“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 - Giovanni Kembali
"Aku bosan,"ucap Zea sembari meletakkan kepalanya di meja.
"Kau sudah mengatakan itu 20 kali dalam kurun waktu kurang dari satu jam." Federico yang berdiri di belakang kursi Zea hanya mendengus kasar.
Zea tidak terbiasa dengan keheningan di Mansion. Walaupun di sisi lain, dia juga bersyukur karena dulu saat tinggal bersama paman dan bibinya, Zea bahkan jarang mendapatkan kesunyian bahkan tidak ada kata bosan. Bagaimana bisa bosan, saat Zea duduk sebentar saja, mereka akan memintanya melakukan sesuatu dan akan memaki Zea jika tidak benar melakukannya.
Namun, keheningan juga tidak benar-benar ia alami saat tinggal bersama orangtuanya dulu.
Karena Zea selalu mendapatkan kehangatan bersama keluarganya. Ayah, ibu nya yang sekarang telah tiada.
Sial.
Zea tiba-tiba teringat dan membuat jantungnya berdebar-debar karena ingatan malam itu kembali terputar di kepalanya. Zea menggelengkan kepalanya, dia memegangi dadanya untuk menormalkan irama jantungnya. "Hei, Federico ..."
"Ya?"
"Pernahkah kau kehilangan orang yang kau sayangi selama hidupmu?"
Saat mendengar pertanyaan Zea, kedua mata Federico terbelalak sejenak, dia mengalihkan wajah karena kembali teringat juga oleh kenangan pahit pahit dalam hidupnya. "Tentu saja pernah."
"Apakah kau bisa melupakannya?"
"Tidak ada jalan keluar untuk melupakannya, yang perlu dilanjutkan hanyalah menerima kenyataan kalau orang itu telah pergi dari hidup kita dan kita bisa melanjutkan hidup karena tidak ada gunanya menangisi seseorang yang telah tiada sampai berlarut-larut,"bijak Federico yang membuat Zea tercengang.
Tak lama kemudian, gadis itu mendengar para bodyguard yang selalu berjaga di depan kamar serta mengikuti Zea ke mana-mana mendadak berjalan ke luar Mansion. Zea seketika menaikkan wajahnya dari meja. "Apa yang terjadi? Ke mana mereka pergi?"
Federico dengan santainya menjawab, "Tuan Alteza kembali."
"Giovanni?"beo Zea.
Federico mengangguk dengan mantap, sesaat kemudian Zea berjalan mengikuti para bodyguard itu untuk melihat keluar Mansion, di mana Giovanni kembali.
Zea tidak tahu apa yang dirasakannya itu ... Mendadak dia ingin tahu kondisi Geovani sekarang.
Saat sampai di luar, netra Zea menangkap sosok tegap dan gagah Giovanni Altezza yang keluar dari mobil mewahnya dan disambut oleh deretan orang-orang berpakaian hitam menunduk untuk menyambut Giovanni.
Sebentar Zea tetap diambang pintu, terlihat seperti seorang istri yang tengah menanti suaminya pulang. Saat kedua pasang mata itu bertemu, entah datang dari mana Zea merasakan dentuman asing dalam dadanya.
Giovanni mendekati gadis itu dengan langkah yang mantap. Kharisma serta wibawanya terpancar. Sampai saat lelaki itu berdiri menjulang tinggi di depan Zea. Dia menaikkan sedikit sudut bibirnya. "Kau menungguku?"
Zea terbelalak. "Ya, tentu saja, mmm.. itu.."
Sialan.
Kenapa Zea tiba-tiba Salah tingkah hanya karena berada sedekat ini dengan Giovanni alteza? Kenangan kecupan malam itu juga masih terngiang-ngiang.
"Kemana saja kau selama ini?"tanya Zea penasaran.
"Di kantor." Giovanni melihat tatapan menggemaskan Zea rasanya ingin mencubit kedua pipi gadis itu.
"Dan kau tidak pernah kembali ke Mansion?"
"Aku kembali."
"Tapi aku tidak pernah melihatmu, saat aku membuka mataku kau sudah tidak ada. Kau menghilang seperti hantu."
Entah datang dari mana nyali itu saat Zea mengatai Giovanni seperti hantu. Dalam hatinya, dia penasaran ke mana saja Giovanni selama ini, dia juga khawatir setelah pertarungan itu ...
Apakah Giovanni telah mengobati luka-lukanya dengan benar? Atau Giovanni hanya membiarkannya saja.
Serta hal lain yang membuat Zea penasaran adalah ...
Soal kecupan malam itu.
"Aku kembali saat kau tidur dan keluar pagi-pagi buta saat kau masih tidur juga,"ucap Giovanni santai. "Setiap hari Kau tampak sangat lelah dan tertidur pulas. Tapi, setidaknya kau tidak tidur dalam keadaan mimpi buruk lagi dan mengganguku." Kali ini lelaki itu memunculkan semirip di wajahnya.
