Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. pengkhianat?
Barra kini berada di atas rooftop sekolah. Dan pagi ini Barra tersenyum-senyum sendiri. Entahlah apa yang di rasakan oleh cowok itu.
Ia menikmati es jeruk warna orange yang manis itu. Rambutnya terombang ambing oleh angin, matanya menyipit memandangi beberapa anak-anak SMA Garuda yang baru saja masuk ke dalam sekolah.
"Es jeruk?" Gumamnya lalu kemudian menatap es jeruk yang sedang di minumnya itu. Terasa segar. Baru kali ini Barra minum es jeruk. Karena dimasa lalu trauma saat dirinya membuat jus jeruk namun rasanya sangat asam. Dan kini baru Barra minum es jeruk itu lagi. Ini ketiga kalinya Barra melihat Calista meminum es jeruk.
Lalu kemudian Barra merogoh sakunya yang terdapat ponsel disana, itu ponsel Calista. Ia menyalakan ponsel itu dan tersenyum seketika melihat wallpaper dari ponsel tersebut. Foto Calista yang sedang meminum jus jeruk di pantai dan di piring itu ada beberapa makanan seafood yang terlihat.
Lagi-lagi hati Barra menghangat melihat wajah cute Calista. "Umur berapa dia? Kayaknya jauh lebih muda dari gue. Ni anak pasti bocil sekolah nya kecepetan." Gumamnya. Tanpa disadari ingin tau tentang Calista lebih dalam.
Bel pelajaran pertama berbunyi, entah itu dorongan darimana Barra turun dari rooftop untuk menuju ke kelasnya. Moodnya di pagi ini sangat bagus sejak bertemu Calista. Wajah imut itu mampu merubah moodnya.
Tiba di kelas semua murid-murid menatap Barra bingung. Astaga... Barra kesambet apa nih? Begitu pula dengan teman-temannya yang saling menatap.
"Es jeruk?" Ucap Barra menawari teman sampingnya sembari menggoyangkan cup ice jeruk tersebut. Barra tau teman-temannya itu terus menatapnya. "Ngapain ngelihatin gue?" Tak ada yang berani melawan semua pun fokus menghadap ke depan.
****
Istirahat pertama, Calista ingin menemui Barra namun saat Deolinda memberitahu nya bahwa setelah istirahat pertama anggota basket putri harus latihan saat ini.
Calista pun tidak ada waktu untuk mengambil ponselnya. Ia emosi sekali gara-gara si Barra itu, ia tidak bisa melihat informasi apapun di ponselnya.
Disaat yang bersamaan
Barra juga Keluar dari kelasnya. Ia menuju sebuah rooftop yang dimana disana ada tempat kecil yang di jadikan tempat nongkrong oleh geng nya Barra sendiri.
Barra membolehkan siapapun datang ke rooftop, namun ia tidak membolehkan siapapun masuk ke tempat yang sudah ia buat dan meja di kantin yang khusus untuk geng nya itu.
Barra duduk di tempat kecil itu yang dimana ada kursi sofa, meja, dan juga ada televisi. Meskipun kecil namun sangat nyaman dan bersih.
Barra mengepulkan asap vape nya lalu kemudian ia mengambil ponselnya yang ada di saku. Ia melihat beberapa pesan masuk dari orang.
"Ada balapan ntar malem." Celetuk Barra.
"Siapa yang ngadain?" Tanya Nelson.
"Ketua Black mamba." Sahut Barra. "Siapa yang mau turun?"
"Lo aja! Gue nggak mood!" Ucap Gilang, Kini dirinya tiduran di sofa.
"Okay!" Barra tersenyum, apalagi disana pasti ada Figo. Musuh bebuyutan Barra dan geng Wolf. Sungguh mudah mengalahkan Figo.
Sudah lebih dari 10 menit, namun yang di tunggu-tunggu Barra tidak datang. Cewek itu mampu membuatnya penasaran.
Nggak penting kah hp nya?
Barra pun beranjak dari duduknya, ia merasa lapar dan ingin ke kantin untuk beli kebab.
Barra berjalan melewati lapangan olahraga. langkahnya berhenti saat matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang ia tunggu-tunggu.
Ia pun berdiri di ujung lapangan itu sembari melipat kedua tangannya,Barra juga menyandarkan tubuhnya disamping tembok.
