Memilik cinta yang begitu besar tak menjamin akan bertakdir. Itulah yang terjadi pada Rayyan Rajendra. Mencintai Alanna Aizza dengan begitu dalam, tapi kenyataan pahit yang harus dia telan. Di mana bukan nama Alanna yang dia sebut di dalam ijab kabul, melainkan adiknya, Anthea Amabel menggantikan kakaknya yang pergi di malam sebelum akad nikah.
Rayyan ingin menolak dan membatalkan pernikahan itu, tapi sang baba menginginkan pernikahan itu tetap dilangsungkan karena dia ingin melihat sang cucu menikah sebelum dia menutup mata.
Akankah Rayyan menerima takdir Tuhan ini? Atau dia akan terus menyalahkan takdir karena sudah tidak adil?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Tak Ada Yang Boleh Menyakiti
Ditariknya dengan lembut tangan Anthea agar memeluk pinggangnya. Tak ada jarak di antara mereka berdua di atas motor. Motor berjalan bukan ke arah rumah mereka melainkan ke rumah sakit.
"Ray--"
"Lu tadi didorong dan jatuh dalam posisi duduk. Itu sangat berbahaya."
Anthea terdiam mendengar kalimat yang begitu tegas dan tidak menerima pembantahan. Perempuan itu mulai diperiksa bahkan Rayyan meminta dilakukan Rontgen untuk memastikan semuanya.
"Besok Mas dan Mbak-nya balik lagi untuk melakukan Rontgen. Dipemeriksaan sementara, tak ada yang perlu dikhawatirkan."
Tak ada pembicaraan apapun di jalan pulang. Tanpa diminta Anthea sudah memeluk pinggang Rayyan. Motor kembali berhenti di kedai pecel lele.
"Mau makan atau berhenti bekerja."
Begitu dingin kalimat itu terdengar di telinga Anthea. Terlihat ada siluet marah di wajahnya.
"Kita makan di rumah."
Tibanya di rumah, Rayyan menyuruh sang istri untuk membersihkan tubuh. Cukup terkejut ketika Anthea yang baru selesai membersihkan tubuh melihat keberadaan Rayyan di kamarnya. Tengah duduk santai di sofa panjang. Tangannya menepuk bagian kosong sofa tersebut.
Tatapan datar Rayyan membuat Anthea berubah menjadi anak kucing. Dengan sedikit rasa takut akhirnya Anthea sudah berada di depan sofa. Rayyan menarik tangan Anthea dengan begitu lembut hingga tubuhnya terjatuh di pangkuannya. Menatap dalam manik mata indah Anthea.
"Gua akan memeluk lu sampai lu gak bisa bernapas."
Kedua tangan itu melingkar di peluk Anthea hingga menimbulkan rasa hangat yang mulai menjalar ke seluruh tubuh Anthea.
"Luapkan apa yang lu rasakan. Hilangkan beban yang sudah lu pikul sendirian. Dan mulailah mencoba berbagi beban supaya beban itu terasa ringan."
Anthea terharu dengan kalimat yang Rayyan ucapkan. Matanya sudah berembun.
"Jangan lagi menangis sendirian karena sekarang lu punya gua. Tempat untuk menumpahkan air mata yang sekuat tenaga lu tahan. Gua akan menjadi rumah ternyaman untuk lu bersandar. Bahkan untuk lu pulang."
Bulir bening meluncur tanpa aba. Wajahnya dia letakkan di pundak Rayyan dengan isakan tangis yang begitu lirih.
.
"Menangislah sepuasnya, Sayang. Tumpahkan semuanya di pundak gua."
Punggung Anthea diusap dengan begitu lembut. Kesedihan juga kepiluan yang Anthea rasakan dapat Rayyan rasakan. Perempuan itu benar-benar menangis kejar. Setelah mulai reda, Rayyan memundurkan tubuh sang istri tercinta. Menghapus jejak air mata yang membasahi wajah.