Zea terbelalak. "Aku juga tidak ingin mimpi buruk!"
Giovanni menepuk pucuk rambut Zea, mampu membuat gadis itu tercengang karena perilaku hangat lelaki itu.
"Baiklah aku akan memaklumi mimpi burukmu, asal kau tidak kabur dariku. Atau kau tahu sendiri akibatnya." Giovanni mengatakan itu dengan sebelah bibirnya terangkat naik.
"Yayaya, jika aku kabur, Tuan alteza ini akan mengurungku dan merantaiku."
"Dan mungkin saja akan menjualmu ke mucikari,"goda Giovanni.
Zea terbelalak. "Apa?! K-kau! Berhentilah bercanda soal itu!"
Sialan.
Giovanni Altezza menyebalkan.
"Bagaimana dengan lukamu? Apa kau sudah mengobatinya dengan baik?"tanya Zea serius.
"Aku tidak terluka."
"Maksudku setelah kejadian hari itu ..."
"Dokter kepercayaan Alteza telah mengobatiku, kau tidak perlu khawatir." Giovanni merenggangkan otot-otot lehernya. "Yang justru harus dikhawatirkan adalah kau."
'aku? Kenapa aku?' Zea mengerutkan keningnya lalu berbicara, "aku tidak terluka sama sekali."
"Bukan tentang itu."
"Lalu?"
"Bukankah seseorang mengeluh bosan?" Giovanni menaikkan sebelah sudut bibirnya menyindir Zea. Teringat dengan foto-foto yang dikirimkan Federico tentang betapa sengsaranya Zea karena kesepian.
"Ah, bagaimana kau tau?"
"Tidak ada yang tidak kutahu tentang dirimu." Giovanni mendekatkan wajahnya pada Zea hingga mereka berdua dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.
Zea terbelalak. Dia mengalihkan pandangannya, memalingkan muka dari pandangan Giovanni. "Jangan terlalu dekat."
Giovanni menjauhkan diri dan menegakkan tubuh. "Ikutlah denganku."
"Kemana?"tanya Zea yang bingung karena Giovanni lanjut berjalan.
"Ikut saja. Aku akan menunjukkan padamu sesuatu yang sangat menarik." Giovanni tersenyum dengan memikirkan kemungkinan ekspresi yang akan dibuat Zea cara mengetahui ke mana dia akan membawa gadis itu.
Mau tidak mau Zea mengikuti Giovanni di belakangnya.
"Apa sesuatu yang menarik itu? Aku penasaran. Kejutan mencengangkan apalagi yang akan kau tunjukkan padaku?" Zea terus melempari Giovanni dengan banyak pertanyaan sepanjang perjalanan.
"Kau akan melihat nanti."
"Oh, tidak bisakah kau memberiku sedikit petunjuk? Kau tau, kau selalu membuatku terkejut. Seperti tiba-tiba mengirim orang-orang berbadan besar di sekitar Mansion tanpa memberitahuku. Apalagi mereka juga tidak ingin menjawab pertanyaanku. Kata Federico, mereka hanya ingin menjawab pertanyaan darimu. Kau sungguh membuatku bingung dan bertanya-tanya." Zea mengimbangi langkah besar Giovanni di samping lelaki itu sambil terus bertanya banyak hal, terutama alasan bodyguard itu dikirim ke Mansion.
Walaupun Federico telah memberitahu alasannya. Tapi dia hanya ingin mendengar langsung dari Giovanni.
Lelaki itu berhenti sejenak membuat Zea jadi berjalan mendahului ke depan. "Eh?" Saat menyadari sosok Giovanni tidak ada di sampingnya, Zea menoleh dan berjalan mundur. "Kenapa berhenti?"
"Aku pusing dengan semua pertanyaanmu." Giovanni menyugar rambutnya, menatap Zea dengan pandangan tak tertahankan.
Gadis di depannya benar-benar penuh dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Jika kau menjawabnya Aku tidak akan bertanya lagi."
"Aku menyiapkan mereka semua akan untuk melindungimu dari William, dan juga agar kau tidak kabur. Sudah cukup? Seharusnya Federico telah menceritakan itu padamu." Lalu Giovanni kembali berjalan ke depan.
Sementara Zea setelah mendengar jawaban Giovanni, hanya mengangguk-angguk kemudian mengikuti lelaki di depannya. "Lalu sekarang kita ingin ke mana?"tanya Zea.
"Aku katakan sekali lagi ... Tempat ini mungkin akan membuatmu merinding." Giovanni bersmirk, sebentar Zea terbelalak.
Tempat apa yang dimaksud oleh Giovanni?
Bahkan lelaki itu mengajak Zea turun melalui tangga menuju sebuah tempat yang gelap dengan minim pencahayaan. Sesuatu yang membuat jantung Zea berdebar.
Ingin dibawa kemana dia?