Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak kenal cinta
Harusnya Karin yang ada di sampingnya saat ini. Harusnya Karin yang mencoba gaun mewah bertaburan swarovski itu. Harusnya Karin yang saat ini menemaninya memilih cincin pernikahan, bukan Rose, wanita yang tidak ia cintai saat ini.
"Jangan menunjukkan wajah memuakkan mu itu. Kau pikir aku senang melakukan semua ini?" Ucap Rose ketika ia beberapa kali mendengar suara helaan nafas dari Arsen.
"Kalau begitu, kenapa tidak kau batalkan saja semua ini?!"
"Kenapa tidak kau saja. Kau justru seperti pria pengecut yang hanya bisa menyalahkan orang lain!" Balas Rose dengan telak karena memang seperti itu adanya.
Arsen memang merasa menjadi pria pengecut yang lemah hanya dengan sebuah ancaman.
"Kami pilih yang ini!" Tunjuk Rose dengan asal pada cincin pasangan di depannya.
Rose benar-benar asal tanpa memilih model atau pun arti dari cincin berharga ratusan juta itu. Biasanya kalau cincin mahal dan khusus, pasti desainernya membuat sebuah karya dengan sebuah filosofi. Tapi Rose benar-benar tidak peduli akan hal itu.
"Pilihan yang tepat Tuan, Nyonya. Cincin ini hanya lima pasang di dunia ini. Cincin khusus yang dirancang untuk cinta sejati. Cincin ini menggambarkan cinta yang begitu besar dari siapapun yang memakainya.
Rose dan Arsen sama-sama saling melirik kemudian membuang mukanya secara bersamaan pula.
"Cih!" Bibir mereka bahkan bergerak bersamaan.
Pelayan toko yang masih menegang dua buah cincin itu bahkan tampak keterangan dengan tingkah calon pengantin di depannya.
"Bagaimana Tuan, Nyonya? Apa jadi memilih cincin ini?"
"Bungkus saja!" Pinta Arsen karena tak mau lagi berlama-lama di sana.
"Baik Tuan"
"Sudah selesai kan?"
"Puas kau sekarang?" Arsen malah tidak menanggapi Rose.
"Hmm" Angguk Rose.
"Kau sudah tau kan tujuanku? Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!"
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!"
Rose sempat terdiam. Dia tau posisinya sekarang ini sangat mirip dengan Ibunya. Dia di posisi Ibunya yang tidka dicintai oleh Ayahnya sama sekali. Sedangkan Arsen adalah Ayahnya yang sangat mencintai Hilda, dalam kisah ini adalah Karin.
Tapi dia sudah memikirkan itu semua. Dia tidak akan menjadi seperti Ibunya yang mengemis cinta. Dia tidak akan mengulang kisah yang sama sampai mengakhiri hidupnya hanya demi cinta. apa lagi laki-laki seperti Arsen.
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!"
"Apa maksudmu?"
"Jangan samakan aku dengan dirimu yang hanya berpikir menggunakan perasaan. Aku bukan Ibu ataupun dirimu yang hanya memikirkan soal cinta saja. Bahkan aku pun tidak tau apa itu cinta. Jadi jangan berpikir kalau aku akan melakukan hal yang sama seperti yang Ibuku!"
Arsen sempat tertegun. Baru kali ini ia melihat Rose begitu menggebu-gebu dalam setiap ucapannya. Padahal biasanya Rose terlihat begitu tenang meski setiap kata demi kata mengandung belati. Tatapan sinis dan tawa mengejek itu juga tak terlihat saat ini.
"Kalau sudah selesai aku pergi. Sampai jumpa di pernikahan kita lusa!"
Sampai Rose pergi dari hadapannya pun, Arsen masih terdiam. Pria tampan bertubuh tinggi itu hanya menatap punggung Rose yang berjalan dengan begitu tegas. Wajahnya yang selalu terangkat menujukkan kalau dia bukanlah wanita yang lemah.
Rose melemparkan dirinya ke ranjang. Dia menatap langit-langit rumahnya. Pandangannya terlihat menerawang jauh meski tidak ada yang tau apa yang ada dalam pikirannya sekarang ini.
