Anak itu tumbuh di keluarga kaya. Dia mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan segala macam hal-hal yang penting bagi orang kaya. Namun, dia terlalu fokus pada semua itu. Anak itu tumbuh menjadi orang egois, dia merasa tidak pernah bantuan orang lain, uang bisa melakukan segalanya. namun suatu ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan, dia tinggal sendiri bersama para bawahannya, tapi ketika dia sakit, seluruh hartanya di curi dan semua bawahannya meninggalkannya. dalam keadaan menderita dia terbaring di rumah sakit, tanpa keluarga dan istri. dia baru menyadari pentingnya seorang istri, dan keluarganya. meninggal dalam penyesalan dan bereinkarnasi di Dunia lain. Dunia yang unik dan penuh dengan kultivasi. di sini dia akan berjuang demi kehidupan yang layak dan berdiri di puncak kultivasi.
Namun dia tidak punya akar spiritual, bagaimana dia bisa berdiri di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari tempat tidur
Xiao Li tidak tahu dengan semua orang, mereka benar-benar ingin mencari masalah. Dia tahu semua ini, tapi dia mulai bosan. Menatap Pemuda itu, hanya ada kesan arogan yang tinggi dan kesombongan. Xiao Li tentunya memiliki sedikit pengalaman di dunia ini. Jika bukan karena Boneka Voodoo dan roh Zhou Wu sebelumnya, dia sudah sangat kesulitan dan beruntung jika bisa selamat.
Pemuda itu mengirim belatinya ke depan.
Xiao Li melambaikan tangannya dan di udara muncul pedang terbang yang melesat ke depan.
Energi beriak dan dua senjata itu beradu di udara, menciptakan gelombang energi yang kuat. Tidak lama pedang terbang hancur dan belati melesat ke depan.
Xiao Li mundur tapi pemuda itu mempercepat gerakan belatinya dan Xiao Li refleks menyilangkan tangannya di depan. Darah menetes, menggores lengannya. Dia mengerutkan dahinya karena sakit.
Pemuda itu menarik kembali pedang terbangnya. “Aku memberimu satu kesempatan lagi.”
Xiao Li tidak tahu harus melakukan apa. Berpikir sebentar. “kakak senior, apa yang terjadi jika aku memberikannya? Apa kau benar-benar menginginkan tempatku? Di mana aku akan tidur?”
“Serahkan itu terlebih dahulu.”
Xiao Li melemparnya.
“Adik yang baik.” Pemuda itu menangkapnya. Dia melanjutkan, “Tentu saja seperti itu.” Pemuda itu tertawa dan pergi dengan pedang terbangnya.
Xiao Li membencinya. Dia masih lemah dan mudah di tindas. Dia juga bertanya, mengapa roh Zhou Wu tidak muncul. Xiao Li kesal. Dia kemudian mendekati gubuk dan ketika ingin membukanya, ada lambang bunga teratai dan sengatan listrik. Xiao Li menarik tangannya. Dia menghela nafas. Sepertinya dia akan hidup di luar dan tidur kedinginan.
Xiao Li kemudian bersila dan mencoba menyerap energi Qi alam dan sama saja, dia muntah darah. Mencobanya beberapa kali, akhirnya dia menyerah. Kemudian menatap tangannya yang berdarah. Xiao Li mengusapnya.
Tidak lama kemudian, malam turun dan suhu dingin muncul.
Xiao Li tidak bisa menyalakan api. Dia menjadi semakin marah dan juga Perutnya berbunyi merdu. Dia bertanya-tanya mengapa tidak ada yang memberinya makanan?
Setelah sejenak terdiam, Xiao He datang. “Kenapa kau tidak masuk?” dia meminum arak dari botolnya.
“Aku tidak ingin masuk.”
“Jangan bercanda, apa kau di palak?”
Xiao Li terkejut. “Bagaimana kau tahu?”
“Aku juga mengalaminya.”
Xiao He duduk di sampingnya. “Kita mengalami nasib yang sama.”
Xiao He menawarkan Araknya. Xiao Li ingin menerimanya, tapi dia tahu tubuhnya lemah terhadap arak dan menolak dengan sopan.
Xiao He meminum araknya. “jika kita lemah, kita akan mengalami nasib seperti ini untuk selamanya.”
Xiao Li setuju dengan itu. “kita harus menjadi kuat.”
Xiao He mengangguk lalu meminum araknya. Dia lalu berdiri. “Ikut denganku. Aku punya kenalan, kita bisa tidur malam ini di sana.”
Xiao Li merasa gembira dan mengikutinya.
...****************...
...****************...
Ketika mereka tiba, malam semakin larut. Di depan gubuk tua itu ada pohon willow besar. Sangat bagus untuk berteduh dan ada meja untuk duduk. Seorang pemuda berpakaian cokelat sedang duduk.
Ketika melihat Xiao Li dan Xiao He, dia berdiri. Mendekat dan memberi salam.
Xiao He berkata sopan, “Saudara Han, ini temanku Xiao Li, kami sama-sama kehilangan tempat tidur.”
Xiao Li memberi hormat. Jin Han membalasnya. Dia ingin berkata, tapi pintu di buka dan seorang gadis muncul. Dia berkata Dingin, “Kami akan menerima kalian, tapi kalian harus tidur di luar