Di sebuah kota yang terlupakan,ada sebuah rahasia tersembunyi. Rahasia yang dapat merubah hidup seorang gadis perantau , yang menemukan cinta pertama nya di tempat ia bekerja. Hubungan mereka bermula dari interaksi sederhana di kafe,yang kemudian berkembang menjadi perasaan yang mendalam. Namun, seperti halnya banyak kisah cinta lain nya,ego masing-masing menjadi rintangan yang sulit diatasi.Ketika mereka berdua menyadari kesalahan dan merindukan kebersamaan, tampak nya sudah terlambat.Kehadiran teman dekat yang kini menjalin hubungan dengan orang yang dicintai nya menambah luka di hati gadis itu.Meski perasaan nya belum sepenuh nya hilang,ia menyadari bahwa cinta sejati seharus nya tidak hanya tentang memiliki,tetapi juga tentang merelakan dan berharap yang terbaik untuk orang yang dicintai.Dengan hati yang berat,ia memutus kan untuk melanjut kan hidup nya.Membawa serta kenangan dan pelajaran berharga dari cinta pertama nya. Akan kah kebenaran sesungguhnya akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhylara_Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Banyak Yang Belum Aku Ketahui Tentang Mu
Malam hari di Senja Coffee ...
"Semua udah siap kan, van, kak?" Terlihat Aruna, Ariell dan Stevanny tengah sibuk melayani pelanggan, yang saat itu benar-benar ramai pelanggan.
"Sudah, tapi lihat di depan, masih ada banyak pelanggan yang mau mesan." ucap Ariell dengan nada sedikit keras, karena di sana terlalu bising dengan suara-suara pelanggan.
"Kita bagi tugas aja!" Seru Stevanny memberi saran. "Biar aku yang kedepan, kalian siap-siap aja di sini. Saat nanti aku udah catat menu mereka, kalian langsung buatin pesanan, gimana??"
" Yaudah boleh, jalan sekarang!! Ucap Ariell yang di beri anggukan kecil dari Stevanny dan Aruna.
Dalam keramaian itu Byan juga datang ke sana, untuk nongkrong bersama dengan teman-teman nya. Namun karena ramai nya pelanggan, mereka terpaksa harus cari meja lain, karena meja yang biasa mereka duduki sudah di pakai pelanggan lain.
Selain kelompok Byan, ada beberapa orang juga yang datang bersamaan dengan Byan. Dan mereka juga duduk semeja dengan nya. Dan mereka juga kelihatan akrab, mungkin itu juga termasuk teman-teman Byan, fikir Aruna saat itu.
Setelah pesanan pelanggan bagian depan selesai, baru lah kini ke 3 rekan kerja itu bergantian mendatangi meja Byan menanyai pesanan mereka masing.
Beberapa saat, pesanan mereka pun juga sudah di antar satu persatu. Namun, dalam situasi saat itu satu orang dalam kelompok semeja dengan Byan, berhasil membuat amarah Aruna terpancing, saking kesal nya dengan pelanggan yang satu itu.
(Flashback on)
"Kak, saya mi goreng satu, ya. Di bungkus!" ucap salah satu pria yang duduk semeja dengan Byan.
"Oke, tunggu sebentar." kata stevanny sembari pergi meninggalkan meja tersebut.
Stevanny pun langsung minta tolong pada Aruna, untuk membuat kan satu porsi mi goreng pada nya.
"Mi goreng nya satu kak, buat pelanggan yg semeja dengan kak Byan. Di bungkus ya, kak!!"
"Oke." Mengangguk dan langsung bergegas membuat kan pesanan yang baru saja di bilang Stevanny.
Setelah beberapa saat , pesanan itu pun sudah jadi dan siap di antar ke pelanggan.
"Orang yang mesen ini yang mana, Van??" Tanya Aruna, karena di meja tersebut ada banyak orang dan ia tidak tau pesanan yang sudah di siapkan itu milik siapa.
"Yang pojok kak, yang pakai baju hitam kak!!"
Aruna pun makin bingung, karena di sana, hampir semua nya memakai baju bewarna hitam.
"Yang mana? Yang pake baju hitam banyak, Van ..." keluh Aruna.
Stevanny hanya tersenyum sudut. "Itu tepat di depan kak Byan, yang rambut nya tebal agak keriting itu." jelas Stevanny sambil mengarah kan badan Aruna dan menunjuk orang yang ia tuju.
"Nah kan jelas, yaudah aku anter ini dulu." Ucap nya sambil mengangkat kantong yang berisi pesanan pelanggan itu.
Stevanny hanya mengangguk, mengiyakan perkataan Aruna.
"Permisi, ka ini pesanan yang tadi kaka pesen." Ucap Aruna lembut.
"Loh ... Kan saya tadi pesen nya makan di sini kak, kenapa di bungkus!" Protes pria itu dengan nada sedikit membentak,
"Oh iya maaf kak, temen saya bilang tadi minta di bungkus, makanya saya bungkus. Sekali lagi maaf ka, saya akan menyajikan ulang pesanan kaka." Ucap Aruna menunduk kan kepala, lalu pergi meninggal kan meja itu.