Tok..tok..
"Siapa?!" Rose menyahutnya dengan malas.
"Boleh Ayah masuk!"
Rose langsung terbangun. Namun dia tetap duduk di tepi ranjang tanpa bergegas membukakan pintu untuk Ayahnya sama sekali.
Dia pikir, untuk apa juga Ayahnya datang menemuinya. Selama ini bahkan tidak pernah. Masuk ke dalam kamarnya untuk menanyakan keadaannya pun tidak pernah.
"Rose!" Seru pria itu lagi dari luar hingga membuat kaki Rose beranjak dengan malas.
"Ada apa?" Rose hanya membuka pintu kamarnya sedikit saja. Rose bahkan masih menghalangi celah yang terbuka dengan badannya seolah tak mengijinkan Leo untuk masuk.
"Ayah ingin bicara sebentar!"
Rose akhirnya membuka pintu dengan lebar dan mempersilahkan Leo untuk masuk, kemudian Rose menutup pintunya lagi.
Leo tampak melihat ke seluruh penjuru kamar Rose. Entah apa yang ia pikirkan sampai-sampai tatapannya berubah menjadi sendu.
"Apa yang ingin dibicarakan?" Tanya Rose tanpa menyebut kata Ayah. Lidahnya seolah terasa gatal ketika menyebut panggilan untuk pria yang mewariskan DNA kepadanya itu.
Leo menatap putrinya yang selalu enggan menatapnya. Mata yang tadinya sendu terlihat berubah menjadi dalam dan hangat.
"Apa ingin memintaku untuk membatalkan pernikahan ini agar putri kesayangan mu itu menikah dengan Arsen?"
Leo membuang nafasnya dengan kasar karena tuduhan dari putrinya itu.
"Ayah tidak ingin meminta mu membatalkan pernikahan mu. Tapi Ayah datang ke sini hanya ingin bicara dengan mu walau sebentar saja!"
"Maaf aku berpikiran buruk karena memang tak biasanya ingin bicara denganku sampai datang ke kamarku seperti ini!"
Leo kembali memasang wajah sendu karena putrinya menyentil perbuatannya selama ini.
"Ayah minta maaf. Ayah memang tidak begitu memperhatikan mu selama ini. Ayah memang salah, makanya Ayah datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu. Ayah tidak menyangka saja kalau sebentar lagi putri Papa akan menikah!"
Rose memalingkan wajahnya dan tersenyum dengan kecut. Mendengar Leo menyebutnya sebagai putrinya, adalah hal yang sangat menggelikan karena selama ini Rose merasa Leo tidak pernah memerankan perannya itu.
"Kamu tentu saja tau yang terjadi antara Ayah dan Ibumu karena menikah tanpa cinta kan? Jadi Ayah minta sama kamu, tolong berhati-hati. Jangan sampai terjatuh sendirian. Jangan sampai kamu terluka terlalu dalam karena tidak adanya cinta di dalam rumah tangga kalian. Ayah tidak mau kamu dan rumah tangga mu hancur!" Leo berharap kalau suatu saat nanti Arsen bisa menerima dan membuka hatinya untuk Rose. Tidak seperti dirinya dulu yang terus terjebak pada masa lalu.
"Terima kasih untuk perhatian Ayah yang sangat langka itu. Tapi Ayah tenang saja, aku bukan wanita yang menjadi bodoh karena cinta seperti Ibu. Aku bahkan tidak percaya apa itu cinta dan tidak tau apa itu cinta. Jadi Ayah tidak perlu khawatir aku akan terluka. Karena sejatinya, terluka itu kalau punya hati, sedangkan aku tidak punya hati sama sekali!"
Leo menatap nanar pada Rose. Tatapan yang belum pernah Rose lihat dari Leo selama ini.
"Hatiku sudah mati sejak dulu, sejak Ayah menyakiti Ibu dan Ayah membawa dua wanita kesayangan Ayah, di saat Ibu baru satu minggu meninggal dunia!" Rose kembali lepas kendali.
"Rose, Ayah..."
"Keluar!!" Rose berbalik membelakangi Ayahnya.
"Rose!"
"Keluar!"
blm sadarkahhh????!!