LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan membantumu
“Jasson, maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu dimarahi oleh Kakak ataupun Papa. Maafkan aku.” Jesslyn tiba-tiba berhambur memeluk Jasson. Wanita itu menangis karena merasa bersalah. Jasson sudah bersusah payah menyembunyikan air matanya, kini karena Jesslyn menangis, dirinya pun ingin ikut menangis.
“Aku tidak berniat menyakiti siapapun. Aku sangat mencintai Kimmy. Aku sangat menyayangi dan menghormati Papa. Aku tidak berniat menyakiti siapapun.” Kini hanya bahu Jesslyn yang dibuatnya untuk bersandar menuangkan rasa sakitnya saat air matanya tak mampu lagi ia bendung. Jesslyn pun semakin tak kuasa dan merasa sangat bersalah karena telah memprovokasi kakak dan juga papanya untuk memarahi Jasson.Ya, dirinya tidak menyangka bahwa Jasson akan seterluka ini. Ia pun seolah bisa merasakan apa yang tengah saudara kembarnya itu rasakan.
“Aku hanya ingin seperti kakak yang selalu menuai pujian semua orang atas pencapaiannya, dan selalu dibangga-banggakan oleh Papa. Aku tidak berniat menyakiti siapapun di sini. Aku tidak berniat menyakiti Papa maupun Kimmy hanya karena Alea dan keinginanku. Aku tidak tau kalau semuanya akan jadi seperti ini.”
“Jasson ....”
“Aku sangat mencintai Kimmy, aku tidak mau kehilangan dia.” Jasson dan Jesslyn saling memperkuat pelukannya, seolah rasa sakit keduanya saling terhubung dan tersalurkan.
Kerikil-kerikil kecil yang mengganjal di dalam hati Jasson seakan terluapkan saat itu juga. Seumur hidup ia tidak pernah menceritakan permasalahan hatinya kepada siapapun. Ia lebih memilih memendamnya sendiri atau berbagi cerita kepada Harry. Tetapi, untuk kali ini, Jasson benar-benar tidak sanggup untuk berpura-pura bahwa dirinya baik-baik saja. Kelemahan laki-laki itu hanyalah keluarga dan orang-orang yang sangat disayanginya.
“Jasson maafkan aku.” Tangisan Jesslyn semakin memecah karena rasa bersalahnya. Jasson panik, takut semua orang yang ada di klinik ini datang menghampiri karena suara tangisan Jesslyn yang tidak terkondisikan. Ini sungguh memalukan. Jasson segera merenggangkan pelukannya. Ia mengusap kedua sudut matanya yang terlanjur basah. Mengerjap-ngerjap supaya air matanya tak lagi mengalir.
“Kenapa jadi kau yang menangis? Diamlah!” Suara Jasson kembali dingin. Ia menarik tubuh Jesslyn. Ibu jarinya mengusap wajah saudari kembarnya yang digenangi penuh air mata.
“Aku yang membuat kakak dan Papa marah kepadamu. Kau dimarahi gara-gara diriku.” Jesslyn terisak-isak.
“Jangan bicara seperti itu. Kau tidak salah. Ini memang kesalahanku, mereka pantas memarahiku. Aku yang terlalu bodoh karena tidak memikirkan perasaan orang-orang yang ada di sekitarku. Aku malah mementingkan diriku sendiri.” Tangan Jasson masih tak berhenti bergerak mengeringkan wajah Jesslyn.
“Jangan menangis!” tutur Jasson.
“Ini juga kesalahanku. Aku akan memperbaikinya. Kau tenang saja, aku akan membantumu berbicara kepada Papa, kakak dan juga Kimmy supaya mereka tidak marah lagi kepadamu.”
“Tidak usah, aku bisa mengatasi semua masalahku sendiri,” tolaknya penuh ketegasan.
“Sudah, jangan menangis lagi ... dasar Nenek tua cengeng!” Sikap menyebalkan Jasson kembali muncul hingga membuat tangisan Jesslyn seketika berhenti.
“Kau sungguh menyebalkan.” Jesslyn mengisak dan mengelap ingus yang sedari tadi naik turun dari tempatnya.
“Kau juga jangan menangis lagi.” Jesslyn kini bergantian mengusap kedua sudut mata Jasson yang masih dilekati sisa-sisa air mata.
“Siapa yang menangis?" Jasson menepis tangan Jesslyn. "Aku tidak menangis!” bantahnya dengan suara yang dingin dan juga angkuh.
Jesslyn terkekeh, rasanya ingin sekali menertawakan saudaranya tersebut. “Jelas-jelas kau tadi menangis.”
“Aku tidak menangis!” seru Jasson.
“Lihatlah, sebagian bajuku basah. Kau masih mengelak?” Jesslyn menunjukan bahunya yang memang terlihat sedikit basah. Jasson kini tidak bisa membantah lagi. “Menyebalkan.” Ia benar-benar malu karena sudah menangis. Tapi, tadi ia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Setidaknya, rasa sakitnya sedikit berkurang karena adanya Jesslyn.
“Kau yang terlebih dulu membuatku menangis,” kilah Jasson. “Lupakan masalah tangisan. Sekarang cepatlah pulang. Papa dan Mama pasti menunggumu di depan.”
“Ayo kita pulang bersama.” Jesslyn meraih lengan tangan Jasson, tetapi lelaki itu menolak.
“Aku tidak bisa pulang sekarang. Aku harus menemui Mark dan menyelesaikan masalah Alert. Karena Kimmy seperti ini semua gara-gara dia.” Jasson menggertakan giginya. Amarahnya kembali membuncah saat mengingat kejadian beberapa jam yang lalu menimpa istrinya.
