NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tugas Negara

Kama menatap jengkel ke arah Hara yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan malah sibuk memakan rotinya.

"Kan bisa split bill-nya nanti aja, nggak perlu harus di depan kasir begitu" Gerutunya kesal, nafsu makannya menguap demi membayangkan perasaannya yang seperti naik roller coaster. Sebentar di buat bahagia, sebentar di buat kesal, dan sebentar di buat malu.

"Kenapa harus ribet-ribet ngitung kalau bisa lebih praktis di hitung di kasir" Jelas Hara santai, kali ini menyesap cappucino-nya.

"Bikin malu aja" Gerutunya lagi.

Namun Hara seolah tak mendengar gerutuan Kama, masih saja asyik dengan makanannya.

"Pulangnya nanti gimana?" Tanya Kama ketus, masih belum bisa meredakan emosinya.

"Nggak gimana-gimana, tinggal naik motor terus pulang" Hara mengusap mulutnya dengan tisu.

Kama melirik ke arah nampan, pizza slice milik Hara telah habis tak bersisa.

"Gue anter ya" Suaranya sudah sedikit melunak.

"Nggak usah makasih" Hara sudah menatapnya.

"Ayo lah" Kama mencoba membujuk Hara.

"Nggak usah" Hara kembali menolak dengan sabar.

"Ntar motornya biar di bawa tukang ojek, kita ngikutin dari belakang" Tawar Kama sedikit memaksa.

"Buang-buang uang itu mah" Balas Hara menggelengkan kepala.

"Ah elah duit lagi duit lagi" Kembali Kama menggerutu, kali ini memalingkan wajahnya sambil berdecak kesal.

Padahal Kama sangat ingin menghabiskan sebanyak-banyaknya waktu dengan Hara, tapi Hara malah hanya memikirkan tentang uang.

"No drama, right?" Hara berusaha menenangkan kekesalan Kama.

"Ck!" Kama malah semakin mendecak sebal. Peraturan yang dia ciptakan malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. "Rumah lo dimana?" Tanyanya ketus.

"Di griya Indah (perumahan di pinggiran kota)"

"Jauh loh" Seru Kama mengingat jarak antara mall dan tempat tinggal Hara mencapai sekitar sepuluh kilo.

"Nggak juga, lebih deket kesini daripada ke kantor" Jawab Hara santai, menyesap kembali cappucino miliknya.

Kama memandanginya lekat-lekat, perempuan seperti apa Hara ini sampai-sampai dia menempuh perjalanan sejauh itu dengan motornya dan terlihat tidak keberatan sama sekali.

Seluruh wanita yang di kenalnya sejauh ini, saat mengetahui bahwa Kama memiliki mobil yang bagus, pasti akan langsung menuntutnya untuk mengantar jemput mereka kemana pun saat mereka butuh.

"Sekali kali boleh lah ya gue anter jemput" Kama mengulurkan tangannya, menyentuh bibir Hara dan mengusap dengan ibu jarinya busa cappucino yang tertinggal di bibir atas Hara lalu membawanya dan menyesap busa tersebut.

Biasanya, tindakan Kama yang seperti ini akan membuat lawan bicaranya tersipu malu dan kemudian mengiyakan apa saja yang menjadi permintaannya.

Namun Kama lupa, bahwa makhluk langka di hadapannya ini berasal dari planet lain.

"Berantakan ya?" Hara malah menjilati bibir atasnya dengan lidahnya sendiri.

Menimbulkan sensasi geleyar yang sangat di hapal oleh Kama yang berpusat di inti tubuhnya.

Shit!! Not this time little K.

Tindakan spontan Hara baru saja membangunkan versi mini dirinya di bawah sana, yang selalu haus akan sentuhan. Tak peduli berapa banyak dia telah melakukan pelepasan dengan lawan mainnya.

Kama meregangkan tubuhnya, berharap sesak yang terasa sedikit melonggar.

"Besok kerjanya gue anter ya?" Kama berusaha mencari topik apapun untuk menyingkirkan bayangan Hara yang menjilati bibirnya, terasa liar di matanya.

"Ngapain?" Hara mengerutkan keningnya.

"Ya pengen aja" Kama menyangga dagunya dengan pergelangan tangannya dan menatap Hara lekat-lekat.

"Nggak lah" Tolak Hara menggelengkan kepala.

