Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinner yang Terganggu
Tepat jam 3 sore, Anderson mengabarkan pada Vivian jika dia sedang berada di dalam perjalanan pulang. Vivian begitu senang, ia menunggu kedatangan Anderson dan selang beberapa saat ia melihat mobil Anderson memasuki halaman.
Begitu berhenti di depan pintu utama, Anderson langsung turun dan mengambil buket bunga yang ia bawa tadi. "Ini untuk mu," ucapnya.
Dengan senyuman lebar, Vivian mengambil bunga di tangan Anderson, kemudian berhambur memeluk Anderason.
Tubuh Anderson menegang, jantungnya berdebar-debar. Ia membalas pelukan Vivian dan tersenyum dengan wajah memerah. "Aku senang jika kau senang, maaf tadi malam aku tidak pulang."
"Tidak apa-apa, yang terpenting kau sudah menyiapkan hadiah untuk ku."
"Nanti malam aku ingin mengajak mu makan di luar," ucap Anderson. Sebagai permintaan maafnya ia ingin meluangkan waktu bersama Vivian.
"Seperti Dinner?" tanya Vivian.
Anderson mengangguk dan tersenyum, ia mencoel dagu Vivian. Keduanya pun berjalan beriringan dan sambil tertawa bersama seakan tak akan lagi ada guncangan yang akan menerpa mereka.
Keduanya pun duduk di balkom, seorang pelayan pun menghidangkan camilan dan jus.
"O iya, Anderson tadi aku menghubungi nenek."
Anderson yang ingin mengambil jus jeruk di depannya, tangannya seketika berhenti dan wajahnya sulit tak terbaca. "Nenek?" ulangnya.
Vivian mengangguk, "Iya, sepertinya nenek ada masalah. Suaranya beda seperti ada sesuatu."
Apa nenek tak mengatakan sesuatu pada Vivian? Batin Anderson.
Dia teringat dengan perkataannya yang melarang nenek Amel untuk ikut campur dalam urusannya, ternyata neneknya menuruti perkataannya. "Mungkin hanya firasat mu saja."
"Minumlah, o iya sangat indah melihat matahari terbenam dari sini." Anderson mengalihkan pembicaraannya.
Tidak biasanya Anderson seperti ini.
Viivian menepis pikirannya, ia yakin tidak mungkin Anderson dan nenek Amel menyembunyikan sesuatu.
Pada malam harinya.
Vivian menggunakan dres berwarna biru sangat pas dan melekat sempurna di tubuh indahnya. Ia berjalan ke arah luar kamarnya, menuruni anak tangga. Di lantai bawah Anderson sedang menunggunya dan duduk di sofa.
"Anderson." Sapa Vivian.
Kedua mata Anderson tidak bisa teralihkan, wajah Vivian bagaikan bulan purnama yang bersinar terang, tubuhnya yang halus dan seputih giok itu seakan menyihirnya. Tubuhnya seakan meminta mendekati hingga ia tak bisa menahan tubuhnya untuk tidak mendekati Vivian.
Ia menatap lekat wajah Vivian, tangannya terangkat mengelus pipi Vivian. "Kau cantik sekali Vi, ingin sekali aku tidak membiarkan mu menggunakan gaun ini."
"Anderson cukup, kau tidak akan menyuruh ku menggunakan pakaian aneh lagi kan. Lagi pula aku memperlihatkan semuanya untuk mu, oke."
"Aku tau, tapi sepertinya ada yang kurang." Anderson melangkah mengelilingi Vivian, hingga ia menghentikan langkahnya tepat di belakang Vivian. Ia merogoh sakunya dan mengambil sebuah kalung kemudian memakaikannya.
Vivian meraba kalung berwarna biru itu. "Kau sudah menyiapkannya?"
"Tentu saja, aku akan selalu menyiapkan kado terindah untuk istri ku," ucap Anderson.
"Yah aku selalu menunggu kado terindah mu." Vivian terkekeh.
Anderson mengecup bahu putih Vivian, pria itu memang tidak pernah ada malunya melakukannya di tempat umum. "Ayo."
Vivian menggandeng lengan Anderson, seperti pasangan yang sangat serasi. Hingga beberapa pelayan mendoakan keserasian mereka berdua.
....
Anderson menarik kursi putih itu, keduanya kini berada di VIP yang telah di sediakan. Mereka berada di sebuah balkom yang memperlihatkan keindahan langit malam dan jalanan yang di hiasi dengan lampu malam.
"Kau suka tempat ini Vi?"
"Yah, aku suka. Tidak buruk, apa kau selalu menyiapkan ini untuk wanita mu?"
"Tidak," jawab Anderson dengan jujur. Dia tidak pernah memberikan spesial pada wanitanya. Ia hanya menganggap wanita itu penghibur sesaat. "Aku tidak pernah melakukannya, cuman kamu yang pernah aku lakukan spesial Vi."
Wajah Vivian memerah, jantungnya berdebar-debar. Hatinya berbunga-bunga, ia tak menjawab dan keterdiamannya ini membuatnya mengagumi sosok Anderson.
"Ini," ucap Anderson. Dia menaruh steak yang telah ia potong-potong kecil untuk Vivian. "Aku khusus melakukannya untuk mu."
"Terima kasih," ujar Vivian merasa senang.
Bunyi biola pun mengiringi keduanya, Vivian sangat takjub dengan hal-hal romantis yang Anderson siapkan untuknya.
Cukup lama Vivian dan Anderson tidak berbicara, mereka saling tatap dan tersenyum sambil memakan steak yang di hidangkan itu.
Hingga sebuah ponsel membuat Anderson menyudahi makanannya. Anderson mengangkat ponselnya dan kedua matanya terbelalak.
"Apa? Baiklah aku akan kesana," ucapnya.