“Baiklah, tetapi jangan berkelahi,” tutur Jesslyn sembari mengerutkan bibirnya.
“Hmm, tidak akan ... sudah cepat pulanglah.”
Jesslyn bergeming. Mata sembabnya masih terus menatap iba wajah saudara kembarnya yang ada di hadapannya saat ini.
“Kenapa masih di sini?!” tanya Jasson.
“Jasson, apa benar kau mencintai Kimmy?” tanya Jesslyn dengan sedikit ragu.
Jasson mengalihkan pandangannya sesaat setelah tatapan matanya terkunci cukup lama dengan kedua mata Jesslyn. Matanya seolah berbicara. Napasnya berembus berat. Rasa sedihnya kembali tersulut. Nampak jelas di kedua bola mata peraknya yang saat ini berkilat-kilat.
“Jika aku tidak mencintainya, aku tidak akan seterluka ini saat dia menolak untuk tidak ingin bertemu denganku.” Tatapan mata Jasson kosong. Perkataannya terdengar begitu dalam. Tatapan mata dan suaranya sudah cukup mewakili jawaban atas pertanyaan Jesslyn, bahwa Jasson benar-benar mencintai sahabatnya.
Jasson merasakan sakit yang teramat saat mengingat penolakan Kimmy yang tidak mau bertemu dengan dirinya. Namun, yang lebih menyakitkan lagi ialah, ketika wanita itu memutuskan untuk tinggal di rumah Mama Kelly dan Papa Louis tanpa dirinya. Belum menjalankannya saja hati Jasson sudah tersiksa seperti ini. Lantas bagaiman bisa dirinya tinggal di rumah sendirian tanpa bertemu dengan Kimmy selama beberapa hari?
“Sepertinya dia benar-benar marah dan membenciku.” Jasson memejamkan singkat kedua matanya, diikuti dengan napas panasnya yang terbuang cukup berat.
Kedua ekor mata Jasson menangkap rasa iba lagi di kedua manik mata Jesslyn yang sedari tadi bergeming memperhatikannya. Ia sungguh membenci dikasihani. “Sudahlah, jangan memancingku lagi. Cepat pulanglah!" Suara menyebalkan itu memerintahnya lagi.
Jesslyn masih tak mengindahkan perintah Jasson. Wanita itu masih sibuk mengamati saudara kembarnya yang terlihat memijat pangkal hidungnya supaya air matanya tidak kembali meluap. Jesslyn tau bahwa Jasson tengah berusaha membuat air matanya supaya tidak terjatuh lagi.
“Kenapa kau masih di sini, Nenek tua?” Jasson mendengus kecil merasa kesal karena saudaranya itu tak berhenti mengasihani dirinya.
“Jasson, aku sangat menyayangimu.” Jesslyn tiba-tiba membenamkan kembali tubuhnya ke dalam pelukan Jasson. Suaranya terdengar parau, namun tak menghilangkan ciri khas manjanya. Meskipun mereka sering bertengkar, tetapi keduanya tetap saling menyayangi dengan caranya masing-masing.
Semua anak-anak Merry dan Gio memang terlihat angkuh dan menyebalkan. Tetapi, jauh dari lubuk hati mereka, mereka adalah anak-anak yang baik, berperasaan dan penyayang. Mereka tidak bisa melihat orang-orang yang ada di sekitarnya menderita. “Maafkan aku, Jasson.”
“Aku juga sangat menyayangimu.” Jasson membalas pelukan Jesslyn dan mendaratkan ciuman singkat di puncak kepala wanita itu. “Sudah lupakan saja. Jangan meminta maaf terus menerus, aku tidak sekejam itu kepada nenek tua seperti dirimu,” ledeknya dengan terkekeh.
“Jasson, kau benar-benar menyebalkan!” Jesslyn menarik tubuhnya, dan memukul dada Jasson. Pelukan di antara keduanya pun berakhir. Gelak tawa yang ringan sedikit menyurutkan kesedihan di antara mereka.
“Percayalah kepadaku, semuanya akan baik-baik saja. Kimmy bukan membencimu, tapi dia hanya kecewa kepadamu,” tutur Jesslyn. Kata-katanya terdengar anggun dan dewasa. Membuat Jasson merasa tenang dan tak putus harapan. “Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Tunjukan kepada Kimmy kalau kau benar-benar mencintainya.”
Jasson mengulum senyuman tipis di bibirnya—nyaris tak terlihat. “Tentu saja.” Tangannya mengacak-acak rambut Jesslyn. “Sudah sana, cepat pulanglah.”
Jesslyn menganggukan kepalanya. “Setelah dari Mark kau harus pulang, dan jangan berkelahi!”
“Iya, cerewet sekali!”
Jesslyn mencebikan bibirnya dan berjalan keluar dari ruangan itu. Namun, ia tak langsung pergi. Langkahnya sengaja ia hentikan di depan pintu ruangan yang ia tutup sebagian. Ia sejenak mengamati Jasson yang kembali terlihat sedih selepas kepergian dirinya meninggalkan ruangan itu.
“Kimmy juga sangat mencintaimu, Jasson. Terlebih lagi, wanita yang kau cintai saat ini sudah mencintaimu sejak dia kecil. Tetapi aku tidak bisa memberitahukan ini semua kepadamu. Aku masih ingin melihat seberapa perjuanganmu mencintai Kimmy. Tapi aku akan tetap membantumu, dan aku tidak akan membiarkan siapapun merusak pernikahan kalian. Siapapun itu!”
.
.
.
Nona update ini dulu ya, soalnya belum kelar nulis. Kalau udah kelar nulis, langsung Nona update lagi. ^_^