Ia berjalan cepat ke belakang, dengan wajah murung . Ia sedikit kesal karena kesalahan rekan nya, malah ia yang di bentak pelanggan.
"Kenapa? Kok pesanan nya di bawa lagi? Ga ada pemilik nya atau gimana?" Tanya Ariell serius melihat wajah Aruna yang kini terlihat murung.
Stevanny juga datang menghampiri Aruna, penasaran kenapa pesanan nya tidak jadi di antar.
"Dia bilang, dia ga minta bungkus. Tapi makan di sini." Ucap Aruna menjelaskan pada kedua rekan nya.
"Loh, tapi tadi aku jelas denger kalau dia minta nya di bungkus, kak ... Aku ga mungkin salah denger." jelas Stevanny sedikit kesal.
"Yaudah lah , biar aku saji kan lagi pesanan nya." Kata Aruna bergegas mengambil piring.
Tak butuh waktu lama, pesanan nya pun sudah tersaji di dalam piring dan sudah di sajikan rapi oleh Aruna. Ia pun kembali menghidang kan pesanan pria tersebut.
"Ini kak, pesanan nya." Tak lupa dengan sikap nya yang ramah dan juga memberikan senyum kehangatan nya.
"Maaf ... tapi bisa tolong kamu bungkus saja!" pinta pria itu tersenyum licik kepada Aruna, seperti ia sedang mempermainkan Aruna.
Hal itu membuat wajah Aruna terasa memanas, karena sepertinya pria yang saat ini berada di hadapan nya tengah mengolok-olok diri nya.
"Serius aja ka, saya udah bolak balik dari tadi loh!!" sangkal Aruna dengan nada sedikit tinggi.
"Saya serius, tolong di bungkus lagi, ya." ucap nya dengan santai, tersenyum seakan tak punya salah.
"Oke." Jawab Aruna ketus lalu beranjak pergi.
Namun belum berapa jauh Aruna berjalan, pria itu kembali menyahut pada Aruna.
"Hei, tunggu."
Aruna menoleh dengan kesal sambil menahan agat amarah nya tidak pecah saat itu.
"Saya makan di sini saja, ga jadi di bungkus!" ucap nya tersenyum miring.
Disitu Byan terus diam dengan muka datar, duduk dengan tegap sambil menyilangkan tangan di dadanya. Memperhatikan pria yang berada di hadapan nya, sampai kapan pria itu akan mempermainkan emosi wanita nya.
Sementara Aruna, terdiam sejenak. Wajah nya kini semakin terasa memanas, ingin sekali menghajar pria yang kini masih mengolok-olok diri nya.
Namun ia tetap menahan nya, karena situasinya sangat tidak memungkin kan untuk diri nya melepas amarah di tengah keramaian pelanggan.
Aruna mulai berjalan perlahan, sambil membawa sepiring makanan yang tadi nya akan di kemas. Namun, saat dia sudah mau menyajikan ...
"Eh tunggu, bungkus saja. Saya sudah mau pulang!" Ucap nya dengan santai menatap Aruna memberika senyum licik nya.
Mata Aruna langsung membesar, dan wajah nya sudah semakin panas. Aura nya mulai terasa dingin, Aruna yang tadi nya selalu tampak ramah, sekarang berubah diam dengan wajah datar yang sulit di artikan.
Byan yang melihat itu, langsung mengubah posisi dari yang tadi nya santai, sekarang menjadi tegak. Ia sedikit cemas melihat ekspresi Aruna, yang sama sekali belum pernah ia lihat.
"Breng**k!!" Bentak Aruna, sambil melemparkan pring yang ia bawa ke meja di mana pria itu duduk. "Saya udah diam dari tadi, ya kak. Jangan mentang-mentang pelanggan itu adalah raja, kaka seenak nya mengolok-olok pekerja di sini. Kita juga sama-sama manusia, sama-sama punya hati. Seenak nya aja mempermainkan emosi orang. Kalau kaka ga niat makan, gausah pesen ini, itu!! Ga semua orang bisa sabar mengahadapi tingkah buruk, seperti yang kaka lakuin tadi. Jangan mentang-mentang saya terlihat lemah di depan semua orang, kaka berani mempermainkan emosi saya. Masih untung kaka hanya mempermainkan saya, kalau sama orang lain, bisa habis tau ga. di hajar habis-habisan pasti nya. Ini udah melebihi batas kesabaran orang." Berjalan cepat meninggalkan pria yang hanya diam tanpa sepatah kata pun.
Dengan nafas terengah-engah, wajah yang sudah memerah, serta mata nya mulai berkaca-kaca. Aruna terus berjalan sampai akhirnya satu tetes air mata berhasil lolos mengalir ke pipinya.
(Flashback off)
Mata Byan seketika melebar, saat melihat sisi lain dalam diri Aruna keluar. Ia terus menatap Aruna yang kini sudah menjauh dari sana, seketika Byan tersenyum miring . Seakan puas dengan tindakan yang di lakukan Aruna barusan.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
Mari saling mendukung🤗