"Sejalanan ini" Kama beralasan, padahal tempat tinggalnya dan Hara berlawanan arah.

"Repot banget cuma temenan" Gumam Hara lirih sendiri, namun hal itu masih bisa di tangkap oleh telinga Kama.

"Nggak repot kok" Jawabnya berusaha terlihat serius.

"Harus banget ya begitu-begitu?" Keluh Hara malas. Kali ini wajahnya mulai terlihat kesal.

"Begitu begitu gimana?" Tanya Kama bingung.

"Ya harus jemput-jemput, harus anter-anter, tadi kata bapak no drama, kalau kayak gini sepertinya saya nggak dulu deh buat friendzone-an sama bapak" Protes Hara seperti memikirkan ulang proposal pertemanan yang Kama tawarkan.

"Eh eh tunggu dulu" Kama langsung menegakkan badannya panik, tak menyangka penawaran tulusnya untuk mengantar jemput kerja malah berujung putusnya hubungan mereka yang baru berumur beberapa jam saja.

"Sorry sorry kalau gue salah, gue minta maaf, tapi please jangan putus" Kama memasang tampang memelas.

Hara mengernyit bingung melihat permintaan Kama, apa sebegitu berharganya hubungan friendzone mereka sampai-sampai Kama memelas seperti itu.

"Gue nggak punya temen" Bohong besar. Kama rela melakukan apa saja demi untuk mendapatkan Hara di sisinya. "Gue kesepian" Kali ini Kama menekuk bibirnya ke bawah, seolah-olah menunjukkan kesepian dan kesedihan yang mendalam.

Hara memandangnya lekat-lekat, teringat kembali insiden telepon Kama bernada putus asa yang mengatakan ingin mati saja. Berpikir bahwa mungkin kesepian itulah penyebab dia sampai seputus asa itu.

"Iya iya" Hara mengeluarkan senyuman tulusnya.

Wajah Kama langsung bersinar begitu mendengar keputusan Hara, entah kenapa rasanya dia seperti anak kecil yang berhasil merayu ibunya agar membelikannya permen. Perasaan bahagia itu tidak tergambarkan. Pengertian Hara membuatnya merasa aman, nyaman, dan tenang.

"Kalau makan siang bareng?" Seru Kama kemudian.

"Jangan mulai lagi deh, putus lagi nih" Hara malah menggodanya kali ini.

Namun Kama yang tau bahwa Hara hanya bercanda itu pun tak mampu menahan tawanya. Mereka tergelak bersama dan menikmati sisa weekend mereka dengan banyak bercerita.

...****************...

Derit berat suara besi yang beradu itu membangunkan seseorang dari tidur ayamnya di kursi tua yang menjadi singgasananya sehari-hari.

Geragapan seperti berusaha menggapai sesuatu yang tak kasat mata yang akan dia jadikan pegangan sampai nyawanya terkumpul.

"Neng Hara" Suara serak pak Mul yang baru bangun tidur itu membuat Hara terkejut. Tak menyangka ada Pak Mul di sana.

"Dari mana aja atuh neng" Pak Mul tergopoh-gopoh menghampiri Hara sembari membenarkan sarungnya yang mulai melorot.

"Ada apa pak Mul?" Tanya Hara sopan, sebenarnya dia ingin menghindari Pak Mul sebisa mungkin, takut kalau-kalau topik perjodohannya di angkat kembali.

"Nanti malam duad mau kesini" Baru saja di pikirkan, dan benar saja kan.

Hara menghela napas lirih, berusaha menjaga sopan santunnya di hadapan pria baya ini.

"Jam berapa pak?" Tanya Hara datar.

"Ntar abis maghrib neng"

Hara melihat jam tangannya, itu artinya kurang dari satu jam lagi Edward akan kesini. Hara tidak akan sempat memikirkan alasan apa untuk menolak jika di todong mendadak begini.

"Bapak lihat neng tiap malam minggu ngedekem aja di kamar, keluar atuh neng sekali-sekali" Pak Mul sedikit memaksa. Mungkin dirinya sudah merasa kalau Hara selama ini menghindarinya.

"Tapi saya baru pulang kerja pak, masih capek" Alasan Hara dengan sungkan.

"Nggak papa atuh neng, di sini aja kalau gitu, nggak usah pergi-pergi, cukup ngapelin aja" Pak Mul seolah tak mau kehilangan kesempatan.