Pak Anto yang melihat hal itu pun menghampiri Barra. "Barra, kita butuh beberapa orang lagi untuk pertandingan futsal dengan sekolah sebelah, apa kamu mau ikut?" Tanya pak Anto menawari.
"Masih kurang berapa orang pak?"
"Masih kurang 3."
"Okay, saya dan teman-teman saya ikut."
"Baiklah, saya tulis daftar namanya."
Barra pun kembali berjalan namun matanya masih melirik Calista. Beberapa orang yang main basket tidak fokus karena melihat Barra.
Calista sendiri tau ada Barra, ia mengacungkan jari tengahnya pada Barra. Lalu kemudian Barra memberikan jempol terbalik pada Calista.
***
Pulang sekolah, Calista berlari menunggu Barra di parkiran. Niatnya tentu ingin merebut hp nya.
Tak lama dari itu, Barra dan teman-temannya datang. Kemudian Barra menaiki motornya lalu kemudian menyalakan motornya, namun lagi-lagi kunci motornya di ambil oleh Calista.
Barra pun menoleh menatap Calista yang sudah ada disampingnya. Ekspresinya galak tapi cute. "What! Babe?" Tanya Barra dengan wajah ramahnya sembari melipat kedua tangannya di dada.
Ketiga temannya itu melongo mendengar Barra yang memanggil babe pada orang lain. Sejauh ini meskipun Barra bermain dengan wanita-wanita sexy di luar sana, namun Barra tidak pernah memanggil seseorang itu dengan kata-kata sayang.
"Balikin hp gue!" Kata Calista.
Lalu tak lama dari itu cewek centil berlari kecil meneriaki Barra. "Sayang." Panggil Elvina membuat teman-temannya itu meliriknya sinis. Kepedean banget si Elvina ini, padahal cuma dimanfaatin doang sama si Barra.
Barra pun menatapnya sinis, ia merasa terganggu dengan keberadaan Elvina. "Sayang kamu nungguin aku ya." Kata Elvina dengan manjanya. Ia pun bahkan langsung menaiki motor Barra, tak lupa ia melirik sinis pada Calista. "Jangan deketin Barra atau Lo akan tau akibatnya!" Ancam Elvina pada Calista.
"Ih, najis banget!" Cibir Gilang yang jijik mendengarnya.
Calista hanya berdecih mendengar hal itu. "Urusin tuh cowok Lo, kalau punya cowok di urusin. Dia naksir tuh sama gue sampai-sampai hp gue di bawa sama dia!" Balas Calista tak kalah membuat Elvina terkejut. Hal itu juga membuat hati Elvina panas.
"Sayang, kamu ngapain ambil hp dia? Udah balikin aja nggak guna banget!" Ucap Elvina membuat Barra geram sendiri.
"Lo turun dari motor gue sekarang!" Titah Barra tegas.
Calista menghela nafasnya kasar mendengar perdebatan mereka. Masalahnya bukan selesai malah menambah. "Udah, balikin sini hp gue. Terus bawa pergi tuh cewek Lo!" Kata Calista yang kini sudah emosi.
Barra pun menengahi, ia sendiri juga capek dengan perdebatan ini. Menuruti Elvina tak akan ada habisnya.
"Nggak akan gue balikin. Ini mobil elo kan?" Tanya Barra tanpa di jawab pun tahu. Beruntung sekali cowok itu karena melihat kunci mobil didalam sana. Barra pun langsung masuk ke kursi kemudi.
Calista membelalakkan matanya melihat hal itu. Barra menyalakan mesin mobil Calista. Ia membuka kaca mobil tersebut.
"Turun Lo!" Bentak Calista.
"Lo yang masuk atau gue bawa mobil ini!"
Calista emosi, benar-benar emosi. Tadi hp nya yang dibawa sekarang mau mobilnya. Mau tidak mau akhirnya Calista pun akhirnya menurut masuk ke dalam mobil tersebut.
"Aku juga ikut!" Kata Elvina. "Gue nggak Sudi orang pengkhianat ada didalam mobil gue! Jalan!" Kata Calista meminta Barra untuk menjalankan mobilnya.
Barra pun menjalankan mobil tersebut. "Cabut gaes." Ucap Barra pada teman-temannya.
Pikiran Barra sangat ganjal saat ini. Apa kata Calista tadi?
Pengkhianat? Siapa yang pengkhianat?