuh. Yang tersisa hanyalah kepulan asap dan suara deburan ombak.

Wonyoung membuka matanya. Ia terjatuh berlutut, kelelahan total. Piringan perak di tangannya kini telah menyatu sempurna dengan delapan pecahan lainnya, membentuk satu piringan hitam besar yang kini berwarna emas pucat.

"Kita... selamat?" bisik Leeseo sambil menangis lega.

Namun, Sunghoon tetap waspada. Ia menatap ke arah ujung jembatan. Di sana, berdiri sebuah sosok sendirian. Dr. Aris. Ia mengenakan setelan jas putihnya, memegang sebuah alat kendali kecil di tangannya.

"Eksperimen yang luar biasa," suara Dr. Aris terdengar melalui speaker sisa jembatan. "Kalian berhasil menciptakan energi yang melampaui logika mesin saya. Tapi sayang... jembatan ini tetap harus runtuh bersama kalian."

Dr. Aris menekan tombol di tangannya.

BIP.

Hening. Tidak ada ledakan.

Dr. Aris menekan tombol itu berkali-kali dengan wajah panik. "Kenapa tidak meledak?!"

"Karena manusia tidak selalu bisa diprediksi, Doktor," suara Jake terdengar bangga di pengeras suara. "Sambil teman-temanku bernyanyi di atas, aku sudah meretas sistem detonatormu dan mengubah kodenya menjadi daftar putar lagu debut kami. Selamat mendengarkan musik, Doktor."

Tiba-tiba, dari arah belakang Dr. Aris, puluhan mobil polisi dan militer resmi Korea (bukan SIGMA) datang mengepung. Ternyata, selama pertempuran, Han telah mengirimkan seluruh data kejahatan SIGMA ke pemerintah pusat.

Dr. Aris menjatuhkan alat kendalinya. Ia kalah oleh sekelompok pemuda yang ia anggap "sampah evolusi".

Matahari akhirnya benar-benar terbit, menembus kabut hitam yang perlahan sirna. Cahaya oranye keemasan menyirami Jembatan Incheon yang rusak namun tetap kokoh berdiri.

Wonyoung berdiri perlahan, dibantu oleh Sunghoon. Mereka berdua bersandar di pagar jembatan, menatap laut yang tenang. Seluruh member IVE dan ENHYPEN berkumpul di sekitar mereka, saling merangkul, wajah mereka kotor oleh debu dan keringat, namun mata mereka penuh dengan harapan.

"Lihat itu," ucap Wonyoung sambil menunjuk ke arah matahari. "Itu fajar pertama kita sebagai manusia yang benar-benar bebas."

Sunghoon menoleh ke arah Wonyoung, lalu mencium dahinya dengan lembut. "Bukan sekadar bebas, Wonyoung-ah. Kita baru saja membuktikan bahwa dunia ini layak untuk diperjuangkan, meskipun kita hanya punya dua tangan dan satu jantung."

Piringan emas di tangan Wonyoung kini mengeluarkan satu ukiran terakhir yang menutup Arc Incheon ini:

"Home is where the Heart beats without Fear." (Rumah adalah di mana Jantung berdetak tanpa Rasa Takut.)

Mereka berjalan meninggalkan jembatan itu, menuju van yang akan membawa mereka pulang. Perang melawan SIGMA mungkin belum sepenuhnya berakhir, dan misteri The Void mungkin masih menyisakan teka-teki, namun hari ini, di atas jembatan yang hampir menjadi kuburan mereka, enam belas idola itu telah resmi menjadi legenda yang hidup.

Bukan sebagai vampir. Bukan sebagai Hunter. Tapi sebagai manusia yang menolak untuk tunduk pada kegelapan.

"The Battle of Incheon Bridge ended not with a bang, but with the harmonious heartbeat of sixteen souls."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!