Hara menghela napas, dia tau dia tak mungkin selamanya menghindari hal ini. Sepertinya Hara memang harus menentukan batasan yang jelas agar urusan perjodohan ini segera beres.

"Iya deh pak" Pungkas Hara.

"Gitu dong neng, nanti bapak teleponin si duad, neng minta bawain apa?" Celoteh pak Mul panjang lebar.

"Nggak usah repot-repot pak, saya sudah kenyang, barusan makan" Tolak Hara sopan. "Ya udah saya naik dulu pak, mau mandi" Pamit Hara dan langsung berlalu begitu saja tanpa menunggu jawaban dari pak Mul.

Sesampainya di kamar, Hara langsung membereskan barang-barang bawaannya. Mengembalikan laptopnya ke meja belajar, dengan tumpukan laporan di atasnya. Dan mengembalikan tas ranselnya di gantungan tas yang ada di belakang pintu.

Setelahnya Hara duduk di lantai, bersandar di samping tempat tidurnya. Dia menengadahkan kepalanya, agar bertumpu di atas kasur.

Ini kah akhirnya? Akhir dari semua rangkaian masa patah hatinya.

Hara mengambil ponselnya yang dia letakkan di nakas samping tempat tidur. Membuka kembali pesan-pesan yang dia kirimkan untuk Nael.

I've been busy as usual today, but still can't help thinking of you. Sorry for neglecting you lately. Have a good dream. (Hari ini aku sibuk seperti biasa, tapi masih tetap mengingatmu. Maaf selama ini terlalu banyak mengabaikanmu. Mimpi yang indah)

How's your day? Mine was good and busy as usual. still thinking of you. Good night. (Bagaimana harimu? Hari ku baik dan sibuk seperti biasa. Masih mengingatmu. Selamat malam)

The weather is cloudy, i hope you don't get caught in the rain. night night (Cuacanya sedang mendung, aku harap kamu tidak terjebak hujan. Selamat malam)

Happy weekend. Have fun. Night. (Selamat berakhir pekan. Selamat senang-senang. Malam)

Hara menyusuri pesan tak berbalas miliknya. Mungkin jauh di dalam hatinya dia sudah sedikit merelakan Nael, terlihat dari pesan-pesannya yang semakin singkat saja setiap harinya.

Tapi kenapa saat Nael mengatakannya secara langsung tetap saja hatinya terluka. Hara menghela napas panjang, benci merasakan rasa sakit saat patah hati. Dia berharap ini yang pertama juga yang terakhir.

...****************...

Kama bersiul riang saat memarkirkan mobilnya di area parkir basement tempatnya biasa clubing.

Tapi ini masih sore hari, tempat itu tentu saja belum buka dan dia tidak sedang berniat untuk party malam ini.

Dia hanya akan bertemu dengan Rio di cafe yang terletak di lantai atas.

"Hai Nick" Sapa Kama pada penjaga pintu yang sudah sangat di hapalnya.

"Hai Kam, masih pagi nih" Sarkas Nick yang di susul dengan tawa keduanya.

"Iya nih, lagi mau nongkrong aja, no party toninght" Kama menepuk pundak Nick dan kemudian masuk ke dalam dan segera menuju ke lantai atas.

Cafe yang selalu bercahaya remang-remang itu buka dua puluh empat jam rasanya, karena sepanjang yang Kama lihat tidak pernah sepi pengunjung.

"Table biasa ya, soft" Teriak Kama pada bartender yang sedang sibuk memainkan atraksinya dalam mencampur minuman.

"Yoi Bro" Balasnya juga dengan teriakan.

Kama langsung saja menuju kursi pojokan yang minim pencahayaan. Tempat favoritnya, mengingat dirinya dan Rio adalah petugas berseragam. Khawatir jika ada yang mengenali dan kemudian mencoreng nama baik kesatuan tempatnya mengabdi.

Setelah mendudukkan diri di sofa panjang, Kama segera mengeluarkan ponselnya. Mencari kontak nama Hara di antara sekian banyak kontak nama yang tersimpan.

Gotcha!

Kama kemudian mengetikkan pesan untuknya.

Kama : Sudah sampai rumah?

Dia mengklik logo send, dan langsung mendapat laporan centang dua berwarna abu.

Kama mengetuk-ngetuk layar ponselnya, menunggu balasan.