"Udah lega?"
Anthea hanya mengangguk. Rayyan pun melengkungkan senyum. Pipi putih itu kembali dia usap dengan penuh kelembutan.
"Makan, ya?"
"Gak lapar."
Anthea meletakkan kepalanya di dada bidang sang suami. Terdengar detak jantung Rayyan dengan jelas.
"Dari pagi lu belum makan. Gua gak main-main loh dengan ucapan gua kemarin."
Tak ada jawaban, tapi kedua tangannya begitu erat memeluk tubuh Rayyan. Sekarang, Anthea membenamkan wajahnya di leher sang suami. Deru napas Anthea pun mampu Rayyan rasakan.
Jika, sudah seperti ini Rayyan tidak bisa memaksa. Membiarkan istrinya seperti ini dulu. Karakter Anthea itu keras. Semakin dia dipaksa, maka dia akan semakin menolak. Dan tak berselang lama, dengkuran halus pun terdengar. Senyum pun terukir di wajah tampannya ketika istrinya tertidur di atas pangkuannya.
"Untung udah sayang. Jadi, bisa sabar."
Tubuh Anthea sudah dipindahkan ke atas tempat tidur. Sedangkan dirinya sudah duduk di atas sofa sambil mengecek ponsel dengan serius.
Sebenarnya Rayyan tak meninggalkan Anthea sendirian. Ada beberapa orang yang menjaga, tapi hanya dari jauh. Dia tidak ingin membuat Anthea risih. Makanya dia harus memutar otak untuk membuat strategi.
Perihal perlakuan ibunya pun dia tahu semua. Dia sangat marah dan mulai mengatur siasat untuk membalas perbuatan ibu mertuanya. Itulah yang membuat Rayyan tak bisa dihubungi.
Rayyan adalah manusia yang sangat cerdik. Dia menerapkan peribahasa mendayung satu dua pulau terlampaui. Jadi, dia akan menggunakan mantannya untuk membalaskan marahnya kepada sang ibu mertua.
Alanna masih dalam pantauan Rayyan. Bukan karena Rayyan masih menyimpan hati, tapi dia ingin tahu apa saja yang mantannya itu lakukan di negeri orang tanpa kartu sakti.
#Flashback on.
"SIYALAN!"
Rahang Rayyan mengeras ketika mendapat laporan jikalau Anthea ditampar oleh sang ibu mertua. Rayyan segera menghubungi orang yang berada di LN dengan wajah penuh kemurkaan.
"Kuras isi atm si Zidane dan buat si jalank jadi gelandangan."
Darah Restu Ranendra masih mengalir deras di tubuh Rayyan. Cukup sekali saja cinta membuatnya menjadi manusia tolol. Sekarang dia harus melindungi wanita yang mulai dia sayang.
Rasa bosan sudah menghampiri Rayyan dari enam bulan lalu. Hubungannya dengan Alanna sudah sangatlah hambar. Apalagi dia sudah lelah dengan sifat manja, susah diatur serta egois yang Alanna miliki. Dia sudah sangat jenuh dan ingin menyudahi hubungan yang sudah cukup lama dia jalin.
Namun, di satu sisi dia tidak mau menyakiti Alanna. Dia tidak ingin hidup Alanna hancur karena setelah mengenal dirinya hidup Alanna kembali berwarna. Bertahan karena iba bukan karena cinta.
Apalagi desakan dari ibunya Alanna membuat Rayyan tidak bisa berkutik. Wanita itu bahkan sampai memohon dan menangis supaya dia tak meninggalkan Alanna. Itulah yang semakin membuat Rayyan tidak tega.
Perihal keinginannya untuk membatalkan pernikahan bukan karena dia tidak Sudi bersanding dengan Anthea. Melainkan dia tidak ingin membuat orang yang tak tahu apa-apa ikut sakit seperti dirinya. Namun, takdir malah berkata lain. Restu keluarga membuatnya harus melanjutkan pernikahan sakral dengan Anthea.