Sepuluh ketukan, dua puluh ketukan, tiga puluh ketukan, masih saja tidak ada balasan. Dia kembali mengecek pesannya. Jangankan balasan, pesannya saja bahkan belum di baca.

Seperti dejavu saat pertama kali dia mengirim pesan ke Hara.

Kama gelisah tak tenang, jika dulu Hara mengabaikan pesannya, dia akan maklum karena dulu mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi kali ini?

Kali ini mereka menjalin sebuah hubungan, yang lebih dari teman tapi masih di bawah pacar. Bukankah itu saja sudah cukup untuk membuat tempatnya spesial di hati Hara dan harusnya dia segera membalas pesannya.

Menit di jamnya telah berubah, namun pesan untuk Hara masih sama, bercentang dua dengan warna abu.

Fuck!

Kama melempar ponselnya ke atas meja, lalu menyandarkan punggungnya.

"Gila gue lama-lama mikirin dia mulu" Gerutunya kesal.

"Bukannya lo emang udah gila?" Suara Rio membuat Kama menengadahkan pandangannya.

Sahabatnya itu datang bersama dua wanita cantik yang berpakaian hot. Minim bahan dan berukuran mini. Ketat membungkus tubuh sintal mereka.

"Kenalin nih" Rio menunjuk ke arah kedua wanita itu.

"Mia" Wanita yang memakai dress di atas lutut berwarna biru laut dengan dada yang terbuka itu mengulurkan tangannya. Wajahnya cantik dengan make up yang soft, rambut ikal panjangnya dia biarkan bebas terurai.

"Luna" Wanita yang satu ini bahkan lebih berani lagi, mengenakan celana super pendek yang hampir memperlihatkan pantat bawahnya di padukan dengan tank top crop yang memperlihatkan seluruh perutnya. Dengan make up bold dan rambut kuncir kuda.

"Kama" Sapa Kama melambaikan tangannya.

Luna yang memang lebih berani itu langsung saja mendudukkan dirinya di samping Kama. Tanpa basa basi bersandar di lengannya.

"Wowowo" Rio memekik terkejut. "Santai Lun, langsung lompat aja" Selorohnya dan kemudian duduk di hadapan Kama.

"Tipe gue banget" Luna semakin nyaman menyandarkan dirinya di dada bidang milik Kama.

"Udah gass" Seru Rio menunjuk kedua orang di hadapannya dengan dagunya.

Namun Kama hanya tergelak, tak menolak sama sekali sentuhan-sentuhan yang di berikan Luna.

Ya beginilah seharusnya kebanyakan wanita.

Pelayan datang membawa pesanan Kama, segelas mojito yang merupakan campuran rum, daun mint, jus jeruk nipis dan soda dengan kadar alkohol rendah.

"Tumben mas Kama pesennya yang soft?" Tanya pelayan itu saat menaruh gelasnya di atas meja.

Rio yang kaget mendengar penuturan si pelayan langsung menoleh ke arah Kama.

"Lo sakit?" Tanyanya bingung.

"Apaan sih" Decak Kama. "Lagi nggak pengen aja" Kama beralasan.

"Gue yang biasa ya Pras, kalau mereka berdua yang soft aja sama kayak Kama" Rio meminta kepada Pras yang masih berdiri di sana.

"Gue yang high aja" Luna mengkoreksi.

"Wooooo" Rio mengerling ke arah Kama. "Siap- siap lo Kam" Godanya dengan menaikkan alisnya.

Kama hanya tersenyum mendengar godaan Rio, sebenarnya malam ini dia berniat hanya minum segelas dan kemudian pulang. Dia ingin mencoba sleep call dengan Hara, maka dari itu dia tidak ingin mabuk untuk malam ini.

Tapi lelaki bodoh mana yang akan menolak tawaran menggiurkan dari gadis molek seperti Luna.

Kama masih normal dan dia tidak bodoh

Pras yang kembali datang membawa tiga gelas minuman lainnya segera menaruhnya di meja dan pamit pergi.

"Party sampai pagi?" Teriak Rio mengangkat gelasnya ke tengah meja.

"Party sampai pagi" Ketiga yang lainnya ikut berseru dan mendentingkan gelas mereka bersama-sama.

Sementara itu Hara yang sudah selesai mandi dan melaksanakan sholat maghrib itu sedang mematut dirinya di depan cermin. Menimbang-nimbang apakah pakaian yang dia kenakan saat ini sopan untuk menemui tamu.

Hara tidak berhias dan hanya mengenakan pakaian rumahan saja. Dia tidak ingin memberikan harapan pada Edward jika nanti melihatnya tampil dengan baik.

Setelan kaos oversize dipadukan dengan celana joger dia pilih sebagai pakaiannya kali ini. Mungkin akan terlihat sedikit kurang sopan, tapi apa boleh buat, dia harus menetapkan batasannya.

Hara buru-buru mengikat rambutnya dengan gaya rambut cepol ke atas, di hiasi dengan surai-surai di samping-sampingnya yang tidak ikut terikat.

Cukup simple.

Toktoktok...

You are my sunshine...

Terdengar suara ketukan yang berbarengan dengan dering ponselnya yang ada di nakas. Dengan buru-buru Hara meraih ponselnya dan melihat

Pak Kama calling...

Toktoktoktok...

Suara ketukan pintu semakin menuntut. Hara menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan menjawab panggilan ketukan pintu.

"Ya siapa?" Teriaknya cukup kencang.

"Gue Kama" Namun yang Kama tidak tau Hara sama sekali tidak menempelkan ponselnya di telinga, melainkan berjalan menuju ke arah pintu.

"Iya Pak Mul" Sapa Hara begitu pintu terbuka dan menampilkan Pak Mul yang sedang berdiri di depannya.

"Pak Mul siapa?" Tanya Kama bingung. "Gue Kama, lo simpen pake nama siapa sih nomor gue?" Sungut Kama kesal.

"Itu neng Hara si duad udah dateng" Suara pak Mul tak ayal terdengar sampai ke telinga Kama, dia menajamkan pendengarannya di tengah-tengah alunan musik yang menggema. Dan sadar bahwa Hara sedang bersama orang lain saat ini.

"Oh ya pak, sebentar ya saya lagi nerima telepon dulu" Hara memberitahukan.

"Oh iya neng santai aja, duad nggak buru-buru kok, kan malam minggu malam yang panjang" Pak Mul menggoda Hara. "Itu si duad juga bawain jajanan buat neng Hara, apa sih namanya tadi eta mah?" Pak Mul mengingat-ingat.

Hara menghela napas, beginilah bapak kostnya, kalau sudah bicara susah sekali di putusnya.

"Pi.. Pi apa ya?" Pak Mul celingukan seolah sedang mencari jawaban. "Pitja! pitja yang sering keluar iklannya di tipi-tipi itu loh neng Hara" Seru Pak Mul girang berhasil mengingat nama makanan yang seumur-umur belum pernah di makannya.

"Oh iya pak, bilang sama Edward terima kasih, sebentar lagi saya turun, saya terima telepon dulu" Pungkas Hara sopan dan kemudian menutup pintu kamarnya kembali.

Dia melihat layar ponselnya, masih terhubung dengan panggilan Kama.

"Ada apa pak?" Tanya Hara.

"Giliran gue aja di panggil Bapak, giliran orang lain di panggil nama!" Kama yang kesal langsung membentak Hara dan mematikan sambungan teleponnya.

"Fuck fuck fuck!!!" Kama membanting ponselnya ke atas meja. Gelegak emosi sekarang sedang menguasainya, susah payah berusaha mengerti tentang bagaimana Hara tapi nyatanya orang lain terdengar lebih bisa akrab dengannya.

"Lo tau griya Indah nggak?" Tanya Kama dengan setengah berteriak kepada Rio.

"Tauk" Rio mengedikkan bahunya. "Coba cari aja di maps" Sarannya kemudian.

Kama langsung berdiri sambil mengutak atik map di ponselnya. Mengetikkan perumahan griya Indah dan kemudian melihat rute yang di tawarkan oleh aplikasi tersebut.

"Gue cabut dulu" Pamitnya setelah berhasil menemukan lokasi tujuan yang dia cari.

"Loh Kam nggak jadi party sampai pagi nih" Rio sudah berdiri dari duduknya hendak menyusul Kama yang terlihat seperti sedang di kejar setan.

"Tugas negara" Teriak Kama dan hilang sudah di seberang ruangan.

Meninggalkan Rio dan dua wanita yang sedang asyik bergoyang dari tempat mereka duduk.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!