Jatuh cinta pada pandangan pertama itulah yang Rayyan rasakan. Betapa cantiknya ketika melihat Anthea di acara akad. Ada getaran yang berbeda ketika dia mengecup kening Anthea. Apalagi, ketika mereka sudah tinggal bersama. Rasa kagum selalu muncul setiap kali melihat kemandirian juga kedewasaan Anthea.
Lengkungan senyum terukir di wajahnya karena sebuah kabar sudah dia dapatkan. Mobil yang dikendarai Zidane baru saja menabrak mobil di jalan raya.
"Ganti rugi!" Itulah yang dia katakan.
Pria yang mobilnya ditabrak keluar dari mobil dan langsung menarik kerah baju Zidane dengan sangat kasar dan arogan. Tak mau urusannya panjang, Zidane segera mengeluarkan dompet. Tak dia sangka pria itu segera merampas dompet itu dan mengambil semua isi dompet tersebut. Lalu, pergi.
Alanna turun dari mobil setelah semuanya aman. Dia begitu murka ketika Zidane mengatakan jikalau semua kartunya sudah diambil oleh pria tersebut. Makian Alanna lontarkan dengan sangat kencang.
"Kenapa kamu bodoh, Zidane? Terus kita mau pake apa untuk tinggal di sini? Ibu aku belum krim uang."
"Aku juga gak tau Alanna. Aku gak tahu akan gini jadinya."
"Emang ya kamu itu udah miskin, bodoh pula! Enggak kaya Rayyan!"
"Cukup, Alanna!" teriak Zidane.
"Capek aku dibandingin terus sama mantan kamu itu!"
"Capek? Aku lebih capek sama kamu karena kamu gak bisa menuhin semua keinginan aku tidak seperti Rayyan."
Untuk kesekian kalinya Zidane dibandingkan dengan Rayyan. Jelas sangat berbeda di antara keduanya. Emosinya pun memuncak. Rahang sudah mengeras dan sebuah tamparan Zidane layangkan pada pipi Alanna.
Tak terima diperlakukan kasar, Alanna mendorong tubuh Zidane dengan sekuat tenaga sambil terus memaki. Emosi yang masuk hinggap malah semakin dibakar. Tanpa Zidane sadari dia sudah mendorong tubuh Alanna hingga terjengkang.
"Perut aku--"
Suara ringisan membuat dirinya tersadar. Dilihatnya darah sudah mengakir di bagian dalam kaki Alanna. Tanpa berpikir oanjanga dia segera membawa Alanna ke rumah sakit.
Sayangnya, janin itu tak bisa diselamatkan dan Zidane tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang sangat mahal. Mendapat laporan itu membuat Rayyan tersenyum bahagia.
"Tak ada satupun orang yang bisa menyakiti Anthea sekarang. Termasuk keluarganya."
#off.
Pesan masuk dari nomor luar membuat senyum tipis terukir. Dia sangat tahu kode negara tersebut.
"Ray, tolong aku. Tolong buka blokiran kartu kamu. Aku mohon, Ray."
Tak lama panggilan dari nomor yang sama terus menghubunginya. Namun, sama sekali tak dia indahkan. Memilih naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuh tepat di samping Anthea. Sebuah foto sengaja dia ambil untuk membalas pesan dari Alanna.
"Pemilik nomor yang Anda hubungi sedang tidur bersama istrinya. Harap jangan diganggu."
"Enggak! Gak mungkin Rayyan suka sama si perempuan bodoh itu."
...*** BERSAMBUNG ***...
Mana dong komennya? Kalau bisa banyakin ya komennya. Maaf, up-nya tengah malam.🙏
aku dah baca kak , tapi baru 1 bab , ini baru bisa dan sempat buka NT . pasti lanjut baca lah kak . seru juga bikin greget .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍 bonchap nya ditambah lagi juga masih mau kak fie
oke otw ke yg baru